Latest Post

Presiden Joko Widodo (kanan) memberikan ucapan selamat kepada Thomas Djiwandono usai dilantik menjadi Wakil Menteri Keuangan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/7/2024) 

 

SANCAnews.id – Thomas Djiwandono dipertanyakan kapasitasnya sebagai Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu). Mengingat dia memiliki gelar sarjana sejarah.

 

“Negara ini ko makin jadi urusan keluarga. orang ini kan bukan ekonom,” kata Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani, dikutip fajar.co.id dari unggahannya di X, Jumat (19/7/2024).

 

Thomas menempuh studi sejarah di Haverford Colloge, Pennsylvania, Amerika Serikat. Meski begitu, dia memang menempuh pendidikan masternya di bidang International Relations and International Economics di Johns Hopkins University School of Advanced International Studies, Washington, Amerika Serikat.

 

“Sekolahnya sejarah. S2 juga internasional studies meski ada internationsl trade,” ucapnya.

 

Ia membandingkannya dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Juga ayah Thomas yang merupakan mantan Gubernur Bank Indonesia, Sudrajat Jiwandono.

 

“Jauh dari ekonom seperti SMI, @ChatibBasri, Budiono, Mari Pangestj, atau ayahnya Sudrajat Jiwandono. kita punya banyak ekonom beneran. Kok ga diliat. Mau apa?” ujarnya.

 

Sebelumnya Thomas dilantik pada Kamis 18 Juli 2024 oleh Jokowi. Bersama dua wakil menteri lainnya.

 

Thomas diketahui pernah menjadi wartawan magang di Majalah Tempo dan Indonesia Business Weekly.

 

Di bidang keuangan, Thomas pernah bekerja sebagai analisis keuangan di Whetlock NatWest Securities, Hong Kong. (fajar)


Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memberikan keterangan kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/7/2024) 

 

SANCAnews.id – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menemui Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, di tengah isu pengawasan haji oleh Pansus Angket Haji DPR RI.

 

"Saya laporkan semua kerja di Kementerian Agama, kan banyak tugasnya," ujar Menag dalam wawancara sambil lalu usai menemui Presiden Jokowi di Jakarta.

 

Menteri Agama enggan merinci secara spesifik apa saja tugas-tugas yang dilaporkannya kepada Presiden Widodo. Ia berulang kali menegaskan hanya memberikan laporan rutin.

 

"Saya laporkan rutin. Laporan rutin ke Presiden-lah terkait pelaksanaan tugas di Kementerian Agama, semua. Saya laporkan semua tugas-tugas saya di Kementerian Agama kepada pak Presiden, itu saja," jelasnya.

 

Mengenai tanggapan Presiden atas laporan yang diberikan, Menag menyebut, "alhamdulillah", seraya masuk ke kendaraan dinasnya.

 

Menag menutup pintu kendaraan saat wartawan menanyakan tanggapannya atas dugaan korupsi pengalokasian kuota tambahan haji di Kementerian Agama.

 

Sebelumnya, anggota Panitia Khusus Angket Pengawasan Haji DPR RI Luluk Nur Hamidah menyampaikan pihaknya menemukan indikasi korupsi dalam penyelenggaraan haji terkait dengan pengalihan kuota haji reguler ke haji khusus.

 

"Bukan hanya ada indikasi pelanggaran terhadap undang-undang, tetapi kami juga mencium adanya indikasi korupsi dalam pengalihan kuota haji reguler ke haji khusus," kata Luluk beberapa waktu lalu.

 

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief meminta Pansus Haji DPR untuk membuktikan tuduhan korupsi yang dialamatkan ke Kemenag soal pengalihan kuota haji reguler ke haji khusus.

 

"Dibuktikan saja," ujar Hilman Latief di Jakarta, Senin (15/7). (jawapos)


Aktivis Hak Asasi Manusi (HAM) Natalius Pigai 

 

SANCAnews.id – Kunjungan lima kader Nahdlatul Ulama (NU) ke Israel merupakan tindakan yang melampaui urusan Indonesia sebagai sebuah negara. Hal tersebut disampaikan aktivis HAM Natalius Pigai dalam Talk Show TV One Dua Sisi bertajuk “Kader NU Temui Presiden Israel Ada Apa” yang disiarkan langsung pada Kamis malam (18/7).

 

"Itulah yang saya sampaikan, kadang-kadang komunitas muslim di Indonesia itu melampaui urusan negara, yaitu urusan politik dan urusan pertahanan," ujar dia dikutip Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL melalui siaran ulang pada Jumat (19/7).

 

Dia mengungkapkan, fungsi dari kelembagaan NU sebagai salah satu organisasi massa terbesar di Indonesia adalah memperjuangkan perdamaian Palestina.

 

"Sebenarnya kalau dia fokus pada ukhuwah islamiyah dan insaniyah dalam konteks human rights, humanitarian intervension saja, maka saya pikir dapat mendukungan positif tidak hanya di Indonesia bahkan sampai dunia internasional," kata Pigai.

 

Namun, ketika mengetahui tujuan dari kunjungan lima kader NU itu untuk menormalisasi hubungan Israel Indonesia yang sebenarnya tidak memiliki hubungan diplomatik, Pigai memandang perlu dicek kembali maksud awal menemui Presiden Israel.

 

"Itu (tujuan kedatangan ke Israel) disampaikann setelah pertemuan. Tapi kan tujuan pertemuan juga harus disampaikan sebelumnya, sehingga ruang lingkup itu menginformasikan kepada rakyat bahwa perjalanan kami untuk kepentingan itu," kata Pigai.

