Latest Post


SANCAnews.id – Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra dianggap kena hukum "karma", karena mengecewakan pendukungnya dengan gabung ke pemerintahan Joko Widodo.

 

Pengamat politik dan hukum Mujahid 212, Damai Hari Lubis, mengatakan, Prabowo dan Gerindra tidak boleh kesal dengan Megawati atau PDIP yang telah mengusung Ganjar dan didukung Jokowi.

 

"Tentu, selain alasan mendasar, perolehan presidential threshold yang dimiliki PDIP memang melebihi Partai Gerindra," kata Damai, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (25/4).

 

Dia menilai, Prabowo dan Gerindra lebih tepat jika kesal atau marah kepada Jokowi, atau menyalahkan diri sendiri saja, karena terlanjur memberi kepercayaan lebih kepada Jokowi.

 

"Terbukti, begitu banyak sanjungan Prabowo kepada Jokowi, sampai-sampai ia berani angkat sumpah melalui statemen bahwa Jokowi is right track. Prabowo juga menyatakan akan meniru gaya kepemimpinan Jokowi, dan sanjungan lainnya," kata Damai.

 

Apalagi setelah Megawati mengumumkan Ganjar sebagai bakal calon presiden (Bacapres), Jokowi bersama Ganjar berangkat ke Solo menggunakan pesawat Kepresidenan. Di mata publik, kata Damai, Jokowi terkesan meledek Prabowo.

 

"Namun apakah yang dilakukan Jokowi sebagai bentuk 'karma' bagi Prabowo? Sebab barisan kelompok 212 dan kelompok emak-emak yang mendukung dirinya pada Pilpres 2019 merasa sakit hati. Prabowo dianggap telah 'mengkhianati' perjuangan," urai Damai.

 

Padahal pada Pilpres 2019 lalu, sambung dia, Prabowo merupakan lawan Jokowi. Namun tanpa basa-basi justru mau jadi pembantu Jokowi di Kabinet Indonesia Maju. (*)



SANCAnews.id – Gerakan Pemuda (GP) Ansor mengunggah video melalui akun resminya di YouTube berisi doa hari ulang tahun (harlah) ke-89 pada Selasa.

 

Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan perayaan lahirnya ormas yang dipimpinnya bertepatan dengan momentum perayaan Idul Fitri.

 

Harlah Gerakan Pemuda (GP) Ansor tahun ini diperingati dalam momentum istimewa saat umat Islam seluruh dunia merayakan puasa Ramadan satu bulan penuh.

 

"Puasa telah menempa umat muslim menjadi pribadi yang mampu menahan hawa nafsunya. Tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, merasa diawasi oleh Allah dan lebih peka terhadap lingkungan. Peka dan welas asih terhadap sesama manusia," ungkap Yaqut dalam video tersebut, dikutip dari akun YouTube Gerakan Pemuda Ansor, Rabu (26/4).

 

Dia berharap dalam momen bulan suci Ramadan tersebut, sekaligus menjadikan kader-kader GP Ansor untuk menjadi lebih bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

 

"Kader-kader Gerakan Pemuda Ansor yang telah digembleng dalam sebulan puasa Ramadan, seharusnya menjadi pribadi yang lebih kepada Allah, sekaligus memberi lebih banyak manfaat kepada sesama manusia dan alam. Manifestasi dari HabluminnAllah, Habluminannas dan Habluminal Alam," ujarnya.

 

Yaqut mengajak seluruh kader GP Ansor di seluruh dunia untuk berkomitmen dalam mencintai NKRI.

 

"Saya tidak lelah mencintai Indonesia dan menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk peran dan tanggung jawab yang lebih besar," tegasnya.

 

Menariknya, dalam unggahan video berdurasi 2 menit 4 detik tersebut, muncul sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

 

Dalam video tersebut, tampak momen Ganjar sedang bersalaman dengan masyarakat, berdiskusi dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor.

 

Kemudian ada juga momen Ganjar menaiki panggung saat peringatan Nahdlatul Ulama beberapa waktu lalu. Dari sekian banyak tokoh, hanya Ganjar yang paling sering muncul dalam video tersebut.

 

Kehadiran sosok Ganjar itu seakan-akan memberi kode dukungan. Sebab, Ganjar baru saja diusung oleh PDIP untuk menjadi Capres 2024. (merdeka)


 


SANCAnews.id – Skema calon presiden (cawapres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang dikembangkan partai politik lain bisa rusak jika Presiden Joko Widodo selalu membicarakan sosok cawapresnya seperti Ganjar Pranowo.

 

"Saya melihat Jokowi masih ada agenda-agenda untuk tentukan cawapres (pendamping Ganjar). Ketika agenda ini muncul, akan merugikan figur seperti Airlangga dan Prabowo yang punya skema sendiri dalam menentukan capres dan cawapres," kata Direktur Aljabar Strategic, Arifki Chaniago kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (26/4).

 

Padahal, tiap partai politik sudah jauh-jauh hari membangun koalisi untuk mengusung kader atau tokoh lain yang ikut dalam kontestasi Pilpres 2024.

 

Di sisi lain, Arifki menyebut cara Jokowi mengumbar nama-nama cawapres pendamping Ganjar juga bisa diartikan bahwa dirinya ingin menjadi king maker dalam pilpres nanti. Hal ini bisa jadi untuk melanjutkan program Jokowi yang belum rampung hingga masa jabatannya berakhir.

 

"Jokowi masih ingin jadi king maker meskipun keputusan Ganjar capres itu PDI Perjuangan yang menentukan," sambungnya.

