Mangkrak di Era Jokowi, Program Pengamatan Tsunami BRIN DPR Pertanyakan Alasannya
SANCAnews.id – Kabar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang
menghentikan program pemantauan tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning
System (Ina-TEWS) mengejutkan banyak pihak.
"Kalau dikaitkan dengan sistem peringatan dini, ini (penghentian program Ina-TEWS) saya malah baru tahu," kata anggota Komisi VIII DPR RI Wastam di sela-sela peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-47 Sentra Satria di Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (2/2/2023).
Ia menjelaskan, hal itu terkait
adanya pemberitaan yang menyebutkan bahwa ruangan pemantau Indonesia Tsunami
Observation Center (Ina-TOC) di Gedung Soedjono Poesponegoro, di Jalan M.H
Thamrin, Jakarta Pusat, tidak ada aktivitas dalam satu tahun terakhir, sehingga
muncul dugaan jika program Ina-TEWS telah dihentikan oleh BRIN.
Ia mengaku berencna
mempertanyakan penghentian program Ina-TEWS tersebut melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Sosial (Kemensos) selaku mitra
Komisi VIII DPR RI.
Menurut dia, hal itu akan
dilakukan karena BNPB dan Kemensos juga menangani atau berkaitan dengan
permasalahan tersebut.
"Saya pasti akan
mempertanyakan (ke BNPB dan Kemensos), karena BRIN bukan mitra kami, saya akan
mempertanyakan ke mitra kami, terutama ke BNPB, kok sampai dihentikan,"
jelasnya.
Ia mengatakan jika program
Ina-TEWS sampai benar-benar dihentikan, risikonya sangat besar sekali ketika
terjadi tsunami tanpa adanya sistem peringatan dini.
"Kecuali kalau ada sistem
yang baru, yang lebih efektif, enggak apa-apa kalau (yang lama) dihentikan oleh
BRIN. Tapi kalau enggak ada (sistem yang baru), terus sudah dihentikan, pasti
kita akan memberikan evaluasi untuk hal ini," tegasnya.
Oleh karena itu, kata dia, harus
ada solusi dari BRIN jika program Ina-TEWS benar-benar dihentikan karena ketika
terjadi bencana tsunami yang menimbulkan banyak korban, siapa yang harus
bertanggung jawab.
Menurut dia, program Ina-TEWS
dibutuhkan mengingat sejumlah wilayah Indonesia merupakan daerah rawan tsunami,
seperti di pesisir selatan Jawa mulai dari Ujungkulon sampai Banyuwangi.
"Apalagi berdasarkan
prediksi, wilayah kita mempunyai potensi terjadi gempa yang kekuatannya sangat
besar (gempa megathrust)," kata Wastam. (suara)