Latest Post

 

SANCAnews.id – Kejadian yang begitu kontras diperlihatkan politisi Partai Demokrat, Taufik Rendusara, melalui akun Twitternya dengan memposting dua foto kejadian berbeda. Postingan sosok yang kerap disapa Tope Rendusara itu disampaikan pada Sabtu (25/11).

 

Dua foto yang diposting Tope Rendusara adalah terkait dengan kejadian gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 di Cianjur, dan kejadian kerumunan relawan bertemu Presiden Joko Widodo di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Selatan, pada hari ini, Sabtu (26/11).

 

Foto yang terkait dengan bencana gempa bumi Cianjur, Tope Rendusara menunjukan kejadian seorang ibu menangis sembari menggendong putrinya.

 

Sementara foto yang satunya lagi memperlihatkan kondisi pertemuan Jokowi dengan relawannya yang nampak meriah.

 

Dari dua foto itu, Tope Rendusara menilai ada sesuatu yang bertolak belakang terjadi di negara Indonesia, khususnya tentang gambaran pemerintahan dan rakyatnya.

 

"Kuburan rakyat indonesia di cianjur belum kering dan air mata masih mengalir deras akibat gempa bumi bencana alam jokowi sudah pesta bersama relawannya," ujar Tope dalam cuitannya.

 

"Presiden pesta di atas duka rakyat. Suram," tandasnya. (rmol)


SANCAnews.id  Pegiat media sosial Helmi Felis menyoroti beredarnya potongan video yang menarasikan warga korban gempa Cianjur meminta bantuan kepada Front Pembela Islam (FPI).


Dalam videqo yang diunggah, seorang perempuan yang tidak diketahui namanya itu meminta bantuan pada FPI untuk kebutuhan bahan pokok seperti minyak, beras, dan telur.


Diketahui, perekam video tersebut berada di Kampung Loji, Kelurahan Pamuyanan, Cianjur, Jawa Barat.


"Ini saya dari Kampung Loji Pamuyanan Pak, saya mau minta bantuan nih dari RT 005 RW 05 nih belum mendapatkan bantuan yang minimal maksimal," ujarnya.


"Jadi saya minta bantuannya terhadap FPI tolong segera Pak diperhatikan nih udah terdampar yang namanya ini, banyak anak-anak yang membutuhkan makanan juga termasuk bahan pokok Pak, beras, minyak, telur, dan sebagainya Pak. Tolong Pak diperhatiin ya Pak," lanjutnya.


Menyoroti unggahan video tersebut, Helmi yang juga loyalis Anies Baswedan ini mempertanyakan rasa malu pemerintah lantaran telah membubarkan organisasi tersebut.


Helmi menilai, banyaknya warga yang meminta bantuan ke FPI karena mereka telah merasakan dampak langsungnya dari bantuan tersebut.


"FPI dicari Rakyat, apa gak malu pemerintah yang sudah membubarkannya? Yang membantu dengan ikhlas tentu dapat dirasakan langsung oleh rakyat," ujar @HelmiFelis_ pada Jumat (25/11).


Hal ini turut disetujui warganet, lantaran setiap ada musibah, organisasi yang didirikan oleh Rizieq Shihab itulah yang paling awal memberikan bantuan pada masyarakat.


"Setiap ada benca, yang kena musibah bertanya "FPI mana?", "FPI sudah datang?", Kenapa?? Karena FPI GERCEP membantu bila ada bencana," tulis @Rud***


"FPI dan ATC d musnahkan , mana buzzer janda cs. Kok diam ada bencana," kata @Kha*** (kontenjatim)




 

SANCAnews.id Di depan ribuan relawan, Presiden Jokowi berpesan, jangan salah memilih pemimpin. Parameternya bukan kinerja, namun raut wajah. Banyak kerutan dan uban (putih), pertanda mikirin rakyat.

 

Sebaliknya, kalau wajahnya mulus, kinclong, atau ‘cling’, menurutnya Jokowi, meragukan. “Jadi, pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari penampilan. Dari kerutan di wajah. Kalau wajahnya cling, bersih, tidak ada kerutan di wajahnya, hati-hati,” kata Jokowi dalam acara Gerakan Nusantara Bersatu yang digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/11/2022).

 

Di sisi lain, mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ini, menyarankan relawan untuk memilih pemimpin yang wajahnya berkerut dan berambut putih alias dipenuhi uban. Alasannya, sosok seperti itu menandakan pemimpin pro rakyat. Tiap saat selalu mikirin rakyat tap memperdulikan wajahnya dipenuhi kerutan dan uban. “Itu kelihatan dari penampilannya itu kelihatan banyak kerutan di wajahnya karena mikirin rakyat. Ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua ada. Ada itu,” kata Jokowi disambut riuh para relawan.

 

Indonesia, kata Jokowi, adalah negara besar. Terdiri dari ratusan juta penduduk, ribuan pulau serta jutaan budaya yang hidup subur selama puluhan tahun. “Kita ini macam-macam, beragam, berbeda semuanya. Suku, kita memiliki 714 suku yang berbeda-beda. Bahasa daerah kita memiliki lebih dari 1.300 yang berbeda-beda. Agama juga kita berbeda-beda. Oleh karena itu pemimpin itu harus menyadari keberagaman Indonesia,” paparnya.

