Latest Post


SANCAnews.id – Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, diketahui sering blak-blakan mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo.

 

Hal itu yang menjadi tajuk utama di diskusi daring Rizal bersama jurnalis Hersubeno Arief di kanal YouTube Hersubeno Point. Rizal menilai Jokowi tidak mampu memilih menteri yang benar, sementara di sisi lain terus menggenjot pembangunan kendati harus berutang besar.

 

"Akibatnya utangnya banyak sekali, yang akan jadi beban buat rakyat kita. Jadi udahlah Pak Jokowi, wes lah, kalau saya bukain lebih banyak kan lebih malu," kata Rizal, dikutip Suara Manado, Jumat (25/11/2022).

 

Celetukan Rizal ini disambut dengan tawa Hersubeno, yang kemudian mengungkit lagi wacana perpanjangan masa jabatan Jokowi menjadi tiga periode.

 

"Nanti dulu dong, wong mau nambah (jadi) tiga periode, kok malah dibilang yo wes, yo wes," kata Hersubeno, yang mendapat respons cukup mengejutkan dari Rizal.

 

"Itu sih maunya si opung lah," tutur Rizal. "Teman saya Luhut Pandjaitan. Dulu itu begitu, otaknya Luhut lah. Luhut ini mencoba melakukan kudeta konstitusional."

 

Rizal kemudian membandingkannya dengan kudeta militer yang lebih awam di kalangan publik. Sedangkan kudeta konstitusional, menurut Rizal, adalah upaya mengguncang pemerintahan dengan mengubah konstitusinya.

 

Rizal lalu menceritakan masa-masa transisi dari Orde Baru ke era Reformasi. Ia menyebut, saat itu Presiden ke-2 Soeharto sudah mempertimbangkan gagasan untuk tak lagi mencalonkan diri pada tahun 1998.

 

"Habis itu rapat keluarga, (bersama) Ibu Tien dan anak-anaknya. Ibu Tien juga minta, 'Mas jangan maju lagi tahun 1998, kapan sih ngurusin keluarga?'" terang Rizal.

 

"Akhirnya Pak Harto janji sama Ibu Tien dan anak-anaknya nggak bakal maju lagi tahun 98. Tapi yang namanya Harmoko terus (mendorong), 'Pak Harto lagi! Pak Harto lagi!'" tutur Rizal menambahkan.

 

Bahkan demi memuluskan desakannya, Harmoko mengumpulkan massa Partai Golkar di berbagai daerah untuk mendorong Soeharto kembali menjadi presiden. Soeharto sebenarnya sudah sempat menolak gelombang desakan tersebut.

 

"Waktu di Pekanbaru, Pak Harto itu udah begging, udah memelas, jangan saya lagi. Saya sudah top, tua, ompong, peyot, pikun, jangan saya lagi," kata Rizal.

 

Namun desakan terus mengemuka, hingga akhirnya Soeharto kembali menjabat dan berakhir digulingkan oleh gerakan reformasi tahun 1998. Peristiwa penggulingan ini dinilai sebagai akhir yang kurang baik untuk Soeharto.

 

"(Padahal) kalau Harmoko pada waktu itu nggak (mendesak) terus, terus, Pak Harto masih bisa dianggap jadi pahlawan. Jangan-jangan presiden berikutnya nggak becus, (lalu) panggil dia lagi sebagai presiden," terang Rizal.

 

Perangai Harmoko inilah yang kemudian dibandingkan dengan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marives) Luhut Binsar Pandjaitan.

 

"Teman saya Jenderal Luhut Pandjaitan, saya pikir tadinya jenderal pintar. Tapi karena ambisinya yang luar biasa, (ingin) menguasai semua, lama-lama cita-citanya hanya mau jadi Harmoko jilid dua, (mendesak) 'Terus Jokowi!' segala cara yang nggak benar pun terus," jelas Rizal.

 

"Mohon maaf deh Bang Luhut, sudahlah, kita semua sudah tahu kok kelakuan situ. Business interest itu kita tahu kok. Gayanya dari bener dan nggak bener kita tahu kok. Sudahlah, jangan lagi, kasihan rakyat Indonesia," pungkasnya. (suara)

 

SANCAnews.id – Polisi melarang kedatangan ribuan peserta Reuni Persaudaraan Alumni (PA) 212 untuk ke Jakarta 2021 lalu. Namun, berbeda dari relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar acara bertajuk Nusantara Bersatu di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (26/11/2022).

 

Padahal, pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali pernah mengatakan, Stadion Utama GBK tidak boleh digunakan untuk konser dan kegiatan lain hingga Piala Dunia U-20 2023 yang digelar mulai 20 Mei sampai 11 Juni tahun depan.

