Latest Post


SANCAnews.id – Perguruan Pencak Silat Padepokan Batu Singka Balai Gadang, Kecamatan Kototangah, Padang menggelar pertemuan dan mengundang Peguruan Silat Nanggalo, Padang Utara dan Kasang Padangpariaman, Selasa 8/10/22.

 

Acara akan dilaksanakan pada hari Jumat 11 November 2022 di Tampat Guguk Nan Tigo Jalan Ahmat Khatib RT. 05, RW. IX Kel. Balai Gadang Kec. Kototangah Padang Sumatera Barat.

 

Menurut Saidul Bahri ,SH selaku ketua dalam perguruan Padepokan Batu Singka, pencak silat dapat menjadi sarana efektif dalam mempromosikan seni budaya Minang di Sumatera Barat dapat terjaga untuk kelestarian di tengah globalisasi dimasa sekarang.

 

“Dengan adanya pertemuan atara perguruan silat yang diselenggarakan ini dapat menjalin hubungan sesama anak bangsa sehingga terjadi saling mengenal dari antara generasi masa depan anak negeri yang kita harapkan untuk masa akan datang," terangnya.

 

Dalam acara yang terselenggara atas kerjasama dengan masyarakat sekitar yang dihadiri oleh 3 perguruan pencak silat tersebut juga digelar silaturahmi untuk memperingati hari besar umat Islam yang baru saja diperingati.

 

Pencak silat adalah seni bela diri tradisional yang berasal dari Nusantara (Indonesia). Seni bela diri ini dikenal luas di Indonesia, sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa nusantara.

 

Unsur-unsur bela diri dengan pencak silat yaitu dengan menggunakan pukulan dan tendangan, "Pencak silat merupakan seni bela diri yang banyak diminati oleh banyak orang khususnya masyarakat Indonesia, tutupnya Busrizal, Gelar Pandeka Malin Kayo Guru Besar (Tuo Silat ) dan juga Pimpinan Perguruan sekaligus pelatih. (sanca)


SANCAnews.id – Karakter Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dianggap sebagai orang yang bukan hanya pinter ngomong, akan tetapi ciri-ciri orang yang tidak bertanggung jawab.

 

Salah satu contohnya ketika buang badan terkait naiknya harga BBM, padahal Ahok merupakan Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina (Persero).

 

Demikian penilaian Aktivis Kolaborasi Warga Jakarta, Andi Sinulingga menanggapi curhatan Ahok yang mengaku disalahkan banyak orang atas kenaikan harga BBM. Dalam curhatannya, Ahok buang badan dengan menyebut dirinya hanyalah orang kelima dalam mengambil keputusan kenaikan harga BBM.

 

"Ahok juga pinter ngomong, tapi tak berisi," ujar Andi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin malam (7/11).

 

Andi menilai, Ahok merupakan contoh orang yang tidak bertanggung jawab. Hal itu bisa diamati ketika nasibnya menjadi Gubernur DKI Jakarta.

 

"Jika pemprov kerja bagus, dia tepuk dada, jika buruk, anak buahnya disalahkan, biasa dia begitu," kata Andi.

 

Bahkan, Andi pun menyinggung pernyataan Ahok yang dianggap tidak sesuai dengan kenyataannya saat ini.

 

"Dulu sombong bilang merem aja Pertamina untung, sekarang buang badan salahkan presiden, menteri dan dirut," katanya.

 

Jika melihat narasi yang disampaikan Ahok kata Andi, Ahok buang badan atas kenaikan harga BBM kepada Presiden Joko Widodo.

 

"Jika lihat narasinya bisa di bilang begitu (Ahok buang badan ke Presiden Jokowi) penyimpangan-penyimpangan itu karena empat orang di atasnya," pungkasnya. (*)


SANCAnews.id – Sebuah video yang menggambarkan suasana pengantaran jenazah Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J ke Rumah Sakit (RS) Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur pada 8 Juli 2022, diputar dalam sidang lanjutan hari ini.

 

Video itu diputar Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J yang menghadirkan lima orang saksi dan 3 terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Jalan Ampera Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (7/11).

 

Di hadapan terdakwa Bharada E alias Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Maruf, JPU memutar video yang memperlihatkan detik-detik saat mobil ambulance yang dikemudikan Ahmad Syahrul Ramadhan membawa jenazah Brigadir J ke RS Polri.