 

Jokowi kembali berpesan kepada relawan agar memilih pemimpin yang mengerti apa yang diinginkan rakyat. Jangan sampai salah pilih yang berdampak kepada masa depan Indonesia. “Pemimpin apa yang kita cari? Hati-hati, saya titip hati-hati. Pilih pemimpin yang ngerti apa yang dirasakan oleh rakyat. Pilih nanti di 2024, pilih pemimpin yang ngerti tentang apa yang dirasakan oleh rakyat,” kata Jokowi.

 

“Juga pilih pemimpin yang tahu apa yang diinginkan oleh rakyat, apa yang dibutuhkan oleh rakyat. Setuju? Jangan…jangan sampai, jangan sampai kita milih pemimpin yang senangnya duduk di istana yang AC-nya dingin,” katanya.

 

Seorang pemimpin negara, kata Jokowi, harus turun untuk mengetahui permasalahan rakyatnya. Jangan hanya duduk manis di istana. “Saya ulang jangan sampai kita memilih pemimpin yang senang duduk di istana yang AC-nya sangat dingin. Ini negara besar. Jangan hanya duduk manis di Istana presiden. Carilah, saya ingatkan carilah pemimpin yang senang dan mau turun ke bawah yang mau merasakan keringatnya rakyat,” tuturnya. (gelora)


SANCAnews.id – Pegiat sejarah, Mazzini GSP, mengomentari acara 'Nusantara Bersatu' yang dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pembicara dan ribuan relawannya di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (26/11/2022).

 

Mazzini merasa aneh dengan acara tersebut, karena menurutnya, Presiden Jokowi yang yang sudah menjabat dua periode tidak kunjung membubarkan para relawannya. Padahal, lanjut dia, para relawan dibubarkan setelah Pemilihan Umum (Pemilu) berakhir.

 

"Keanehan yg jarang dianggap aneh, malah dinormalisasi. Sudah jadi presiden 2 periode tapi gak pernah membubarkan relawannya saat pemilu dulu. Aneh sih presiden masa jabatan aktif ngumpulin relawan pemilu pas dulu, padahal di mana-mana relawan pemilu kalau pemilu lewat ya bubarin," tulis Mazzini di akun Twitternya yang dikutip Populis.id, Sabtu (26/11/2022).

 

Dia menjelaskan, tujuan relawan dibubarkan setelah Pemilu agar pemimpin terpilih menjadi milik seluruh rakyat, termasuk orang yang tidak memilihnya saat itu.

 

"Paham sih, relawan itu tetap beliau pertahankan, karena dia (Presiden Jokowi) bukan ketua umum di partai, kalau untuk antisipasi tekanan partai, masih oke," katanya.

 

"Tapi kalau relawan tadi dipakai lagi untuk mobilisasi dukungan massa terkait keputusan yg kontroversial atau digunakan lagi dalam pilkada yg diikuti anggota keluarga dan akhirnya dipakai untuk pemilu seterusnya, ya aneh," lanjut Maziini.

 

Ia pun berseloroh, agar membuat partai baru kemudian relawan tersebut jadi bagian dari pengurunya. "Mending sekalian bikin partai baru, itu relawan jadikan pengurus partai barunya, jadi afdol secara politik," jelasnya.

 

Sebagai informasi, acara yang diberi nama Nusantara Bersatu ini merupakan realisasi dari janji Presiden Jokowi kepada sejumlah kelompok relawan dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) kelompok relawan Pro Jokowi (Projo) pada Mei lalu. Presiden Jokowi sempat berjanji akan menggelar pertemuan dengan seluruh kelompok relawan pada akhir tahun ini. (populis).




SANCAnews.id – Loyalis Anies Baswedan, Andi Sinulingga menyoroti poster 'Jokowi 3 Periode' yang digaungkan ribuan relawan Jokowi dalam Gerakan Nusantara Bersatu memadati Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.

 

Andi Sinulingga mengaku heran mengapa masih ada pihak-pihak yang menginginkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan jabatan hingga ke 3 periode.

 

Hal itu disampaikan Andi Sinulingga dalam akun Twitter pribadinya, pada Sabtu 26 November 2022.

 

"Masih juga ya poster2 Jokowi 3 periode. Besarnya hasrat utk bisa terus berkuasa," ujar Andi Sinulingga.

 

Sebelumnya, ribuan relawan Jokowi yang tergabung dalam Gerakan Nusantara Bersatu memadati Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, dalam acara silaturahmi nasional, Sabtu (26/11).

 

Pantauan media, hingga pukul 07.00 WIB, para relawan masih antre untuk masuk ke dalam kompleks stadion, sementara yang lainnya terlihat telah memadati kursi di dalam stadion.

 

Mayoritas relawan menggunakan pakaian berwarna putih merah.

 

Beberapa kaos yang digunakan bertuliskan '2024 manut Jokowi', 'Jokowi 2024 Satu Komando'. Ada juga yang membawa poster 'Jokowi 3 Periode'. (wartaekonomi)


Andi Sinulingga.

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.