Latest Post


SANCAnews.id –  Aparat kepolisian diminta mengungkap motif pelaku penembakan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Selasa sore (2/5).

 

Permintaan itu disampaikan mantan Ketua MUI, M. Din Syamsuddin, kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu.

 

“Kepada Polri harus mampu menangkap pelakunya dan mengungkap siapa dalang yang bermain di balik layar,” ujar Din Syamsuddin.

 

Meskipun, Din menyayangkan pelaku penembakan tersebut tidak dapat diinterogasi karena meninggal atau dianggap gila.

 

“Kok orang-orang gila bisa beramai-ramai merusak tempat ibadat ya?” cetusnya.

 

Mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini menduga, pelaku penembakan di kantor tempat berkumpulnya para alim ulama se-Indonesia itu sudah terpapar Islamofobia. Pasalnya, tindakan menyasar kantor lembaga (MUI).

 

Hal itu, menurut Din, akan mudah dipahami sebagai bermotif kebencian terhadap MUI atau Islam.

 

“Maka jelas Islamofobia itu ada dan nyata,” tuturnya.

 

Namun begitu, Din menyebut tindakan berupa penyerangan atau perusakan terhadap masjid/musala atau tokoh Islam seperti yang terjadi di beberapa tempat terakhir ini dapat dipersepsikan sebagai tindakan sistematis dan tendensius.

 

Sebab, kejadian serupa pernah terjadi berentetan jelang Pemilu atau Pilpres 2019, tapi tidak pernah ada pengungkapan yang jelas.

 

“Waktu itu, Mabes Polri hanya menyatakan pelakunya ada orang-orang gila,” kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

 

Din menambahkan, kejadian-kejadian seperti itu mengingatkan peristiwa berdarah pada tahun 1965 silam. Kala itu sering terjadi perusakan masjid dan musala, serta penyerangan terhadap ulama dan zuama.

 

“Seperti masa itu, kita pun sekarang merasa living years dangerously atau hidup pada tahun-tahun bahaya,” tandasnya. (*)


 

SANCAnews.id Aksi penembakan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat di Menteng, Jakarta Pusat itu menuai kecaman dari Persaudaraan Alumni (PA) 212. Polisi pun diminta mengungkap motif penembakan, mengingat pelaku belum lama meninggal. setelah kejadian itu.

 

Kecaman itu disampaikan oleh Sekretaris Majelis Syuro Persaudaraan Alumni (PA) 212, Ustaz Slamet Maarif, atas aksi penembakan yang terjadi di kantor MUI Pusat pada hari ini, Selasa (2/5).

 

"Kita mengecam dan mengutuk tindakan tersebut," ujar Slamet kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (2/5).

 

Akan tetapi, PA 212 juga menyayangkan tewasnya pelaku penembakan tersebut. Sehingga, motif aksi penembakan sulit diungkap.

 

"Kami berharap pihak kepolisian bisa bekerja keras untuk mengungkap motif aksi penembakan tersebut. Kantor MUI Pusat yang diteror, ini sama saja meneror ulama-ulama Indonesia," pungkas Slamet. (*)


 

SANCAnews.id Seluruh aparat kepolisian dari Polda Metro Jaya dilarang membawa senjata api saat pengamanan Hari Buruh di sejumlah tempat.

 

Perintah itu disampaikan Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto saat memimpin persiapan pengamanan Hari Buruh di Silang Monas, dilansir  RMOL, Senin (1/5).

 

"Saya minta kepada para komandan satuan, tidak ada rekan-rekan yang berhadapan langsung membawa senjata api. Ingat, tidak ada yang membawa senjata api," tegas Karyoto.

 

Tak hanya senjata Api, Karyoto juga meminta jajaran untuk tidak menggunakan senjata pengurai massa atau biasa disebut gas air mata. Sebaliknya, penggunaan gas air mata hanya melalui perintah Karyoto semata.

 

"Kemudian, penggunaan gas air mata menunggu perintah dari saya. Saya dan beberapa perwira Polda nanti akan menilai, apakah layak digunakan gas air mata atau tidak," tegasnya.