 

Dalam video tersebut terlihat mobil ambulance dikawal oleh kendaraan Provos Divisi Propam Polri. Saat bersaksi di sidang hari ini, Ramadhan mengaku ada anggota Polri yang turut mendampinginya di dalam mobil ambulans.

 

"Ada mobil Provos Pajero, saya di belakangnya. Lalu ada anggota Provos turun. Nanya, 'kamu sama siapa Mas?' 'Saya sendiri' (begitu menjawabnya)," urai Ramadhan.

 

"Akhirnya saya ditemani di dalam mobil. Akhirnya saya jalan," sambungnya.

 

Setiba di RS Polri, Ramadhan menyebut jenazah Brigadir J tidak langsung dibawa ke kamar jenazah. Melainkan dibawa ke Instalasi Gawat Darurat atau IGD.

 

"Saya tanya, 'pak izin, kenapa dibawa ke IGD dulu?' Katanya, 'saya juga enggak tahu mas'. Saya ikut arahan," ujarnya.

 

Selain Ramadhan, ada empat saksi lainnya yang diperiksa bersamaaan dalam peradilan.

 

Mereka, di antaranya Bimantara Jayadiputro dari Provider PT. Telekomunikasi Seluler bagian Officer Eecurity and Tech Compliance Support, Viktor Kamang selaku Legal Counsel pada Provider PT. XL AXIATA, dan dua orang Petugas PCR dari Smart Co Lab Ishbah Azka Tilawah dan Nevi Afrilia. (rmol)


SANCAnews.id – Keterangan petugas PCR yang dihadirkan dalam sidang lanjutan kasus dugaan pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J mengungkap kejadian sebelum penembakan di rumah dinas Ferdy Sambo.

 

Para petugas PCR yang diambil kesaksiannya oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) hari ini ialah Nevi Afrilia dan Ishbah Azka Tilawah.

 

Dalam persidangan, Nevi menyampaikan keterangannya lebih dulu di hadapan Majelis Hakim Sidang. Ia mengaku datang ke rumah Sambo di Saguling, Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022, atau bertepatan dengan hari Brigadir J ditembak hingga tewas.

 

Mulanya, Majelis Hakim bertanya kepada Nevi, "Siapa saja yang saudari swab?".

 

"Ada empat orang. Ibu Putri (istri Sambo), Susi (ART Sambo) Bapak Richard Eliezer dan Yoshua (dua ajudan Sambo)," jawab Nevi dalam sidang di PN Jaksel, Jalan Ampera Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (7/11).

 

Nevi menjelaskan, dia tiba di rumah pribadi Sambo di Saguling pada pukul 15.25 WIB. Ketika itu dia langsung melaksanakan tes PCR kepada keempat orang itu hingga pukul 15.50 WIB.

 

Namun Majelis Hakim bertanya detail prosesi tes PCR yang dilakukannya terhadap keempat orang tersebut.

 

"Siapa yang duluan (dites PCR)," tanya Hakim.

 

Nevi menjawab, "Bu Putri, Susi, Yoshua, terakhir Richard," urainya.

 

Tak sampai di situ, Hakim juga bertanya soal posisi Sambo ketika tes PCR dilakukan.

 

"Ada FS ikut," tanya Hakim yang kemudian dijawab Nevi dengan menyatakan, "Tidak".

 

Mengenai prosesi tes PCR Sambo, Majelis Hakim bertanya kepada Ishbah yang menyebut pelaksanaannya berlangsung pada hari sebelum Brigadir J ditembak di rumah dinasnya di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022.

 

"Tanggal 7 (yang tes PCR) siapa saja," tanya Hakim.

 

"Bapak FS dan Bapak Daden," jawab Ishbah.

 

Masih penasaran, Majelis Hakim kembali menggali keterangan dari Ishbah mengenai prosesi tes PCR terhadap Sambo dan Daden.

 

"Tanggal 7 jam berapa (tes PCR-nya)," tanya Hakim yang kemudian dijawab Ishbah dengan menyatakan, "Jam 7 pagi".

 

"Di rumah," lanjut Hakim mencecar.

 

"Kantor di Mabes Polri," demikian sahut Ishbah menjawab.

 

Dalam rekonstruksi perkara, Sambo mengaku sedang menjalani tes PCR saat insiden penembakan terhadap Brigadir J terjadi.

