Latest Post


SANCAnews.id – Kejahatan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo, jauh lebih buruk jika dibandingkan era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

 

Anggapan itu diutarakan mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli dalam acara diskusi publik yang diselenggarakan Paramadina Public Policy Institute dan LP3ES bertemakan “Masa Depan Reformasi Birokrasi dan Pemerintahan (Berkaca pada kontroversi 349T di Kementerian Keuangan RI)”, Rabu (12/4).

 

“KKN dia dan keluarganya. Ini, Jokowi lebih ganas KKN-nya, lebih brutal dibandingkan Soeharto,” ucap Rizal Ramli.

 

Rizal Ramli menceritakan pengalamannya dalam rezim pemerintahan Soeharto. Menurutnya, anak Soeharto berani melakukan praktik KKN ketika ayahnya berkuasa 15 tahun.

 

Namun, lanjutnya, kondisi itu berbeda dengan anak Presiden Jokowi yang mulai memanfaatkan kekuasaan ayahnya di usia pemerintahan baru seumur jagung.

 

“Kita ini kan pernah ditangkap oleh Soeharto, tapi Tommy Soeharto bisnis ngaco-ngaco setelah Soeharto berkuasa 15 tahun. Ini, anak-anak Jokowi baru kuasa 7 tahun si Kaesang punya 60 perusahaan, investasi ratusan miliar, dari mana itu dia dapat uang?” kata Rizal Ramli.

 

Dia menengarai, uang-uang itu didapat anak-anak Jokowi dari para taipan. Dia mencontohkan, Sinarmas yang melakukan investasi di perusahaan Kaesang sebesar Rp 150 miliar, yang menurutnya tidak masuk akal.

 

“Jadi sebetulnya anak-anaknya (Jokowi) melakukan dagang kekuasaan,” demikian Rizal Ramli. (rmol)

 

SANCAnews.id – Dugaan tindak pidana pencucian uang di lingkungan Kementerian Keuangan belum menyentuh babak akhir lantaran data Rp 349 triliun masih diragukan dan dipertanyakan masyarakat.

 

Anggota Komisi III DPR RI Benny K Harman mencurigai, Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sedang melakukan prank (bohongi) masyarakat luas untuk kepentingan tertentu.

 

"Mohon maaf Pak Mahfud, bagi saya ini kadang kalau saya tanya,  jangan-jangan Pak Mahfud dengan teman-temannya ini sedang main cilukba, kita yang kena, ya kita anggap begitu ya," ucap Benny dalam rapat kerja bersama Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen, Senayan, Selasa (11/4).

 

Legislator dari fraksi Partai Demokrat ini khawatir temuan Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, tersebut seperti kasus prank Ratna Sarumpaet. Benny mengatakan pada kasus Ratna itu menyeret namanya lantaran ikut-ikutan mengomentari kasus aktivis perempuan itu.

 

"Kayak dulu, masih ingat kan, siapa dulu aktivitas politik kita, yang dulu yang dulu tahun 2018, ah aktivis politik kita. Ingatlah Sarumpaet tuh, yang mukanya luka lalu kita tanggapi di publik kita yang kena, Pak Mahfud. Padahal kena prank kita ini, saya hampir dipanggil polisi, bukan dipanggil lagi, sudah kirim surat ke saya, untuk dipanggil. Hanya karena menanggapi pemberitaan, tentang aktivis yang mukanya jadi jelek akibat salah operasi padahal fiktif itu. Tapi itu dulu, 5 tahun lalu," katanya.

 

"Jadi, poin saya sungguh-sungguh sedikit lah," tutup Benny. (rmol)

 

SANCAnews.id – Pengamat politik Rocky Gerung menanggapi soal aksi demonstrasi yang dilakukan massa di depan Gedung Merah Putih KPK belakangan ini. Mereka memprotes Ketua KPK Firli Bahuri karena mencopot Brigjen Endar dari jabatan direktur penyelidikan.

 

Rocky menilai situasi yang sedang dihadapi Firli Bahuri merupakan sinyal pintu perubahan sudah terbuka. Dia menyebut semua orang sudah menyadari bahwa lembaga tersebut adalah tempat 'pencaloan' politik.

 

"Agaknya pintu untuk perubahan besar-besaran ini sudah terbuka. Walaupun pintu KPK tertutup, tetapi pintu perubahannya justru terbuka karena semua orang melihat bahwa KPK ini sarang dari pencaloan politik. Sarang dari upaya untuk mendiskreditkan beberapa tokoh dari beberapa tahun lalu," kata Rocky Gerung dikutip dari saluran Youtube-nya, Selasa (11/4/2023).

 

"Sekarang dia (KPK) jadi semacam tempat orang menumpahkan segala macam kejengkelan. Karena nilai KPK itu kan tadinya betul-betul sempurna 10, lalu dia mulai berubah menjadi institusi yang dipergunakan oleh beberapa partai politik untuk mencegah lawan politiknya," terang dia.

 

Rocky Gerung memprediksi, setelah semua kekacauan yang terjadi di KPK, akan timbul pertanyaan siapa sosok di balik kekuatan Firli Bahuri. Dia meyakini orang tersebut nantinya akan terungkan di kemudian hari.

 

"Kita timbul semacam pertanyaan apakah Pak Firli ini demikian hebat, demikian kuat, sehingga dia bisa masuk ke segala ranah mengacak-ngacak satu kasus, dibuat sedemikian rupa supaya kasus itu tetapdi perhatikan publik," ujarnya.

