Latest Post



SANCAnews.id – Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli di periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo buka-bukaan soal sikap Jokowi dalam membalas dendamnya.

 

Dalam hal ini, Rizal Ramli mengenang cara Jokowi membalas dendam pada mantan Panglima Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan pada Prabowo Subianto.

 

Mengenang cara balas tersebut, Rizal Ramli menyebutkan dia sempat dibikin kagum dengan persiapan Jokowi menyalurkan balas dendamnya.

 

"Yang saya kagum ini dipikirkan secara teliti gitu loh, di deliberasi bagaimana balas dendam dengan cara sophisticated lah persiapannya gitu loh," ungkap Rizal Ramli dalam perbincangannya di Kanal Hersubeno Point.

 

Rizal Ramli juga menyebutkan bahwa gaya politik Jokowi masih tampak feodal dengan cara-cara politiknya.

 

"Jadi ini menunjukkan bahwa Jokowi ini feodal banget, tampangnya si kampung, norak tapi kelakuannya sangat feodal," kata rizal ramli

 

"Salah satu sikap feodal ini kan menganggap semua masalah dianggap masalah pribadi bukan masalah ideologi, masalah kebangsaan. Kadang-kadang dendam pribadi ini bisa berbahaya," tambahnya. 

 

Menurut Rizal Ramli, pemimpin negara tampak terlalu kerdil jika hanya mementingkan dendam dan perasaan pribadi semata.

 

"Cemen lah, kalau ngukur pribadi terus balas dendam sama pribadi."

 

Cerita Balas Dendam Jokowi 

Cerita soal balas dendam ala Jokowi mulanya diungkapkan oleh politikus senior PDI Perjuangan, Panda Nababan.

 

Panda dalam perbincangan di Total Politik menceritkan bagaimana perlakukanJokowi  ke Mantan Panglima Jenderal TNI, Gatot Nurmantyo.

 

Peristiwa balas dendam bermula dari HUT TNI pada 2017 lalu. Pada perayaan itu, Jokowi dibikin kesal oleh Gatot yang kala itu menjadi Panglima TNI.

 

Pasalnya Jokowi dan para menteri dibuat jalan kaki hingga satu kilometer karena kondisi jalanan yang tidak kondisikan oleh pihak TNI.

 

"Saya ceritakan itu di buku tentang Jenderal Gatot, dia [Jokowi] merasa dipermalukan merasa tidak dihargai waktu ulang tahun TNI di Cilegon," ungkap Panda.

 

"Jalan kaki dia [Jokowi], naik taksi istrinya sudah apa kemudian disuruh lah Pratikno cek Kapolda Banten ternyata enggak dilibatkan, tetapi Gatot ngomong ke presiden rakyat begitu membludak karena mencintai TNI padahal tinggal diatur aja lalu lintas," tambahnya.

 

Gatot yang membuat Jokowi 'olahraga' di Cilegon itu tak langsung dibalas telak. Jokowi secara 'halus' melakukan balas dendam ke Gatot di pernikahan putrinya, Kahiyang Ayu.

 

"Di perkawainan anaknya, yang si Bobby jadi mantunya. Tito pakai mawar merah, Pratikno, Luhut segala macam jadi panitia. Dia [Gatot] duduk sama istrinya di pojokan salam saja tidak ada karpet merah, padahal masih jadi panglima," kata Panda.

 

"Tiba-tiba malah dimunculkan yang tak diduga, Moeldoko kasih kata sambutan, yang dibikin jadi pajangan malah Moeldoko, bekas panglima gitu loh itu loh yang bisa aku bisa baca," imbuhnya.

 

Selain Jenderal Gatot, Prabowo Subianto juga pernah kena balas dendam Jokowi. Kala itu Prabowo berkata pada Luhut Binsar untuk tidak perlu membantu memajukan Jokowi sebagai presiden di Pilpres 2014.

 

"Prabowo bilang ke Luhut, Bang enggak usah bantu tukang andong itu mana bisa jadi presiden, haduh tukang andong mau jadi presiden," kata Panda menceritakan Prabowo.

