Latest Post

Presiden Joko Widodo 


SANCAnews.id – Sejumlah akademisi membuat petisi yang mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo karena melanggar etika dalam sistem demokrasi.


Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Dedi Kurnia Syah menilai Presiden Jokowi patut malu dan keluar Istana karena majunya Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto.


"Jokowi tidak saja wajib merasa malu, tetapi ia seharusnya mundur dari jabatan presiden pasca putranya dideklarasikan sebagai cawapres," kata Dedi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (4/2).


Selain itu, kata Dedi, dengan situasi sekarang, di mana banyak kaum intelektual menghardiknya dengan deklarasi penyelematan demokrasi, Jokowi harusnya evaluasi diri dan kekuasaannya.


"Jokowi seharusnya segera mengevaluasi kekuasaan yang ia jalankan sudah keluar dari cita-cita bangsa," tutup Dedi. (*)


Demo mahasiswa turun ke jalan beberapa waktu lalu/rmol 

 

SANCAnews.id – Gelombang demonstrasi mahasiswa jelang Pilpres 2024 diprediksi bisa saja terjadi. Hal itu merupakan hasil petisi civitas akademika sejumlah kampus ternama di Indonesia.


"Bisa saja terjadi (gelombang demo mahasiswa), jika akademisi yang ada di elite perguruan tinggi mendukung langsung," ujar pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Dedi Kurnia Syah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (4/1).


Hanya saja, kata Dedi, mahasiswa saat ini belum mendapatkan dukungan besar dari para seniornya, sehingga mudah untuk dibungkam pemerintah.


"Ini persoalannya, gerakan mahasiswa belum sepenuhnya mendapat sokongan dari para senior dan elite perguruan tingginya masing-masing, mereka masih terkesan sendirian, sehingga mudah dibungkam," ujar Dedi.


Menurutnya, perlu ada ikatan kuat yang bisa mempersatukan mahasiswa turun ke jalan seperti pada fenomena tahun 1998.


"Kita bisa lihat situasi BEM UI, lalu BEM UGM, begitu mereka lantang sedikit, lalu menghadapi masalah, perlu ikatan kuat antara akademisi dan mahasiswa untuk satukan suara," tutup Dedi. (*)


Klose Andy Rompas-Habib Bahar 

 

SANCAnews.id – Panglima Manguni Makasiow, Andy Rompas kembali menegaskan kesiapannya untuk menghadapi Habib Bahar.


Dalam keterangannya yang viral di media sosial, Andy Rompas menanyakan satu syarat yang menjadi sorotan.


"Kami di sini hanya mau menjaga adat istiadat tanah leluhur kami, bukan agama. Tidak agama ya. Jadi itu dari saya," tegas Panglima Manguni, menepis dugaan adanya radikalisme di tanah Minahasa. 


Dalam konteks perseteruan ini, Andy Rompas menyoroti klaim Habib Bahar terkait provokasi umat muslim. 


"Jadi kalau si Bahar itu bilang yang mau memprovokasi umat muslim enggak usah pakai provokasi-provokasi umat muslim kan kayak gitu tanggapannya seperti itu gampang saja," tambahnya dengan tegas. 


Andy Rompas juga memberikan pesan menarik terkait bendera.  


"Kalau mau angkat bendera angkat bendera merah putih, kita negara non-blok jelas di situ. Kenapa mesti kita sibuk dengan negara-negara lain yang kita ini Indonesia timur, gitu," paparnya. 


Namun, yang menarik perhatian adalah janji Andy Rompas untuk menyelesaikan perseteruan secara adat setelah pemilu. 


"Saya hanya pesan satu, nanti kita selesaikan secara adat setelah pemilu ini. Setelah pemilu selesai, saya Andy Rompas kita akan selesaikan secara adat, itu saja dari saya," ungkapnya. 


Habib Bahar, dari sisi lain, memberikan responsnya melalui media sosial dengan pernyataan bernuansa analogi. 


"Terlalu mahal auman singa untuk mlayani seekor domba," kata Habib Bahar dalam jawaban berkelasnya terhadap Andy Rompas. 


Perseteruan antara Panglima Manguni dan Habib Bahar terus menjadi sorotan, menimbulkan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi setelah pemilu dan bagaimana penyelesaiannya secara adat.  Masyarakat pun menantikan perkembangan selanjutnya dari kisah kontroversial ini. (viva)


Kiai Nur Jaya bersama Muhaimin Iskandar 

 

SANCAnews.id – Calon Wakil Presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin bertemu dengan Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Kiai Nur Jaya di Cisoka, Tangerang, Banten, Jumat 2 Februari 2024.