 

"Tiba-tiba di ujungnya ada semacam pemberontakan etnik dari teman-teman di KPK yang merasa bahwa keterlaluan Pak Firli ini. Dan itu yang akan membuka pintu yang lebih besar untuk mengetahui apa sebetulnya kekuatan Pak Firli ini, di belakangnya siapa, ya pasti presiden. Gak yang lebih kuat dari itu." (kontenjatim)


SANCAnews.id – Ketua KPK Firli Bahuri digeruduk massa buntut pencopotan Brigjen Endar sebagai direktur penyelidikan. Massa yang terdiri aktivis mahasiswa, pemuda dan masyarakat melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung Merah Putih KPK pada pekan lalu.

 

Tak hanya dari eksternal, pencopotan Brigjen Endar juga menimbulkan kisruh di internal KPK. Mulanya, puluhan pegawai negeri yang dipekerjakan dari Polri atau penyidik Polisi di KPK meminta penjelasan mengenai pemberhentian Endar lewat email. Tapi akhirnya pimpinan KPK menggelar audiensi dengan penyidik yang berakhir dengan sanksi etik.

 

Pengamat politik Rocky Gerung mengatakan situasi yang sedang dihadapi Firli Bahuri merupakan sinyal pintu perubahan sudah terbuka. Dia menyebut semua orang sudah menyadari bahwa lembaga tersebut adalah tempat 'pencaloan' politik.

 

"Agaknya pintu untuk perubahan besar-besaran ini sudah terbuka. Walaupun pintu KPK tertutup, tetapi pintu perubahannya justru terbuka karena semua orang melihat bahwa KPK ini sarang dari pencaloan politik. Sarang dari upaya untuk mendiskreditkan beberapa tokoh dari beberapa tahun lalu," kata Rocky Gerung dikutip dari saluran Youtube-nya, Selasa (11/4/2023).

 

"Sekarang dia (KPK) jadi semacam tempat orang menumpahkan segala macam kejengkelan. Karena nilai KPK itu kan tadinya betul-betul sempurna 10, lalu dia mulai berubah menjadi institusi yang dipergunakan oleh beberapa partai politik untuk mencegah lawan politiknya," terang dia.

 

Rocky Gerung menilai, setelah semua kekacauan yang terjadi di KPK, akan timbul pertanyaan siapa sosok di balik kekuatan Firli Bahuri. Dia meyakini orang tersebut nantinya akan terungkan di kemudian hari.

 

"Kita timbul semacam pertanyaan apakah Pak Firli ini demikian hebat, demikian kuat, sehingga dia bisa masuk ke segala ranah mengacak-ngacak satu kasus, dibuat sedemikian rupa supaya kasus itu tetapdi perhatikan publik," ujarnya.

 

"Tiba-tiba di ujungnya ada semacam pemberontakan etnik dari teman-teman di KPK yang merasa bahwa keterlaluan Pak Firli ini. Dan itu yang akan membuka pintu yang lebih besar untuk mengetahui apa sebetulnya kekuatan Pak Firli ini, di belakangnya siapa, ya pasti presiden. Gak yang lebih kuat dari itu."

 

Sebelumnya, Juru Bicara KPK Ali Fikri menegaskan pencopotan Endar Priantoro dari Direktur Penyelidikan karena masa tugas yang sudah berakhir per 31 Maret 2023. KPK rupanya tidak berupaya memperpanjang tugas Endar.

 

"KPK tidak mengajukan perpanjangan akan tetapi sebagai apresiasi atas pengabdiannya maka diajukan promosi jabatan untuk Dirlid di Polri. Surat usulan sejak 4 bulan sebelum habis masa penugasan tepatnya diajukan KPK di bulan November 2022," ujar Ali. (kontenjatim)

 

SANCAnews.id – Sejumlah netizen memberikan komentar pedas dan nyinyir yang dialamatkan kepada Anas Urbaningrum, mantan ketum Partai Demokrat. Nyinyiran netizen disampaikan pada postingan akun Twitter Anas Urbaningrum @anasurbaningrum

 

Akun Anas @anasurbaningrum sempat unggah foto eks anggota KPU itu telah melakukan tarian Caci di Labuan Bajo pada Maret 2011. Pada postingan itu, admin akun Anas menuliskan narasi soal perjuangan keadilan.

 

"Ini tarian. Bukan perang. Perjuangan keadilan adalah tarian indah. *admin," cuit akun Anas.

 

Postingan ini mendapat nyinyiran dari netizen. Sejumlah netizen bahkan ada yang unggah foto Monas dan mengingatkan lagi Anas soal janjinya.

 

"Ini monas, masih ingat bung?" tulis salah satu netizen.

 

"Ini monas, terlihat indah dimalam hari,"" sambung akun lainnya.

 

"Koruptor baru bebas sudah cari panggung,  basi," sindir akun lainnya.

 

Sebelum divonis bersalah di kasus megaproyek korupsi Hambalang, Anas Urbaningrum sempat membantah tegas bahwa ia terlibat.

 

Mantan anggota KPU itu bahkan tegaskan bahwa dirinya tak pernah menerima uang sepeser pun dari dana pembangunan Wisma Atlet Hambalang.

 

Anas saat itu bahkan dengan tegas bersumpah bahwa ia siap digantung di Monas jika mendapat dan menikmati uang tersebut.

 

"Satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas," kata Anas pada 9 Febuari 2012.

 

Anas bahkan menyebut kala itu bahwa tudingan yang dialamatkan kepadanya hanya ocehan dan karangan tidak berdasar.

 

Namun faktanya, dari hasil penyelidikan KPK, Anas ditetapkan sebagai tersangka pada 22 Februari 2014. (suara)

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.