Latest Post

Prabowo Subianto/Ist  

 

JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto diminta segera mengevaluasi para pembantunya di Kabinet Merah Putih. Dosen Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta, Saiful Anam, berpendapat, menteri yang dinilai merusak citra Presiden Prabowo sebaiknya dicopot.

 

“Tentu harus ada reward dan punishment, mestinya hukuman apa yang harus diberikan kepada Menteri yang kontroversi, maka menurut saya sangat layak jika Bahlil dicopot dari jabatan Menteri ESDM,” tegas Anam kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat 7 Februari 2025.

 

Anam meyakini Presiden Prabowo akan objektif dalam mengevaluasi para menteri yang berkinerja buruk.

 

Ia mencontohkan kebijakan kontroversial yang dikeluarkan Menteri ESDM Bahlil Lahadia terkait pelarangan penjualan gas LPG 3 kg diecer. 

 

“Saya kira Presiden Prabowo objektif dalam hal ini, ia bisa jadi sedang ancang-ancang untuk mencopot Bahlil. Meskipun Bahlil Ketua Umum partai, maka menurut saya tetap tidak aman, sewaktu-waktu jika tidak sesuai ekspektasi Prabowo sebagai Presiden, maka siapapun termasuk Bahlil bisa terancam untuk dicopot dari jabatannya,” pungkasnya. (*)


Tangkapan layar video saat Bahlil menunduk hormat nyaris mencium tangan Gibran 

 

JAKARTA — Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mendadak mengkritik sikap berbeda yang ditunjukkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat berinteraksi dengan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

 

Dalam sebuah momen diskusi yang videonya kini viral, Gatot mengamati bagaimana Bahlil bersikap biasa saja saat berjabat tangan dengan Prabowo.

 

"Ketika pak Prabowo dan mas Gibran jalan, menyalami para Menteri. Ketika Bahlil salaman dengan pak Prabowo, biasa aja," ujar Gatot dikutip dari unggahan akun Instagram @anakabahsedunia, dilansir Fajar.co.idJumat (7/2/2025).

 

Namun, ketika giliran Gibran, Bahlil justru menunduk hormat nyaris mencium tangan putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut.

 

"Tapi begitu Gibran lewat, dia cium tangannya Gibran," cetusnya.

 

Gatot pun memberikan analisisnya mengenai hal tersebut. Ia menilai bahwa gestur Bahlil mencium tangan Gibran bukan sekadar bentuk penghormatan, melainkan menunjukkan adanya kekuatan besar di balik sosok Wapres termuda itu.


Prabowo dan Bahlil 

"Kalau saya melihat ini, analisa saya ini, ini adalah pemimpin saya dan dia mempunyai kekuatan luar biasa maka saya harus mencium tangannya," Gatot menuturkan.

 

Lebih lanjut, Gatot mengungkapkan kekhawatirannya sebagai mantan prajurit terkait potensi ancaman politik yang terjadi di pemerintahan saat ini.

 

"Belum lagi, saya sebagai seorang tentara, saya selalu berpikir tentang ancaman," tambahnya.

 

Ia bahkan mengibaratkan beberapa menteri sebagai "Kuda Troya" yang sedang mempersiapkan Gibran untuk menjadi pemimpin di masa depan.

 

"Jadi Menteri-menteri yang ada menurut analisa pribadi saya, itu semacam kuda Troya, masuk ke dalam untuk menyiapkan, menjadikan sang pangeran menjadi orang nomor satu," sentilnya.

 

Untuk diketahui, Kuda Troya merupakan kuda kayu raksasa yang dibuat oleh bangsa Yunani untuk menaklukkan kota Troya dalam mitologi Yunani.

 

Pernyataan Gatot ini pun semakin memperkuat spekulasi bahwa ada dinamika politik yang berkembang di dalam kabinet Prabowo-Gibran.

 

Terutama setelah munculnya ketegangan antara Partai Golkar, tempat Bahlil bernaung dengan Partai Gerindra.

