Latest Post


 

OLEH: BEATHOR SURYADI

   

JANGANKAN berharap paslon nomor 2 menang satu putaran, bisa ikut di putaran kedua saja sudah bersyukur.


Gerakan dari kampus ke kampus oleh para profesor, guru besar saling bersambut. Hingga hari ini, sudah hampir 50 kampus. Ini adalah herakan melawan Jokowi, perusak kehidupan bernegara.


Tampaknya Bu Mega sudah punya info valid, bahwa dia akan ditangkap jika Prabowo-Gibran kalah, pada Pilpres 2024 ini.


Dalam pidato akbar kemenangan di GBK Sabtu 3 Februari 2024, hal itu telah disampaikannya secara blak-blakan, Apakah kalian berani?


Pidato di hadapan ratusan ribu kadernya itu, juga disaksikan Opa Sidarto, Wantimpres, mantan ajudan Presiden Soekarno.


Sebagai Presiden ke-5 dan Ketua Partai Besar, tentu Bu Mega tidak asal ngebacot tentang info akan ditangkap tersebut.


Bu Mega masih punya orang orang kepercayaannya di Istana Merdeka.


Salam juang. 


(Penulis adalah politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan; Mantan Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi)


Konferensi pers Koalisi Masyarakat Sipil di Imparsial 

 

SANCAnews.id – Koalisi Masyarakat mendesak Kapolri dan Komnas HAM mengusut tindakan represif sekelompok orang berpakaian sipil yang membubarkan aksi konsolidasi mahasiswa pembahasan pemakzulan Presiden Jokowi.


Peneliti Imparsial, Hussein Ahmad menjelaskan, konsolidasi dilakukan pada Sabtu 3 Februari 2024 sekitar pukul 23.06 WIB. Konsolidasi mahasiswa Jakarta digelar di Kampus Universitas Trilogi, Kalibata, Jakarta Selatan.


"Tiba-tiba didatangi oleh segerombolan orang tidak dikenal dengan berpakaian preman. Tanpa menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya, mereka memaksa mahasiswa keluar dari kampus sembari mengancam supaya mahasiswa tidak membahas wacana aksi demonstrasi yang mendorong pemakzulan presiden. Tak hanya itu, bahkan ada satu orang mahasiswa yang mengalami kekerasan berupa ditanduk di bagian kepalanya," kata Hussein dalam keterangannya, Minggu, 4 Februari 2024. 


Maka itu, kata Hussein, koalisi menilai peristiwa ini bukan sekadar tindakan kriminal atau premanisme biasa. Represi terhadap konsolidasi mahasiswa yang membahas wacana pemakzulan presiden ini harus dipandang sebagai tindakan yang sarat muatan kepentingan kekuasaan. Bahkan, lanjut dia, peristiwa itu diduga didalangi atau direstui oleh pihak yang berkepentingan. 


Kemudian, Hussein mengatakan seharusnya aparat penegak hukum, khususnya Polri, proaktif menanggapi peristiwa ini dengan melakukan pengusutan. Polri harus mampu mengungkap kasus ini bukan hanya di level pelaku lapangan, seluruh pihak yang mendalangi atau menjadi aktor intelektual juga harus diungkap dan diproses hukum. (viva)


Presiden Joko Widodo 


SANCAnews.id – Sejumlah akademisi membuat petisi yang mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo karena melanggar etika dalam sistem demokrasi.


Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Dedi Kurnia Syah menilai Presiden Jokowi patut malu dan keluar Istana karena majunya Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto.


"Jokowi tidak saja wajib merasa malu, tetapi ia seharusnya mundur dari jabatan presiden pasca putranya dideklarasikan sebagai cawapres," kata Dedi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (4/2).


Selain itu, kata Dedi, dengan situasi sekarang, di mana banyak kaum intelektual menghardiknya dengan deklarasi penyelematan demokrasi, Jokowi harusnya evaluasi diri dan kekuasaannya.


"Jokowi seharusnya segera mengevaluasi kekuasaan yang ia jalankan sudah keluar dari cita-cita bangsa," tutup Dedi. (*)


Demo mahasiswa turun ke jalan beberapa waktu lalu/rmol 

 

SANCAnews.id – Gelombang demonstrasi mahasiswa jelang Pilpres 2024 diprediksi bisa saja terjadi. Hal itu merupakan hasil petisi civitas akademika sejumlah kampus ternama di Indonesia.


"Bisa saja terjadi (gelombang demo mahasiswa), jika akademisi yang ada di elite perguruan tinggi mendukung langsung," ujar pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Dedi Kurnia Syah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (4/1).


Hanya saja, kata Dedi, mahasiswa saat ini belum mendapatkan dukungan besar dari para seniornya, sehingga mudah untuk dibungkam pemerintah.


"Ini persoalannya, gerakan mahasiswa belum sepenuhnya mendapat sokongan dari para senior dan elite perguruan tingginya masing-masing, mereka masih terkesan sendirian, sehingga mudah dibungkam," ujar Dedi.


Menurutnya, perlu ada ikatan kuat yang bisa mempersatukan mahasiswa turun ke jalan seperti pada fenomena tahun 1998.


"Kita bisa lihat situasi BEM UI, lalu BEM UGM, begitu mereka lantang sedikit, lalu menghadapi masalah, perlu ikatan kuat antara akademisi dan mahasiswa untuk satukan suara," tutup Dedi. (*)


Klose Andy Rompas-Habib Bahar 

 

SANCAnews.id – Panglima Manguni Makasiow, Andy Rompas kembali menegaskan kesiapannya untuk menghadapi Habib Bahar.


Dalam keterangannya yang viral di media sosial, Andy Rompas menanyakan satu syarat yang menjadi sorotan.


"Kami di sini hanya mau menjaga adat istiadat tanah leluhur kami, bukan agama. Tidak agama ya. Jadi itu dari saya," tegas Panglima Manguni, menepis dugaan adanya radikalisme di tanah Minahasa. 


Dalam konteks perseteruan ini, Andy Rompas menyoroti klaim Habib Bahar terkait provokasi umat muslim. 


"Jadi kalau si Bahar itu bilang yang mau memprovokasi umat muslim enggak usah pakai provokasi-provokasi umat muslim kan kayak gitu tanggapannya seperti itu gampang saja," tambahnya dengan tegas. 


Andy Rompas juga memberikan pesan menarik terkait bendera.  


"Kalau mau angkat bendera angkat bendera merah putih, kita negara non-blok jelas di situ. Kenapa mesti kita sibuk dengan negara-negara lain yang kita ini Indonesia timur, gitu," paparnya. 


Namun, yang menarik perhatian adalah janji Andy Rompas untuk menyelesaikan perseteruan secara adat setelah pemilu. 


"Saya hanya pesan satu, nanti kita selesaikan secara adat setelah pemilu ini. Setelah pemilu selesai, saya Andy Rompas kita akan selesaikan secara adat, itu saja dari saya," ungkapnya. 


Habib Bahar, dari sisi lain, memberikan responsnya melalui media sosial dengan pernyataan bernuansa analogi. 


"Terlalu mahal auman singa untuk mlayani seekor domba," kata Habib Bahar dalam jawaban berkelasnya terhadap Andy Rompas. 


Perseteruan antara Panglima Manguni dan Habib Bahar terus menjadi sorotan, menimbulkan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi setelah pemilu dan bagaimana penyelesaiannya secara adat.  Masyarakat pun menantikan perkembangan selanjutnya dari kisah kontroversial ini. (viva)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.