 

Kebijakan diskriminatif itu tampaknya menjadi suatu hal yang lazim diterima PA 212. Wasekjen PA 212 Novel Bamukmin bahkan mengamininya.

 

“Bukan Jokowi namanya kalau tidak adil. Karena jangankan kami didengar aspirasinya, ulama dan habib serta umat Islam yang membela agama dan pancasila malah dikriminalisasi. Bahkan laskar menjadi korban pembunuhan oleh oknum polisi,” kata Novel dikutip di Inilah.com, Sabtu siang.

 

Novel menegaskan, tindakan yang terus menasbihkan pihaknya sebagai orang yang tak punya hak dalam menyampaikan pendapat dan mengemukakan keresahan di depan publik terus menerus dilakukan pihak penguasa.

 

“Sudah pasti Jokowi trus mempertontonkan sikap diskriminatifnya sebagai arogansi kekuasaanya,” sebutnya.

 

Novel turut mencermati kegiatan Musra yang dilakukan relawan Jokowi bak mempertontonkan sikap tidak berempatinya para pendukung penguasa terhadap musibah gempa yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar).

 

“Sampai-sampai kita masih dirundung duka dengan musibah gempa bumi dan lain-lain malah menggelar acara temu relawan yang biayanya pasti besar. Dari mana biaya itu didapatkan padahal sudara yg terkena musibah kita perlu bantuan dibanding hanya temu relawan saja,” jelasnya.

 

Jokowi Promosikan Sosok Rambut Putih sebagai Pemimpin

Sebelumnya, di depan ribuan relawan, Presiden Jokowi berpesan, jangan salah memilih pemimpin. Parameternya bukan kinerja, namun raut wajah. Banyak kerutan dan rambut berwarna putih, pertanda sosok yang memikirkan rakyat. Sebaliknya, kalau wajahnya mulus, kinclong, atau cling, menurut Jokowi, meragukan.

 

Ketika disinggung terkait hal itu, Novel Bamukmin tampak sudah memprediksi muatan politis yang diboyong Jokowi ke hadapan para relawannya.“Sudah dipastikan acara temu relawan sebagai agenda politik yang dipersiapkan untuk dukung pencapresan seseorang oleh Jokowi dan bisa jadi diduga kuat dimodali oligarki dimana capres sudah dikantong,” kata Novel. (herald)



SANCAnews.id – Tagar Jokowi trending di media sosial Twitter pada Sabtu (26/11/2022), menyusul Relawan Jokowi dari berbagai elemen menggelar silaturahmi nasional dengan tema “Nusantara Bersatu” yang dihadiri Presiden Jokowi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/11/2022).

 

Sontak netizen gaduh menanggapi tagar Jokowi yang trending hingga tercatat 75.000 ciutan (Tweets) yang mereka sampaikan. Berikut beragam ciutan mereka.

 

Seperti pemilik akun Twitter @Keycoottt menulis, “Itu yg ikut kebanyakan peserta jamiyah di setiap daerah dan panitia bilangnya buat hadirin pengajian akbar gratis, tau2nya kampanye. Nice pinokio”

 

Lalu akun Twitter @Dadin118 menulis, “Menjual istilah ‘ISTIGOSAH’. Katanya mau istigosah, masa pembukaan inul joged joged. SAMPAH”

 

@Hijabi_Woman menulis, “Pasukan bayaran 🤭🤭🤭🤣”

 

@Mangjojo6 menulis, “1000000% dikadalin suruh pk baju koko tau2 nonton inul ma tipeX”

 

@Joshanan1 menulis, “Klo masanya dah habis sesuai undang2 y diganti karena indonesia negara demokrasi,jgn pak jokowi dijadikan pak soekarno ato pak harto selanjutnya.yakinlah ada anak2 bangsa lain yg jg hebat. aaamiiin”

 

@fajar_sulaksono menulis, “Waduuuuukkkk”

 

@budisuharjo32 menulis, “Salut, berjuang untuk NKRI, jangan beri kesempatan orang mau merebutnya. NKRI harga mati”

 

@antonio_dony_ menulis, “Pasukan nasi bungkus”

 

@ard_enzo menulis, “Bikin maceet wooi suuuu…. Pada ngapain sih luuh… Td gw lewat jd maceet..”

 

@BRHGS2 menulis, “NKRI harga nasbung!”

 

@SonyOktavianus3 menulis, “Bersatunya Grub mobil ESEMKA 🤣🤣🤣🤣🤣" (glc)

.


SANCAnews.id – Partai Demokrat mengadakan seminar pendidikan politik untuk berjuang bersama rakyat dalam gerakan perubahan dan kesejahteraan sosial. Acara tersebut dihadiri oleh kader Partai Demokrat se-Kabupaten Sijunjung, Sabtu (26/11).

