Usai Tom Lembong Ditangkap, Jimly Asshiddiqie Apresiasi Kejaksaan, Warganet: Masih Tebang Pilih Prof
Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie (tengah), Hakim Konstitusi Wahiduddin Adams (kiri), dan akademisi bidang hukum Bintan R. Saragih (kanan) saat dilantik jadi anggota MKMK di Jakarta, Selasa (24/10/2023)
SANCAnews.id – Setelah Tom Lembong ditetapkan
sebagai tersangka terkait kebijakan impor gula saat menjabat sebagai menteri,
banyak masyarakat yang mengunggah postingan di media sosial yang menyinggung
masalah tersebut.
Hal menarik yang menjadi perhatian netizen adalah munculnya
pernyataan dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof. Jimly Asshiddiqie. Ia
mengaku mengapresiasi Kejaksaan usai kasusnya diumumkan.
"Kita mesti apresiasi tinggi kpd kejaksaan agung yg
semakin memperlihatkan kesungguhan dlm upaya pemberantasan korupsi & penegak
hukum yg berkeadilan. Selamat utk pak jaksa agung beserta timnya yg semoga
terus tampil berkualitas & berintegritas," tulis Jimly, dilansir dari
akun pribadinya di X, @JimlyAs, Rabu (30/10/2024).
Cuitan Jimly Asshiddiqie pun kini ramai dilihat warganet.
Lebih dari 59 ribu pengguna X telah membacanya. Komentar pun bermunculan dari
para netizen.
"Kayaknya belum prof masih tebang pilih🤔 Kasus minyak goreng,kasus hutan,kasus tambang yg nyata² namanya disebut disidang gubernur Maluku Utara menguap🥴," ujar warganet di kolom komentar.
"Apanya kesungguhan, Pak Jim? Kasus semrawutnya jemaah
haji 2024, kasus pengembalian 27M tanpa tahu uang siapa dan siapa yang terima,
Airlangga, Zul Hasan, menpora, ini sampai mana prosesnya? Bapak ga pernah baca
berita?," tanya lainnya.
"Laporan ke @KPK_RI.. Ubaidillah Badrun Untuk anak-anak
Jokowi triak donk pak @JimlyAs … untuk diselidiki serta mantu nya wkkkk pasti
bpk enggk brni😂😂," cuap warganet lainnya.
Sementara itu, menurut catatan Said Didu, selama masa
pemerintahan Jokowi, setiap Menteri Perdagangan yang menjabat telah
mengeluarkan kebijakan impor gula dalam jumlah besar.
"Selama pemerintahan Jokowi semua Menteri Perdagangan
melakukan impor gula," ungkapnya.
Kebijakan impor ini terus berlanjut di bawah Enggartiasto
Lukita yang menjabat pada 2016-2019, dengan angka impor sekitar 15 juta ton.
Selanjutnya, pada masa Agus Suparmanto antara 2019-2020,
impor gula tercatat mencapai sekitar 9,5 juta ton.
Sementara di masa Muhammad Luthfi yang menjabat dari 2020
hingga 2022, kebijakan impor tetap berlanjut dengan total sekitar 13 juta ton.
Terakhir, di bawah Zulkifli Hasan yang menjabat dari 2022
hingga 2024, impor gula meningkat hingga sekitar 18 juta ton.
"Semoga semua impor gula tersebut bisa dibongkar jika
ada korupsi dan mafianya," tandasnya.
Total impor gula selama periode tersebut mencapai puluhan
juta ton, dan Said Didu mencurigai adanya praktik mafia yang mengendalikan
rantai distribusi gula di Indonesia.
"Walaupun Menterinya ganti-ganti, publik paham bahwa
mafia impor gulanya tetap sama," sebutnya.
Lebih lanjut, Said Didu menjelaskan bahwa mafia impor gula
kemungkinan besar melibatkan pemilik modal besar yang mendanai kegiatan impor
tersebut, sedangkan perusahaan importir hanya berperan sebagai peminjam
bendera.
Ia berharap pihak berwenang dapat menggali lebih dalam dan
menelusuri semua pihak yang terlibat dalam rantai impor gula ini.
"Mafia impor gula sebenarnya adalah pemilik modal yg
mendanai impor tersebut, perusahaan importir biasanya hanya sekedar pinjam
bendera," kuncinya. (fajar)