 

Sebelumnya, hubungan antara Partai Golkar dan Gerindra di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto disinyalir mulai mengalami gesekan.

 

Polemik kebijakan larangan pengecer menjual LPG 3 kg menjadi pemantik perbedaan pandangan antara dua partai besar yang berada dalam satu koalisi.

 

Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menegaskan bahwa kebijakan tersebut bukan berasal dari Presiden Prabowo.

 

Ia menekankan bahwa kebijakan itu dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, yang juga merupakan Ketua Umum Partai Golkar.

 

“Sebenarnya ini bukan kebijakannya dari Presiden, Presiden turun tangan untuk menginstruksikan agar para pengecer bisa berjalan kembali,” ujar Dasco di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (4/2/2025).

 

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Prabowo ingin menjaga citranya dengan melepaskan tanggung jawab dari kebijakan yang menuai kritik publik tersebut.

 

Dasco juga menegaskan bahwa saat ini Prabowo telah memerintahkan agar kebijakan itu dibatalkan dan pengecer bisa kembali berjualan seperti biasa.

 

Namun, pernyataan Gerindra tersebut tidak diterima begitu saja oleh Golkar. Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, justru menilai tidak mungkin ada kebijakan yang diambil seorang menteri tanpa sepengetahuan Presiden.

 

“Semua menteri-menteri, bukan hanya menteri dari Golkar, saya rasa tidak ada kebijakannya yang tidak sepengetahuan Presiden. Tidak mungkin," tegas Doli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (6/2/2025).

 

"Enggak mungkin ada menteri yang berani-beranian atau yang mengarang-mengarang kebijakan itu tanpa ada koordinasi atau instruksi dari Presiden,” tambahnya.

 

Doli juga menekankan bahwa kebijakan Bahlil bertujuan baik, yakni mengatur tata niaga distribusi LPG 3 kg agar lebih tertata.

 

“Dan yang dilakukan kemarin itu kan sebetulnya baik ya. Artinya, itu yang mau diatur kan tata niaga soal gas elpiji 3 kg. Bahwa kemudian kebijakan-kebijakan itu ada dinamika, ada tanggapan segala macam, ya menurut kami biasa saja,” sebutnya.

 

Namun, di balik perdebatan ini, muncul spekulasi bahwa perselisihan ini bisa menjadi ancaman bagi stabilitas koalisi.

 

Sinyal ini semakin kuat mengingat Prabowo ingin kabinetnya berjalan dengan harmonis dan loyal.

 

Jika perbedaan ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Partai Golkar yang memiliki posisi strategis di kabinet akan mendapat tekanan lebih besar dari Presiden.

 

Sementara itu, Dasco memastikan bahwa stok LPG 3 kg tetap aman dan tidak terjadi kelangkaan.

 

“Stok tidak langka, stok ada, stok terkonfirmasi tidak langka,” tutupnya.

 

Muncul pertanyaan di publik, apakah pernyataan ini cukup untuk meredam konflik di antara dua partai besar dalam koalisi? Ataukah ini justru menjadi awal dari ketegangan politik yang lebih besar di kabinet Prabowo-Gibran? (*)


Rocky Gerung 

 

JAKARTA — Pengamat politik Rocky Gerung mengkritik kebijakan gas elpiji 3 kg yang dikeluarkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia. Menurut Rocky Gerung, kebijakan inilah yang membuat Presiden Prabowo pusing.

 

Ia mengatakan kehadiran menteri sebagai perpanjangan tangan presiden. Namun, Bahlil melakukannya dengan cara berbeda. Bahlil yang menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral justru membuat presiden pusing karena kebijakan yang dikeluarkan.

 

“Presiden punya peralatan namanya menteri. Dia jadi alat untuk mengefektifkan kebijakan presiden, begitulah sistem presidensial bekerja,” kata Rocky, dikutip dari youtube pribadinya, Kamis (6/2/2025).

 

“Sekarang ada peralatan yang namanya Menteri Bahlil membuat peralatan yang memusingkan presiden, Ini betul-betul kabinet yang absurd,” ujarnya.