 

"Ada Pak Erick, ada Pak Sandiaga Uno, banyak kan. Ada Pak Mahfud, Pak Ridwan Kamil, banyak, siapa lagi, ada Cak Imin, Pak Airlangga, nah termasuk Pak Prabowo. Nanti segera cawapresnya ketemu," ungkap Jokowi usai Shalat Ied di Masjid Sheikh Zayed, Solo, Sabtu (22/4). (*)


 

SANCAnews.id – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni mengapresiasi respon cepat Polri dalam menangani kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang pemuda berinisial AH yang merupakan anak dari oknum anggota Polri bernama AKBP Achiruddin Hasibuan (AR).

 

Dia menduga adanya keterlibatan AKBP Achiruddin, sehingga proses kasus ini sempat tertahan selama 4 bulan.

 

“Apresiasi Pak Kapolri dan Kapolda Sumut yang gerak cepat, respons situasi (viral) yang ada. Namun saya yakin, pasti ada dugaan campur tangan dari AKBP Achiruddin, sehingga kasus penganiayaan oleh anaknya ini sempat mandek sampai 4 bulan. Sang ayah jelas terlibat,” kata Sahroni di Jakarta, Rabu (26/4/2023).

 

Karena itu, dia meminta Polda Sumut periksa jajarannya yang mengetahui kejadian kasus tersebut yang terjadi sejak 4 bulan lalu, namun tidak menindaklanjuti kasus tersebut.

 

Sahroni juga meminta Propam untuk mempertimbangkan memberi sanksi terberat berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) karena dirinya tidak ingin kasus tersebut kembali menjadi “batu sandungan” bagi Polri.

 

“Saya minta Propam Polri pertimbangkan untuk berikan sanksi terberat berupa PTDH. Jangan sampai karena kasus oknum arogan dan tidak tahu batasan seperti ini, kepercayaan publik kepada Polri yang tadinya terus meningkat, malah kembali merosot,” katanya.

 

Selain itu, AKBP Achiruddin Hasibuan juga terlihat kerap memamerkan mengendarai Harley Davidson secara ugal di akun instagram pribadinya. Hal tersebut tentu sangat membahayakan dan melanggar aturan berkendara. Ia diduga merupakan anggota dari Harley Davidson Club Indonesia (HDCI).

 

Terkait tindakan tersebut, Sahroni sebagai Ketua Umum Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) mengaku sangat kecewa dengan tindakan ugal-ugalan AKBP Achiruddin. Dia menilai hal tersebut tidak menunjukkan sikap seorang pengendara Harley sesungguhnya.

 

“Sedang kami cek apakah (pelaku) benar anggota HDCI. Kalau benar anggota, tentu kami akan langsung cabut kartu anggotanya,” katanya.

 

Politisi Partai NasDem itu menilai sikap aroga yang ditunjukkan AKBP Achiruddin di jalan, sangat tidak mencerminkan nilai-nilai di HDCI.

 

“Yang dipertontonkan hanyalah seorang pria yang diselimuti rasa arogansi harta, jebatan, dan kekuasaan. Sangat tidak layak dicontoh,” kata Sahroni. (suara)

 

 

SANCAnews.id – Setelah melontarkan pernyataan di media sosial yang sempat membuat heboh, khususnya di kalangan warga Muhammadiyah, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Profesor Thomas Djamaluddin akhirnya meminta maaf.

 

Permintaan maaf Thomas Djamaluddin ia unggah di akun Facebooknya pada Selasa (25/4/2023).

 

"Dengan tulus saya memohon maaf kepada pimpinan dan warga serta teman-teman Muhammdiyah. Semoga kesatuan ummat bisa segera terwujud," tulis Thomas Djamaluddin sembari menggunggah gambar berisi tulisan permintaan maafnya.

 

Menurut Thomas, dengan tulus ia meminta maaf atas sikap kritisnya pada kriteria wujudul hilal yang dianggapnya usang secara astronomi. Ia juga menyebut, ego organisasi telah menghambat dialog menuju titik temu.

 

Ia menyatakan, tak ada kebencian atau kedengkian dirinya pada Muhammadiyah. Justru ia memuji Muhammadiyah sebagai aset bangsa yang luar biasa. Ia mengaku hanya ingin mendorong perubahan untuk bersama-sama mewujudkan kesatuan umat secara nasional.

 

Lebih lanjut Thomas mengatakan, setiap ada perbedaan hari raya ia kerap mengulang-ulang, mengingatkan bahwa perbedaan itu mestinya bisa diselesaikan bukan dilestarikan.

 

"Sekali lagi saya mohon maaf dengan tulus kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah atas ketidaknyamanan dan kesalahfahaman yang terjadi," kata Thomas.

 

Sebelum ini, peneliti BRIN lainnya yakni Andi Pangerang Hasanuddin juga telah meminta maaf lebih dahulu terhadap warga Muhammadiyah. Permintaan maaf itu buntut lontaran ancaman pembunuhan di media sosial terhadap warga Muhammadiyah.

 

Andi mengaku kesal dan geram hingga melontarkan ancaman pembunuhan setelah atasannya yakni Thomas Djamaluddin disebutnya telah diserang oleh sejumlah akun terkait perbedaan metode penetapan 1 Syawal.

 

Buntutnya, baik Andi maupun Thomas sama-sama dilaporkan ke polisi. BRIN sendiri pada Rabu (26/4/2023) hari ini akan menggelar sidang etik terhadap Andi Pangerang. (suara)

 

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.