 

Aksi May Day kali ini digelar di beberapa tempat, dari pagi hingga siang massa dari beberapa serikat buruh melakukan aksi di Gedung Mahkamah Konstitusi dan Istana Negara.

 

Lalu, pada siang dan sore harinya, massa bergerak menuju Istora Senayan untuk menghadiri May Day Fiesta. Diperkirakan jumlah massa buruh yang hadir berkisar antara 50 ribu hingga 100 ribu. (*)


 

SANCAnews.id Mustopa NR (60), pelaku penembakan Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Menteng, Jakarta Pusat ternyata seorang residivis. Ia pernah dipenjara buntut perusakan Kantor DPRD Provinsi Lampung.

 

Kabid Humas Polda Lampung Kombes Zahwani Pandra Arsyad menyebut kasus ini terjadi tahun 2016 silam.

 

"Dari database yang kami terima atas nama Mustopa NR itu pernah ada catatan kriminalnya, pernah melakukan suatu tindakan, tindak pidana pengerusakan di salah satu instalasi vital atau objek vital itu di Kantor DPRD Provinsi Lampung di tahun 2016," kata Pandra kepada wartawan, Selasa (2/5/2023).

 

Pandra mengungkap Mustopa kala itu juga mengklaim dirinya sebagai wakil Nabi Muhammad SAW. Pengakuan yang juga disampaikan Mustopa saat beraksi di Kantor MUI.

 

"Dia selalu mengklaim bahwa dia itu adalah sebagai wakil dari Nabi Muhammad SAW dan telah dituntut oleh JPU selama 5 bulan," bebernya.

 

Berkenaan dengan peristiwa yang terjadi di Kantor MUI, Polda Lampung akan turut membantu Polda Metro Jaya jalan menangani perkaranya.

 

"Polda Lampung akan melakukan back up penyelidikan dan penyidikan dalam terangnya suatu permasalahan yang terjadi terhadap kasus yang terjadi di penembakan di Kantor MUI," jelasnya.

 


Dinyatakan Tewas

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin menyebut jika pelaku penembakan kantor MUI Pusat tewas.

 

"Pelaku sudah meninggal," kata Komarudin.

 

Terkait kasus ini, polisi juga menemukan barang bukti berupa pistol yang diduga milik pelaku. Namun jenis dari senjata tersebut masih didalami.

 

"Dugaannya begitu (barang bukti pistol yang ditemukan milik pelaku)," kata Komarudin.

 

Viral

Kabar terkait peristiwa penembakan ini sempat diungkap oleh akun Twitter @facialwashh. Pemilik akun turut mengunggah foto kondisi Kantor MUI yang terlihat dalam keadaan beberapa kaca pecah.

 

Di sisi lain terdapat pula foto yang menampilkan sosok diduga korban yang tengah terbaring.

 

"Terjadi penembakan di Kantor Majelis Ulama Indonesia Jakarta oleh orang tak dikenal. Beberapa orang terluka dan dibawa ke rumah sakit," tulisnya. (suara)


 

SANCAnews.id Penembakan terjadi di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga menyebabkan dua orang staf menjadi korban, Selasa (2/5/2023).

 

Diketahui, aksi teror tersebut terjadi di dalam kantor MUI. Pelaku diduga menggunakan senjata api dalam melakukan aksinya. Akibatnya, salah satu korban luka terkena pecahan kaca.

 

Seperti diketahui, gedung MUI yang terbuat dari kaca, pelaku menembak ke arah tersebut. Sedangkan satu korban lainnya luka terkena peluru air softgun.

 

"Luka staf kami dua orang, staf rumah tangga. Dan kena serpihan kaca. Ada yang kena gesekan peluru," ujar Arif, dikutip dari laman Suara.com, (2/5/2023).

 

Salah seorang korban pun dilarikan ke Rumah Sakit Agung, Manggarai, dan satu lagi sedang memberi keterangan.

 

Kondisi gedung MUI pun berserakan oleh serpihan kaca akibat tembakan peluru. Hingga kini kasus teror yang terjadi di dalam gedung MUI masih diselidiki oleh pihak berwajib. (suara)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.