 

Dia mengklaim saat itu dirinya di tes PCR, sementara tengah terjadi baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E. (rmol)



SANCAnews.id – Pengakuan Ismail Bolong yang meyeret Kabareskrim Polri, Komjen Agus Andrianto akhirnya mendapatkan tanggapan dari Polri.

 

Akan tetapi dalam video terbaru Ismail Bolong malahan mengungkapkan perminta maaffannya pada Komjen Agus Andrianto.

 

Dalam pengakuannya Ismail Bolong menjelaskan bahwa dirinya membuat pengakuan telah menterahkan uang sebesar Rp 6 miliar karena dipaksa.

 

Dalam video tersebut terungkap Ismail Bolong dipaksa Hendra Kurniawan jatuhkan Kabareskrim dengan memberikan uang yang merupakan setoran bisnis batu bara ilegal.

 

Sedangkan pihak Polda Kalimatan Timur melalui Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Yusuf Sutejo menjelaskan bahwa hingga saat ini pihaknya masih belum menerima perintah dari Mabes Polri atas kasus Ismail Bolong.

 

“Kami saat ini masih menunggu perintah dari Mabes Polri terkait dengan pernyataan Ismail Bolong, karena ini menyangkut anggota dari Mabes Polri,” terang Kombes Yusuf.

 

Dari pengakuannya terungkap siapa Ismail Bolong, pihak Kombes Yusuf membenarkan bahwa Ismail merupakan salah satu anggota kepolisian Kaltin yang telah pensiun dan berpangkat Aiptu.

 

Setelah memberikan pengakuan bahwa dirinya telah menyerahkan uang tersebut, pensiunan Polisi tersebut membuat bantahan dan menyampaikan perminta maaffannya kepada Kabareskrim Polri, Komjen Agus Andrianto.

 

Ismail mengatakan bahwa dirinya meminta maaf atas pernyataannya pada Februari lalu dan menyebutkan bahwa dirinya menyampaikan hal tersebut karena di bawah paksaan.

 

Adapun pihak yang memaksaanya adalah anggota Paminal atas perintah Brigjen Hendra

Kuniawan.

 

“Hendra menhubingi saya untuk mengikuti perintah dari Paminal, kalau tidak mau akan di bawa ke Jakarta,” tambah Ismail.

 

Setelah menjalankan pemeriksaan hingga pukul 2, Ismail mengaku dibawa oleh Paminal ke sebuah hotel di Samarinda.

 

Ismail mengatakan bahwa saat dirinya di hotel, dia disuruh untuk membacakan sebuah kertas yang sudah disiapkan dan bertuliskan tangan yang isinya seperti apa yang dibacakannya dalam video sebelumnya.

 

Pihak Paminal tersebut merekam pengakuan Ismail dengan menggunakan kamera HP. Setelah kejadian tersebut, Ismail mengajukan pensiun pada bulan April dan disetujui pada bulan Juli.

 

Kasus Ismail Bolong kembali ramai setelah beredarnya video pengakuan dan perminta maaffannya atas pernyataannya yang mengatakan telah memberikan sejumlah uang pada Agus Andrianto.

 

Bahkan Ismail mengatakan bahwa dirinya belum pernah bertemu dengan Kabreskrim apalagi menyerahkan sejumlah uang.

 

Terkait dengan kasus Kabareskrim Ismail Bolong ini juga mendapatkan tanggapan dari Mahfud MD selaku Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia.

 

Menurut Mahfud, mencuatnya video ini terkait dengan isu perang bintang di Polri, di mana para petinggi Polri telah saling memegang kartu satu dan lainnya.

 

Atas hal tersebut Mahfud menginginkan agar kasus ini dapat segera diselesaikan dan diusut tuntas.

 

Menurut Mahfud MD, isu perang bintang ini terus menyeruak di mana dalam perang bintang para petinggi Polri yang sudah berpangkat bintang maulai saling buka kartu 'truf'.

 

"Masalah ini harus segera kita redam dengan mengukir akar masalahnya," tuturnya menambahkan.

 

Mahfud MD juga menyampaikan bahwa sebenarnya isu tentang mafia tambang bukan merupakan suatu hal yang baru muncul di Indonesia.

 

Palagi pada 2013 lalu, saat Ketua KPK dipegang oleh Abraham Samad, di mana dia menjelaskan bahwa kalau kasus korupsi yang ada di tambang bisa 100 persen dibumihanguskan, "Isu mafia tambang memang meluas dengan segala backing-backing," tandas Mahfud MD. (disway)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.