 

Rocky mengatakan bahwa semua peraturan yang turun dari menteri tentu sudah menjadi tanggung jawab seorang presiden.

 

Namun, jika Menteri yang memutuskan sendiri dan tidak dikonsultasikan sudah jelas yang bersangkutan yang harus tanggung jawab.

 

“Jadi kalau di publik ada kekacauan soal LPG, dan itu akibat dari peraturan Menteri, ya presiden ikut bertanggung jawab,” ucapnya.

 

“Tetapi bila peraturan itu tidak dikonsultasikan kepada presiden, maka menterinya yang mesti digusur, dilengserkan.l,” sebutnya.

 

“Kan nggak mungkin presiden menginginkan adanya kekacauan di dalam kebijakan yang dia inginkan,” terangnya. (fajar)


Tangkapan layar Direktur Lembaga Kajian Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan-Bambang Widjojanto

 

JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia tak kuasa menerjemahkan instruksi Presiden Prabowo Subianto terkait Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 Kilogram yang membuat rakyat sengsara. Bahkan, banyak warga di media sosial yang mengejek Presiden Prabowo karena kelangkaan LPG 3 Kg.

 

Menanggapi hal tersebut, Direktur Lembaga Kajian Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan dalam podcast di YouTube Bambang_Widjojanto dengan judul ''Kelakuan Menteri Titipan, Jokowi yang Berani Melangkahi Presiden Demi Buat Kebijakan Gas LPG 3 KG' menilai, apa yang dilakukan Bahlil telah membuat nama Prabowo diejek.

 

"Kita melihat di medsos gerakan ibu-ibu mengejek Prabowo, oke gas-oke gas sambil bawa-bawa gas, ngejek nah karena mereka sengsara ada kebijakan pemerintah terutama, Pak Bahlil yang buat kekacauan di masyarakat sehingga gas hilang enggak bisa diakses orang-orang," kata Syahganda dikutip redaksi RMOL pada Kamis, 6 Februari 2025.

 

Lanjut dia, fenomena ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi. Sebab, pada dasarnya Syahganda tahu maksud Prabowo hanya ingin rakyat sejahtera dengan mendapat harga LPG 3 Kg dengan pasti.

 

"Sebenarnya ini fenomena dunia medsos dimana Pak Prabowo baik maksudnya pengen melakukan 1 kebijakan subsidi tepat sasaran di dunia energi, karena kita tahu energi makin lama tidak terkendali harganya,” jelas dia.

 

“Namun, ini salah terjemahannya oleh menterinya Pak Bahlil ini terjemahan itu satu tidak melakukan secara sistematis penuh persiapan," pungkas Syahganda yang pernah dikriminalisasi rezim Joko Widodo tersebut. (*)



 

Oleh : Yusuf Blegur | Mantan Presidium GMNI

 

KESAMPINGKAN dulu isu kejahatan HAM yang membekap masa lalunya. Tunda dulu polemik kecurangan dan manipulasi pilpres 2024 yang berkolerasi dengannya. Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, dari telunjuk Prabowo bisa mengarah instruksi revolusi atau menyerahkan sepenuhnya NKRI pada oligarki.

 

Seorang Prabowo Subianto kini telah  menjadi seorang presiden. Ditangannya nasib rakyat, bangsa dan negara Indonesia ditentukan. Akankah Prabowo membuat “legacy” keselamatan atau malah menambah kehancuran NKRI?. 


Inilah momen paling penting dan fenomenal  dalam hidupnya. Mampukah Prabowo mengokohkan jatidirinya sebagai pahlawan atau penghianat di  tengah  rekam jejaknya yang eksotik dan dilingkupi adrenalin politik dan bisnis yang menggebu?.

 

Dalam pelbagai kesempatan panggung publik, Prabowo kerap melontarkan narasi nasionalisme dan patriotisme. Ibarat hujan sehari menghapus kemarau sepanjang tahun. Deretan orasi dan diksi Prabowo yang menggairahkan, membuat rakyat  optimis dan menyambut dengan gegap-gempita penuh harap. 