 

"Kemudian tahu apa yang terjadi, dia (Jokowi) bikin acara andong, di bundaran HI keliling tiga setengah jam sama JK, jadi Prabowo 3,5 jam lihat TV ada tukang andong jadi presiden," imbuhnya.  (suara)


SANCAnews.id – Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Aidul Fitriciada Azhari ikut merespon video viral relawan pro Jokowi, yang menyatakan siap bertempur dengan kubu berseberangan.

 

Prof Aidul tidak menyangka jika relawan Jokowi ternyata banyak yang berpikiran fasis.

 

Untuk diketahui, fasisme adalah paham yang berdasarkan prinsip kepemimpinan dengan otoritas yang mutlak atau absolut, di mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian.

 

"Baru paham jika sirkel Pak @jokowi ini banyak yang berpikiran fasis. Melihat soal politik kebangsaan jadi soal perang," cuit di akun Twitternya @AidulFa dikutip pada Senin, (28/11/2022).

 

Berdasarkan video tersebut, dirinya merasa tak heran kalau polarisasi awet di Indonesia, karena perbedaan politik dipandang sebagai permusuhan.

 

"Picik sekali," tuturnya.

 

Pada video yang beredar, Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Ramdhani menyampaikan pendapatnya di hadapan Presiden Jokowi di sela acara Nusantara Bersatu di Gelora Bung Karno, Sabtu kemarin (26/11/2022).

 

Benny mengatakan bahwa pihak-pihak yang berseberangan harus patuh dengan pemerintah karena 2 kali pilpres sebelumnya dimenangkan oleh kubu Jokowi.

 

"Pak kita ini pemenang pilpres, kita ini besar. Tapi serangan lawan ini masih terus. Sarannya adalah amplifikasi program program dan keberhasilan bapak melalui kemenko," kata Benny dikutip pada Senin, (28/11/2022).

 

Pria yang menjabat sebagai Waketum OKK DPP Partai Nahura tersebut bilang, para relawan sudah sangat gemas dengan perlakukan mereka yang berseberangan dengan pemerintah. 

 

Mereka telah mencemarkan nama baik, menyerang pemerintah, adu domba, hasut bahkan penyebaran kebencian.

 

Mengenai hal tersebut, relawan pro Jokowi siap memerangi kubu yang berseberangan. Bila perlu tempur di lapangan.

 

"Kita gemes pak ingin melawan mereka kalau mau tempur lapangan kita lebih banyak," ucap Benny.

 

Namun, jika mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak mengindahkan saran relawan, maka jalan yang harus ditempuh adalah penegakan hukum yang harus ditata oleh pemerintah.

 

"Semua bisa dijerat dengan hukum. Nah penegakan hukum ini yang harus dilakukan. Karena jika tidak, kami hilang kesabaran ya sudah kita yang melawan mereka di lapangan," ujarnya.

 

Presiden Jokowi yang ada di hadapannya langsung menanggapi saran Benny Ramdhani, Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) tersebut.

 

"Baik dikencengin," jawab Jokowi singkat. (suara)

 


SANCAnews.id – Pelaku penghina Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal ijazah palsu ditangkap di Bali. Selain itu, pelaku yang diketahui bernama Harris Syahputra Damanik, 41 juga ditemukan puluhan video lainnya.

 

Diketahui pelaku yang sudah berusia 41 tahun tersebut ditangkap di salah satu warung di kawasang Kuta, Badung, Bali.

 

Polisi membenarkan pelaku yang berupa sosok pria ditangkap karena menghina Jokowi. Diketahui Pelaku berasal dari Desa Simpang Gambus Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara.

 

Dari interogasi pelaku mengaku jika akun YouTube Harus Raja Record adalah miliknya. Polisi juga mengamankan puluhan video lainnya yang ternyata dibuat di Bali.

 

Salah satu video tersebut, terdapat penghinaan pada Jokowi soal ijazah palsu. Pelaku mengungkapkan jika video tersebut dibuat sebagai pelampiasan amarah terhadap kejadian yang berlangsung nasional.

