Rocky Gerung soroti video viral Prabowo Subianto mengumpat/ist
SANCAnews.id – Pengamat politik, Rocky Gerung mengomentari potongan video yang beredar Prabowo Subianto mengatakan 'Ndasmu Etik' yang ramai diperbincangkan publik. Video yang beredar luas di media sosial itu, memperlihatkan Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto bilang 'ndasmu etik' di acara Internal Partai Gerindra.
"Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik. Ndasmu etik," kata Prabowo dalam video yang viral tersebut dikutip pada Sabtu (16/12/2023).
'Ndasmu etik' diduga terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Majelis Kehormatan MK (MKMK) soal batas usia capres-capres yang pada akhirnya MKMK memutuskan sanksi etik kepada mantan Ketua MK Anwar Usman.
Diketahui, video itu diambil saat Partai Gerindra menggelar Rakornas di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat pada Jumat, 15 Desember 2023.
Sementara itu, Rocky Gerung menanggapi soal viralnya video Prabowo Subianto mengatakan 'Ndasmu etik'.
Bahasa umpatan yang dilontarkan oleh Prabowo itu artinya, Ndas, ndhas, atau endhas adalah bahasa jawa yang berarti 'kepala'.
Melihat situasi tersebut, Rocky Gerung mengatakan bahwa debat pertama Capres itu membekas di publik. Sehingga bacaan Gerindra itu harus diselamatkan.
"Semacam krisis yang memungkinkan Gerindra mengalami defisiensi di dalam legitimasi, dan pak Prabowo akan ingat terus bahwa peristiwa debat itu ada hal yang bagi dia kurang bisa dieksplisitkan di dalam waktu yang terbatas itu," ungkapnya dilansir Youtube Rocky Gerung Official.
"Kan satu menit satu menit itu, karena itu dia saring lagi intipatinya lalu muncul di Rakernas, walaupun sebetulnya itu dari segi kepentingan internal, pak Prabowo pasti harus mengkonsolidasi partai supaya mampu untuk menerima fakta bahwa ada perdebatan, tetapi perdebatan itu sebetulnya keliru menurut versi Gerindra Prabowo," sambungnya.
Rocky juga mengatakan bahwa kalau Rakernas bisa bocor maka artinya tidak ada disiplin di dalam partai Gerindra. Sehingga hal yang seharusnya diulas dulu, diedit dulu sebelum dipublikasi sudah terpublikasi duluan.
"Ini bikin kacau juga tim Gerindra, kenapa tidak mampu mengendalikan bocornya satu strategi yang memungkinkan lawan politik justru mengeksploitasi itu," tuturnya,
"Dan ternyata keterangan Pak Prabowo itu walaupun sedikit bercanda, itu artinya Prabowo tetap masih mengingat bahwa ada yang kurang ajar di di debat pertama, kira-kira begitu bahasa gaulnya," terangnya. Pengamat politik, Rocky Gerung.
Kemudian, Hersubeno Arief yang memandu diskusi menyinggung soal branding dari Prabowo Subianto dari awalnya gemoy menjadi gemoysian.
"Memang mudah juga untuk dilupakan karena timbunan isu akan menimbun juga isu Prabowo di debat kemarin, tetapi timbun menimbun isu juga perlu energi yang kuat, jangan sampai yang sudah ditimbun justru berulang di dalam putaran berikutnya," ungkapnya.
Lanjut Rocky mengatakan jika branding emosi sudah terlabeli ke Prabowo Subianto, ia bisa melanjutkan tradisi atau bahasa tubuh yang seperti itu.
"Karena itu yang paralel dengan semua hal yang orang tahu tentang Prabowo kan, yang disebut Gemoy itu buatan aja yang ada di baliho tuh, atau dari TikTok," ungkapnya.
"Tetapi watak dasar Prabowo yang ekspresif dan sugestif itu yang musti justru dieksploitasi, jadi gak perlu lagi Prabowo itu didampingi oleh tim yang berupaya untuk membuat dia jangan emosional nggak ada gunanya, semua jejak digital Pak Prabowo emosional kok, be yourself aja" tuturnya.
Akademisi yang juga seorang filsuf ini mengungkapkan bahwa yang menjadi persoalan dari munculnya video viral tersebut adalah hal yang sebetulnya natural, tiba-tiba menjadi persoalan.
"Karena Pak Prabowo dibikin tidak natural oleh para pelatihnya kan, ngapain Prabowo dibuat seolah-olah yang mampu menahan amarah, biarkan saja," ujarnya.
"Justru itu yang kemarin 2019, membuat suara Gerindra juga naik itu, karena Prabowo secara ekspresif menyerang Jokowi kan, walaupun akhirnya masuk ke dalam kabinet," tuturnya.
Tak lupa Rocky juga mengatakan bahwa Gerindra dikenal sebagai partai yang menjadi macan panggung, "Beda dengan Gibran, Gibran nggak mampu untuk mengekspresikan diri se-sugestif Pak Prabowo, jadi Gibran yang mestinya diolah wataknya atau direkayasa wataknya, Prabowo udah empat kali maju Pemilu ngapain direkayasa penampilan kepribadiannya," ungkapnya. (tvone)