Diketahui, Kiai Nur Jaya merupakan mantan pendukung Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 yang kini berbalik mendukung AMIN (Anies-Muhaimin) pada Pilpres 2024.


“sekarang full ke AMIN, dukungannya besar,” ungkap Cak Imin. 


Ia menjelaskan, Kiai Nur Jaya merupakan penggerak AMIN yang tidak berhenti berkeliling mengunjungi para tokoh dan kiai lainnya untuk menjelaskan tentang pasangan AMIN. 


“Kerja kerasnya itu telah membuahkan banyak hasil, Banten jadi semakin kuat AMIN-nya,” ujar Ketum PKB tersebut. 


Hal yang menarik dari pergerakan tersebut, lanjutnya, mereka tidak meminta biaya untuk berkampanye dari ulama ke ulama. Dari dukungannya tersebut, diharap menjadikan kiai-kiai lainnya menjadi bersatu mendukung Pasangan AMIN. 


“Tentu militansi seperti inilah yang harus kita hormati dan kita ucapkan terima kasih kepada Kiai Nur Jaya, sekaligus memberi semangat untuk terus bergerak terutama se-Tangerang,” pungkasnya. (herald)


Ketua Dewan Guru Besar UI, Harkristuti Harkrisnowo di Rotunda UI, Kota Depok, Jumat (2/2/2024) 

 

SANCAnews.id – Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia Harkristuti Harkrisnowo mengungkapkan, beberapa profesor mendapat intimidasi melalui pesan singkat karena menggelar acara deklarasi kebangsaan.


Diketahui, dalam deklarasi kebangsaan tersebut, civitas akademika UI menghimbau agar pemilu berlangsung demokratis


"Kami sudah agak diintimidasi juga lewat pesan di WhatsApp dari salah seorang mahasiswa kami yang sudah alumni," kata Harkristuti di Lapangan Rotunda UI, Depok, Jumat (2/2/2024). 


Menurut Harkristuti, pengirim pesan tersebut mengaku seorang alumni Fakultas Hukum UI. Namun, pengirim pesan itu tidak menyebutkan identitasnya. 


Harkristuti berujar, pesan singkat itu berisi kekecewaan pengirim pesan kepada UI yang turut serta membuat acara deklarasi seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII). 


"Dia berusaha agar kami tidak menjalankan apa yang kami lakukan hari ini," ujar dia. 


"Isi pesannya kayak, 'Kenapa kok UI ikut-ikutan UGM dan UII. Seharusnya kita bisa pergi ke pejabat yang berwenang dan menyampaikan ide-ide'," tambah Harkristuti. 


Menurut dia, pesan intimidasi itu dikirimkan kepada beberapa guru besar. 


"Tidak semua dari kami menerima pesan seperti itu, hanya beberapa," ucap Harkristuti. 


Meski beberapa guru besar mendapatkan pesan tersebut, civitas academica UI tetap menggelar acara deklarasi. 


Harkristuti menuturkan, civitas academica UI hanya menjalankan academic freedom yang diajarkan oleh kampus. 


"Kami tidak ngapa-ngapain, kami hanya mengatakan bahwa di kampus diajarkan tentang academic freedom, yaitu kebebasan akademik dan etika akademik. Dan itulah yang sedang kami laksanakan hari ini," ungkap Harkristuti. 


Di samping itu, pada seruan deklarasi hari ini, civitas academica UI menekankan empat poin yang bertujuan mendorong Pemilu 2024 berjalan demokratis dan damai. 


"Kami berdiri di sini, mengajak warga dan alumni Universitas Indonesia, untuk segera merapatkan barisan, guna mengutuk segala bentuk tindakan yang menindas kebebasan berekspresi, menuntut hak pilih rakyat dalam pemilu dapat dijalankan tanpa intimidasi dan ketakutan," ungkap Harkristuti saat membacakan poin deklarasi. 


Selain itu, civitas academica UI juga menekankan bahwa pemilu harus terbebas dari paksaan memenangkan salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. 


"Menyerukan agar semua perguruan tinggi di seluruh Tanah Air mengawasi dan mengawal secara ketat pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara di wilayah masing-masing," kata Harkristuti. (kompas)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.