 

Dalam kesempatan itu, acara yang diketuai oleh Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Sijunjung Dr. Mendro Suarman dalam sambutannya mengatakan, “Terima kasih atas kehadiran kalian semua dan mari kita bangkitkan semangat dan berjuang untuk masa depan bersama karena jika kita bersama tidak ada yang tidak bisa kita lakukan, beban akan diringankan dengan kebersamaan".

 


Dan juga pada kesempatan ini hadir Ketua Kesbangpol Kabupaten Sijunjung dan juga anggota DPRD Kabupaten Sijunjung yang juga menjabat sebagai perwakilan DPRD, Fraksi Demokrat, Sekretaris DPC Demokrat, dan Bendahara.

 

Menteri yang berhalangan hadir diisi oleh Didi Cahyadi Ningrat, SH Kader Partai Demokrat, Kabag Hukum dan Perlindungan Partai Demokrat serta mantan Komisioner KPU Sijunjung.

 

Kemudian pada kesempatan itu juga dibuka ruang diskusi tanya jawab dengan kader yang hadir bergantian dijawab oleh pengurus Partai Demokrat dan para kader peserta yang diundang tampak puas dengan acara yang baru saja mereka hadiri.

 

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan doa dan makan bersama (Mon Eferi)

 

SANCAnews.id – Anggota Kepolisian Sektor (Polsek) Palmerah yang melakukan perbuatan tidak mengenakkan terhadap seorang pria bernama Rezky Achyana sudah ditangani Polres Metro Jakarta Barat.

 

Kepala Seksi (Kasi) Humas Polres Metro Jakarta Barat, Kompol Moch Taufik Ikhsan menjelaskan, pelaku sudah dilakukan pemeriksaan.

 

"Anggota tersebut sudah diperiksa Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polres Metro Jakarta Barat dan akan mempertanggungjawabkan perbuatannya itu sesuai dengan peraturan yang berlaku," ujar Taufik saat dihubungi, Jumat (25/11/2022).

 

Selain itu, kata Taufik, pihaknya akan memberi penempatan khusus kepada pelaku tersebut.

 

"Kami tempatkan khusus menunggu hasil putusan pemeriksaan," ujar Taufik.

 

Taufik menambahkan, saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan.

 

Tentunya, kata Taufik, pelaku akan menjalani sidang disiplin atau Kode Etik Profesi Polri (KEPP) dan putusan akan dijatuhkan sesuai fakta persidangan disiplin tersebut.

 

Diberitakan Warta Kota sebelumnya, kejadian tersebut bermula ketika anggota Polsek Palmerah melempar umpatan 'Padang, dasar Padang pelit' kepada Rezki Achyana, sesaat setelah ia selesai membuat laporan kehilangan di Markas Polsek Palmerah, Kamis (24/11/2022) kemarin.

 

Umpatan tersebut diterima Rezki saat hendak meninggalkan ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT).

 

"Saya datang untuk membuat laporan kehilangan buku rekening," ujar Rezki kepada wartawan.

 

Selesai surat kehilangan dibuat, anggota tersebut justru berharap Rezki memberi uang, tapi nyatanya hanya ucapan terimakasih.

 

Lantas anggota itu menyindir Rezki dengan bahasa 'cuma terimakasi saja?'.

 

Saat itu lah, anggota polisi tersebut kesal karena tak mendapat uang pungutan liar dari Rezki hingga keluar kata-kata rasis.

 

Kesal dengan ucapan dari anggota itu, Rezki kemudian memviralkan aksi polisi rasis tersebut ke sosial media.

 

"Ada dua (polisinya) satu yang melayani saya dan satu duduk di sofa samping saya," tegasnya.

 

Setelah viral, Kapolsek Palmerah AKP Dodi Abdukrohim memanggil korban untuk meminta maaf atas perbuatan anggotanya.

 

Ia pun mengatakan akan memperbaiki kinerja anggotanya supaya tidak terulang lagi umpatan kepada masyarakat yang harus dilayani dengan baik.

 

Baca juga: Ruhut Unggah Meme Anies Pakai Koteka, KAHMI Sebut Tindakan Rasis dan Biadab, Desak Polisi Bertindak

 

"Kami sudah meminta maaf dengan sangat kepada mas Rezki. Artinya ini juga momen kami untuk memperbaiki diri lagi pengawasan ke anggota dan lebih memaksimalkan lagi pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat," ujar Dodi.

 

"Tentu ini merupakan cambukan keras dan pelajaran bagi kami untuk meningkatkan pelayanan terbaik kepada masyarakat," lanjutnya. (wartakota)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.