Latest Post

Rocky Gerung 

 

JAKARTA — Keputusan Kementerian Keuangan yang memblokir anggaran pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) tahun 2025, mendapat apresiasi pengamat politik, Rocky Gerung.

 

"Menteri PU mengungkapkan fakta anggaran (IKN Nusantara, red) distop, diblokir. Itu bagus juga,” kata Rocky Gerung.

 

Menurut Rocky Gerung, pembangunan IKN Nusantara hanya merupakan ambisi pribadi Jokowi. Ba “Jadi, publik tetap melihat IKN adalah warisan kepentingan Presiden Jokowi," kata Rocky Gerung.

 

Rocky Gerung pun setuju dengan keputusan Kementerian Keuangan yang memblokir anggaran untuk IKN Nusantara pada 2025.

 

Rocky Gerung menilai saat ini kondisi perekonomian nasional dan global memang sedang tidak baik.

 

Dosen Universitas Indonesia (UI) itu juga menyebut IKN yang dibangun pada era pemerintahan Mantan Presiden, Joko Widodo (Jokowi) tidak mempunyai manfaat. 

 

"Dalam keadaan kesulitan ekonomi, memang seharusnya IKN nol (anggarannya, red) karena nggak ada gunanya,” kata Rocky Gerung dalam YouTube Rocky Gerung Official pada 7 Februari 2025.

 

Rocky Gerung juga mempertanyakan dampak pembangunan IKN Nusantara untuk masa mendatang.

 

“Untuk apa efeknya dalam lima tahun ke depan? Nggak ada apa-apa di situ, kan?" ucap Rocky Gerung. (fajar)


Mayor Jenderal TNI Novi Helmy Prasetya ditunjuk sebagai Direktur Utama Perum Bulog/Net  
 

JAKARTA — Pengangkatan Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya sebagai Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog menuai kritik tajam karena dinilai melanggar hukum.

 

Kritik tersebut disampaikan oleh Setara Institute, lembaga yang menaruh perhatian pada pemajuan kondisi Hak Asasi Manusia (HAM).

 

"Penempatan prajurit TNI sebagai Direktur Bulog menambah daftar pengingkaran dan atau pelanggaran atas ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan (2) UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI," demikian dikutip RMOL dari siaran pers Setara Institute, Senin 10 Februari 2025.

 

Menurut Setara Institute, penunjukan Mayjen TNI Novi Helmy sebagai Dirut Bulog semakin memperlihatkan ketiadaan visi reformasi TNI dari pemerintah, terutama dalam aspek memastikan TNI fokus sebagai alat negara di bidang pertahanan sebagaimana amanat Konstitusi dan UU TNI. Alih-alih melaksanakan UU TNI, pemerintah justru kukuh melanggar aturan dengan menempatkan TNI pada jabatan sipil.

 

Pengangkatan Mayjen Novi Helmy sebagai Dirut Bulog juga memperlihatkan pemerintah tidak melakukan evaluasi atas berbagai kritikan publik dalam merespons penempatan Mayor Teddy Indra Wijaya sebagai Sekretaris Kabinet. Memiliki problematika serupa, sehingga menurut Setara Institute, penjukan Mayjen Novi Helmy merupakan bentuk keberulangan atau keberlanjutan dari era kepemimpinan sebelumnya.

 

"Artinya, harapan bahwa pemimpin baru dapat memperbaiki kondisi regresi reformasi militer dalam 5-10 tahun era Presiden sebelumnya, sejauh ini masih sebatas imajinasi," sebut siaran pers dengan narahubung Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan dan Peneliti HAM dan Sektor Keamanan SETARA Institute Ikhsan Yosarie itu.

 

Mayjen TNI Novi Helmy ditunjuk menjadi Dirut Bulog berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-30/ MBU/02/2025 yang diteken Menteri BUMN, Erick Thohir, pada 7 Februari 2025. Dia menggantikan Wahyu Suparyono yang menjabat selama lima bulan sebelumnya.

 

Mayjen Novi Helmy Prasetya sebelumnya menjabat sebagai Asisten Teritorial Panglima TNI. Dia memulai jabatan Dirut Bulog bersama dengan Direktur Keuangan Bulog, Hendra Susanto. (*)

 

 

Oleh  : Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih

 

ULAH Etnis China (Tionghoa ) yang tergabung dalam 9 naga sebagai oligarki pengusaha hitam makin berani, setelah sukses melakukan ternak para pejabat negara dari pusat sampai daerah.

 

Terang terangan dengan kejam, sadis dan keji merampas tanah  rakyat pribumi, mengacak-acak kondisi sosial, politik, ekonomi dan hukum di Indonesia dengan menyuap  pejabat dan aparat keamanan sebagai budak piaraannya.

 

Kedaulatan negara terancam, potensi konflik dengan etnis China  terasa makin dekat dan membesar akibat kebencian kaum pribumi yang merasa dihina, direndah, diremehkan dengan perilaku tidak tahu diri sebagai warga pendatang merasa sebagai pemilik dan pengendali negara.

 

Kepentingan tanah air, bangsa, negara dan rakyat Indonesia terancam. Anehnya pemerintah beserta alat keamanan yang semestinya melindungi rakyatnya tidak hanya diam justru terus mempertontonkan dengan arogan berpihak kepada etnis China, hanya karena telah menjadi budaknya.

 

Keadaan makin mencekam kalau Presiden Prabowo Subianto, hanya beretorika seolah olah sebagai patriot pembela rakyat dan negara sesuai tujuan negara dalam Pembukaan UUD 45, tetapi yang namak  terkesan ragu-ragu, ambivalen, mengambil sikap cepat dan tegas melindungi rakyatnya yang diusir  dari tempat tinggalnya setelah tanah  leluhurnya dirampas dengan paksa oleh Oligarki hitam etnis China.