Kenapa tidak?, saat situasi dan kondisi rakyat akut terpapar oleh dampak  korupsi struktural dan sistemik, ancaman makar republik, perampasan tanah dan penggusuran rumah, harga sembako, tarif listrik, BBM dan pajak yang mencekik serta beragam kekerasan dan kematian akibat arogansi aparat. Prabowo seperti membawa secercah harapan visi dan aksi perubahan untuk Indonesia yang lebih beradab.

 

Namun apa daya, lidah tak bertulang, kekerasan hati tak mungkin menjadi besi. Niat boleh tinggi namun belum tentu terbukti dan teruji. Prabowo dalam konflik dan pergumulan batin, lahir sebagai pemimpin dari rangkaian proses yang beririsan  dengan kejahatan konstitusi dan demokrasi, hingga berujung ingin keluar  dari kemelut  konspirasi oligarki dan mafia yang mendominasi dan menghegemoni bumi pertiwi. Prabowo dalam situasi krisis, berpihak pada amanat penderitaan rakyat atau terus menjadi presiden boneka sekaligus budak para pemilik modal global dan lokal.

 

Dari mantan presiden dan pejabat tinggi negara lainnya, sampai ke internal jajaran pembantunya sekarang. Sebagai seorang presiden aktif dan berkuasa penuh, Prabowo nyata-nyata menghadapi musuhnya dari dalam lingkungan internalnya sendiri. Tersandera, menghitung kalkulasi politik dari kekuatan pemerintahannya, dan terlalu berhati-hati, Prabowo diambang kebijakan yang ambigu dan ambivalen. 


Menjadi pengikut setia dari struktur kekuasaan rezim lama yang mengakar seranut, atau loyal menghamba pada kedaulatan rakyat, bangsa dan negara Indonesia. Setia kepada UUD 1945, Pancasila, NKRI serta rakyat marginal dan tertindas. Seperti yang pernah Prabowo saat menjadi pemimpin militer yang peduli pada prajurit-prajurit bawahannya.

 

Menjadi presiden yang berlatar jenderal dari riwayat prajurit tempur. Seorang Prabowo selayaknya berkiblat pada pembelaan pada segenap tumpah darah rakyat Indonesia. Sekarang atau tidak sama sekali, menunjukan sikap ksatria dan heroik berlandaskan Ketuhanan dan kemanusiaan di republik ini. Tak peduli menghadapi musuh-musuh negara dari kalangan bangsa sendiri yang kotuptif, konspiratif dan destruktif,  yakinlah Prabowo tak sendiri menghadapinya.

 

Ayo Jenderal!, sekali lagi tampikan watak dan karakter nasionalis dan patriotis yang humanis. Rakyat kini megap-megap dan NKRI semakin sesak dan pengap. Rakyat tak bisa lagi berharap kebaikan pada semua intitusi dan aparatur pemerintahan. 


Kekuasaan eksekutif, legislatif dsn yudikatif termasuk lembaga komudioner, TNI dan Polri telah menjadi alat kekuasaan bukan sebagsi alat negara. Kini hanya tinggal seorang Prabowo berada di garda terdepan kedelamatan rakyat, bangsa dan negara Indonesia. 


Sejarah di masa depan saat ini sedang menuliskan, Prabowo kini menjadi “The Last Man Standing” dalam prahara republik yang mencekam. Berani dan sanggupkah Prabowo menyelamatkan atau justru semakin menghancurkan NKRI, Pancasila dan UUD 1945.

 

Janganlah takut pada penjara dan  kematian untuk menjadi nasionalis dan patriotis sejati. Seluruh rakyat Indonesia dan penduduk dunia pasti akan menemui kematian. Persoalannya adalah pada esensinya, mati demi keselamatan dan kebesaran NKRI atau mati menjadi kacung  oligarki. Kematian karena bangkit melawan  atau diam tertindas. (*)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.