 

Polisi pun mengungkapkan pelaku mengaku menyesal atas video-video yang telah dibuatnya. Karena itu, pelaku tidak ditahan.

 

Polisi memastikan jika pelaku sudah membuat video permohonan maaf dan berjanji tidak lagi mengulang perbuatannya tidak terpuji tersebut. (suara)



SANCAnews.id – Ada kegalauan yang diperlihatkan Joko Widodo menuju akhir masa jabatannya sebagai Presiden Indonesia.

 

Kegalauan Presiden Jokowi terlihat pada narasi-narasi pidato yang kerap mewanti-wanti masyarakat untuk berhati-hati dalam memilih Presiden 2024.

 

"Di beberapa kesempatan panggung politik tanah air, sambutan presiden menitikberatkan soal jangan sampai salah pilih pemimpin yang diasosiasikan dengan calon presiden di 2024 nanti," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (28/11).

 

Bagi Silaen, kegalauan presiden tidak berlebihan. Sebab di era pemerintahannya, Jokowi sedang rajin melakukan pembangunan dari pinggiran demi pemerataan kehidupan masyarakatnya. Tugas ini tentu tidak mudah dan membutuhkan waktu lama.

 

Apa yang Presiden Jokowi khawatirkan cukup beralasan kuat karena punya pengalaman real saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

 

Saat itu, Jokowi memprioritaskan program mengatasi banjir, yakni normalisasi. Namun saat ia digantikan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, program tersebut tidak dilanjutkan dan justru diganti dengan istilah naturalisasi.

 

"Inilah yang menjadi salah satu kekhawatiran Jokowi di akhir masa jabatannya. Sebab presiden Jokowi tidak mau pembangunan yang telah dia gagas dan kerjakan jadi mangkrak ketika penerusnya bukan figur yang segaris dengan visi misi Jokowi," tutup Silaen. (*)


SANCAnews.id – Agus Nurpatria, terdakwa kasus obstruction of justice baru mengetahui bahwa narasi tembak menembak yang menewaskan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat adalah skenario palsu dari terdakwa Hendra Kurniawan.

 

Keterangan itu disampaikan sang eks Kaden A Ropaminal Divisi Propam Polri ketika menjadi saksi dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (28/11/2022).

 

Sebelum sama-sama meringkuk di penempatan khusus (Patsus) Mako Brimob Polri, Agus mendapat panggilan masuk dari Hendra. Dengan sedikit mengumpat, Hendra memberi tahu kepada Agus bahwa Ferdy Sambo telah membikin cerita bohong.

 

"Gus, kita dikadalin," ucap Agus menirukan percakapan saat itu.

 

"Beliau sempat mengumpat juga," tambahnya.

 

"Maksudnya apa, pak, dikadalin?," timpal Ronny Talapessy, kuasa hukum Bharada E atau Richard Eliezer.

 

"Dibohongi," ucap Agus.

 

Senanda dengan Hendra, Agus mengaku turut mengumpat. Bahkan, dalam sambungan telepon itu, Agus menyebut kalau Sambo sangat tega berbuat hal demikian.

 

"An**g, ka***ret, masa kita dikadalin, Bang. Tega sekali, sih, Bang," beber Agus kepada Hendra sebagaimana percakapan saat itu.

 

"Jadi saudara saksi sebelum dipatsuskan, saudara saksi mendapatkan informasi saudara Hendra Kurniawan dikadalin?" tanya Ronny.

 

"Siap," ucap Agus.

 

Agus juga mengaku kecewa atas apa yang dilakukan oleh eks Kadiv Propam Polri tersebut. Kekecewaan itu seketika diaktualisasi Agus melalui sebuah umpatan.

 

"Saya kecewa," beber Agus.

 

"Kecewa? Apa rasa kecewa dari saksi apa? Reaksi dari saksi?" tanya Ronny.

 

"Itu tadi, Pak, saya sempat mengumpat 'an**ng', 'ka**ret', masa kita dikadalin." (suara)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.