 

Rakyat (kaum pribumi) merasa muak dengan pemerintah mengulang ulang pidato patriotik yang hanya retorika belaka.

 

Multi krisis sedang terjadi baik  sosial, ekonomi, hukum dan politik akan berujung terulang kembali kerusuhan anti China/Tionghoa di Indonesia, yang sudah berkali kali sebagai pengkhianat, rezim tetap membutakan diri tidak mau menengok sejarah :

 

"Kerusuhan Anti China di Tangerang Tahun 1913, di Sumatera, Jawa dan Pontianak tahun 1942, di Bandung dan Garut  Tahun 1963, di Aceh, Medan, Kalimantan Barat, Makassar, Situbondo, Pasuruan  Tahun 1965 – 1967, di Situbondo Tahun 1968, di Jakarta & Solo Tahun 1971 – 1974, di Surakarta Tahun 1980, di Makassar Tahun 1982, di Sumatera Tahun 1988, di Makassar Tahun 1997 dan terjadi hampir seluruh Kota Besar Tahun 1998, akankah terjadi kembali di Tahun 2025"

 

Suara rakyat di seluruh Nusantara terus bersuara lantang: "tangkap dan adili Jokowi dengan semua pengkhianat negara, stop / batalkan Program Strategis Nasional (PSN), pulangkan atau usir semua etnis China yang berlindung sebagai tenaga kerja, tangkap dan adili oligarki penghianat negara, "tetap di abaikan".

 

Presiden agar segera ambil sikap tegas dan tindakan cepat, rakyat sudah bertekad bukan, tidak hanya akan bersikap dan berdiri di belakang, tetapi akan berdiri dan bergerak di depan Presiden.

 

Presiden Prabowo nampak tetap gamang dan ragu - ragu. Kalau itu terus terjadi rakyat yang sudah pada batas kesabarannya dan puncak penderitaannya pasti akan bertindak dan melawan dengan caranya sendiri.

 

Presiden Prabowo hanya ada dua pilihan tetap ambigu, ragu ragu hanya menebar pidato kosong atau diam tetapi bertindak cepat untuk menyelamatkan rakyat dan negara.

 

Presiden Prabowo Subianto harus sadar dan ingat bahwa periode pemerintahan Kabinet Merah Putih akan menjadi penentu negara tetap eksis atau akan bubar dan hancur lebur. (*)


Presiden RI ke 7, Joko Widodo vs palu hakim pengadilan/Ist

 

JAKARTA — Maraknya aksi unjuk rasa massa yang menuntut agar Jokowi diadili merupakan imbas dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat Presiden ke-7 RI itu dalam menjalankan pemerintahannya selama 10 tahun terakhir.

 

Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia Arif Nurul Imam mengatakan sejumlah kebijakan kerap disalahgunakan Jokowi saat menjabat sebagai kepala negara.

 

"Maraknya demo adili Jokowi  tentu akibat perilaku dan kebijakan Jokowi ketika menjabat kerap meyelewengkan kekuasaannya,” kata Arif Nurul Imam kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu, 9 Februari 2025.


Menurutnya, masyarakat telah gerah dengan sikap Jokowi, yang telah memberikan beban berat kepada Presden Prabowo Subianto dengan warisan utang dan kebijakan yang ngawur.

 

" Fenomena maraknya demo adili Jokowi juga boleh jadi masyarakat gerah dengan Jokowi yang kita tahu meninggalkan aneka masalah seperti beban utang, IKN dan dinobatkan sebagai finalis OCCRP,” tutupnya. (*)


Said Didu/Ist 


JAKARTA — Kebakaran di gedung kantor Kementerian ATR/BPN di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Jaksel) masih mengundang pertanyaan publik. Meski awalnya diduga akibat korsleting listrik, muncul dugaan lain yang mengarah ke hal yang lebih serius.

 

Mantan Komisaris BUMN Muhammad Said Didu mengatakan, kebakaran yang menghanguskan Gedung BPN merupakan upaya pengamanan pelaku kejahatan besar.

 

"Semua cara digunakan untuk melindungi Oligarki," kata Said Didu di X @msaid_didu (9/2/2025).

 

Sebelumnya, gedung Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengalami kebakaran pada Sabtu malam (8/2/2025).

 

Insiden tersebut terjadi sekitar pukul 23.09 WIB, dengan titik api pertama kali terlihat di ruang humas yang berada di lantai dasar gedung.

 

Plt Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Satriadi Gunawan, mengungkapkan bahwa api diduga berasal dari perangkat pendingin udara (AC) yang mengalami korsleting listrik.

 

Saat kebakaran terjadi, petugas keamanan gedung berusaha memadamkan api menggunakan alat pemadam api ringan (APAR).

 

Namun, karena api sudah membakar sejumlah dokumen di atas meja dan menghasilkan asap tebal, upaya awal tersebut tidak membuahkan hasil.

 

Merespons kejadian ini, petugas keamanan segera menghubungi dinas pemadam kebakaran.

 

Tim pemadam tiba di lokasi sekitar pukul 23.16 WIB dan langsung melakukan upaya pemadaman.

 

Sebanyak enam unit mobil pemadam kebakaran serta 62 personel dikerahkan untuk mengatasi kebakaran.

 

Api berhasil dikendalikan pada pukul 23.45 WIB, sehingga tidak menyebar ke bagian lain gedung. Setelah proses pendinginan selesai, pemadaman dinyatakan tuntas pada pukul 00.35 WIB.

 

Meski dugaan awal menyebutkan korsleting listrik sebagai penyebab kebakaran, pihak berwenang masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan faktor pemicu utama insiden ini. (fajar)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.