 

Sebagai mantan Komisoner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Pigai memandang penderitaan tidak hanya dirasakan rakyat Palestina, tapi juga rakyat Israel. Sehingga dia mengira ada maksud perdamaian yang dibawa 5 kader NU untuk Palestina dan Israel.

 

"Andaikan mereka juga memperjuangkan penderitaan yang dialami kedua pihak, yaitu ribuan orang bahkan penderitaan yang dialami Israel yang mendapat tekanan penderitaan karena serangan dari Hamas," kata Pigai.

 

"Dan penderitaan yang dialami oleh Palestina itu tidak sekadar tekanan penderitaan itu saja, tapi pendidikan, ekonomi, kesehatan, kehidupan juga mengalami hal yang sama," sambung Pigai.

 

Oleh karena itu, dia menganggap porsi kelompok-kelompok muslim di Indonesia termasuk NU seharusnya mengedepankan persoalan humanitarian intervension, sehingga tidak boleh memasuki wilayah-wilayah yang lebih keras seperti dalam konteks politik.

 

"Cukup ambil porsi soal keadilan, perdamaian, humanisme, mungkin toleransi beragama, itu jauh lebih terhormat," demikian Pigai. (rmol)


Lima tokoh muda nahdliyin menemui Presiden Israel Isaac Herzog. (Istimewa) 

 

SANCAnews.id – Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Zainul Maarif, salah satu dari lima tokoh muda NU yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, menyampaikan permintaan maaf. Sebab, pertemuan tersebut menuai kritik dari masyarakat dan warga Nahdliyin.

 

"Sekali lagi saya mohon maaf, danini adalah suatu pelajaran besar bagi saya pribadi bahwa niat baik, tindakan baik kadang efeknya belum tentu baik, itu pelajaran besar bagi saya pribadi dan ini saya mewakili kawan-kawan semua," kata Zainul Maarif di kantor PWNU Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (18/7).

 

Zainul menjelaskan, pertemuannya dengan Presiden Israel merupakan kegiatan lintas iman. Ia menekankan, pertemuan itu tidak ada urusan dengan NU.

 

"Tidak ada urusannya dengan NU secara kelembagaan, tapi secara personal dan ini adalah dialog lintas iman pesertanya ada dari Kristen, Katolik, juga dari Yahudi dan Muslim. Jadi ini kegiatan lintas iman dan saya dalam hal ini meminta maaf atas segala yang terjadi," ucap Zainul.

 

Ia pun kembali menyampaikan permintaan maaf, ternyata langkahnya bertemu Presiden Israel Isaac Herzog justru berdampak buruk. Zainul melakukan pertemuan itu bersama empat rekan lainnya yang juga tokoh muda NU. Mereka di antarnya Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun dan Izza Annafisah Dania.

 

Bahkan, imbas pertemuan itu Zainul Maarif dipecat dari kepengurusan Lembaga Bahtsaul Masail (LBM) NU DKI Jakarta. Serta tiga pengurus lainnya terlibat organisasi Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian (RAHIM) yang mempunyai komunikasi dengan Israel juga dipecat. Mereka yakni Mukti Ali, Roland Gunawan dan Sapri Saleh.

 

Sebelumnya beredar foto lima tokoh muda NU bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Namun, belum jelas kapan pertemuan ini digelar.

 

Kelima nahdliyin yang bertemu itu di antaranya Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun dan Izza Annafisah Dania. Mereka merupakan pengurus di badan otonom maupun pengurus wilayah NU di tingkat provinsi.

 

Pertemuan itu menuai kecaman publik dan berbuntut permintaan maaf Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. (jawapos)


Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta, Taufik Damas dalam acara Talk Show Dua Sisi TV One/Repro 

 

SANCAnews.id – Nahdlatul Ulama (NU) saat ini berupaya membantu rekonsiliasi kelompok Hamas dan Fatah di Palestina. Hal ini mengemuka pasca kontroversi pertemuan lima kader Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel baru-baru ini.

 

"PBNU sedang melakukan itu (penyatuan atau perdamaian antara Hamas dan Fatah)," kata Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta, Taufik Damas dalam acara Talk Show Dua Sisi TV One bertajuk "Kader NU Temui Presiden Israel Ada Apa" yang dikutip Jumat (19/7).

 

Dia mengungkapkan, Pengurus Besar NU (PBNU) telah membangun komunikasi dengan dua kelompok politik di Palestina tersebut, dan akan melakukan pertemuan dalam waktu dekat.

 

"Beberapa hari lalu ada kunjungan ke PBNU, Duta Besar Palestina di Indonesia. Dan dalam waktu dekat sedang mengundang tokoh penting dari Palestina untuk hadir ke Indonesia. dan salah satu upaya untuk itu menyatukan antara Fatah dan Hamas," kata Taufik.

 

Oleh karena itu, Taufik memastikan NU bakal melakukan beragam upaya untuk menciptakan perdamaian di Palestina, agar konflik berkepanjangan yang terjadi bisa selesai.

 

"Jadi hal-hal yang sangat mungkin untuk kita cari jalan menyelesaikan apa yang terjadi antara Palestina dan Israel akan dilakukan, dengan cara-cara yang tentu sekali lagi humanitarian dan dialog dengan kapasitas yang saya pikir PBNU punya kapasitas untuk itu," demikian Taufik. (rmol)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.