Latest Post


 

SANCAnews.id – Pakar hukum dari Universitas Padjadjaran, Prof Romli Atmasasmita angkat bicara terkait pernyataan Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies), Anthony Budiawan yang menyarankan dalam penanganan kasus Formula-E harus bersandar pada asas keadilan.

 

Anthony juga mempertanyakan logika argumentasi Prof RomIi dan konsekuensinya terhadap sistem keuangan daerah (APBD) serta sistem keuangan negara (APBN). Pernyataan Anthony tersebut juga diangkat channel Refly Harun dalam segmen ulasan berita.

 

"Pertama Saya tidak mengenal nama ini (Anthony Budiawan-red) terlebih di kalangan masyarakat hukum pidana dan kriminologi," kata Prof Romli dalam keterangan tertulisnya, Minggu (16/10).

 

Prof Romli mengaku meragukan kredibilitas Anthony Budiawan karena tidak jelas latarbelakang keilmuannya.

 

"Kedua tidak jelas pula latar belakang keilmuan yang bersangkutan sehingga amat diragukan pendapat ybs terhadap pernyataan saya apalagi telah berani memberikan cap bahwa saya memiliki logika sempit dengan memberikan contoh tentang kerugian negara karena dalam setiap proyek pembangunan yang menampakkan bahwa ybs tidak dapat membedakan perbedaan pars pro toto dan totem pro parte," terang Prof Romli.

 

Menurut Prof Romli, Anthony Budiawan tidak dapat membedakan logika umum dan logika hukum sehingga keliru menyimpulkan bahwa contoh kerugian dalam pembangunan menjadi tanggungjawab presiden dan sudah tentu mengikuti kekeliruan dalam menggunakan logika umum seharusnya logika hukum.

 

"Hal demikian mengakibatkan ybs terperosok pada kesimpulan umum yang ditarik ybs dalam konteks kasus Formula E dan proyek pembangunan," jelasnya.

 

Atas dasar tersebut Prof Romli meminta Anthony Budiawan untuk belajar studi ilmu dan terori hukum lagi

 

“Last but not least, ybs dianjurkan untuk studi ilmu dan teori hukum lebih lanjut persiapan ajak debat atau mengkritik seorang yang telah 45 tahun mendalami ilmu hukum dan pengalaman cukup dalam proses pembentukan hukum di negeri ini," pungkasnya. (rmol)


 

SANCAnews.id – Seorang Hakim Agung seharusnya meletakkan perilaku dan logika berpikir yang bersih dan tidak berperilaku curang, apalagi terlibat dalam kasus tindak pidana korupsi seperti yang sedang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan menangkap Hakim Agung Sudrajad Dimyati (SD) yang terlibat kasus suap.

 

Demikian pandangan dosen hukum pidana Universitas Trisakti, Azmi Syahputra soal kasus suap Hakim Agung Sudrajad Dimyati yang diduga menyeret Hakim Agung lainnya. Adapun Hakim Agung yang dimaksud, yakni Gazalba Saleh dan Sekretaris MA Hasbi Hasan. Namun keduanya mangkir dalam panggilan pemeriksaan penyidik KPK.

 

"Pengembangan penyelidikan kasus Hakim Agung SD yang merebak dalam korupsi ini seolah membuat dampak bagi nama baik institusi, termasuk terlukai fungsi dan kedudukan kehormatan hakim jadi ikut terbawa dalam peristiwa pusaran korupsi suap yang dilakukan setingkat hakim agung," kata Azmi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (16/10).

 

Azmi menilai, rentetan kasus yang bisa menyeret Hakim Agung lain adalah tanda yang tidak baik bagi lembaga penegak hukum setingkat MA.

 

"Hakim Agung yang korupsi kehilangan rasionalitas, minim kesadaran. Padahal Hakim Agung seharusnya meletakkan perilaku dan logika berpikir yang bersih dan tidak berperilaku curang," kata Azmi.

 

Sebab sejatinya kata Azmi, musuh utama pemberantasan korupsi tidak lain adalah yang dilakukan oleh penyelenggara negara itu sendiri.

 

"Alih-alih korupsi diberantas dari bumi pertiwi, yang terjadi malah pembalikan lewat jalan legal. Perilaku koruptif di ruang yudikatif ini cendrung didasari perilaku tidak jujur, motifnya lupa diri dan kepentingan sesaat demi kekuasaan," pungkas Azmi. (*)


SANCAnews.id – Dalam acara bertajuk "Terima Kasih Jakarta", Gubernur Anies Baswedan tampak mengendarai sebuah vespa klasik. Vespa tersebut dikendarai Anies di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Minggu (16/10/2022).

 

Vespa klasik yang ditumpangi Gubernur DKI Jakarta itu berwarna abu-abu berplat nomor AB 6094 OX. Helm hitam tanpa kaca pun dikenakan Anies Baswedan untuk menambah kesan klasik.

 

Meski sudah duduk di atas vespa, terlihat warga masih mengerubungi dan ingin bersalaman dengan Anies.

 

Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu terpaksa berhenti sejenak untuk menyalami warga.

 

Tak lama kemudian, ia mulai menancapkan gas secara perlahan, meninggalkan warga yang berada di Jalan Merdeka Selatan.

 

Putri Anies, Mutiara Annisa Baswedan dan sang suami Ali Saleh Alhuraiby, tampak ikut dalam rombongan mengikuti Anies dari belakang.

 

Diketahui, Anies Baswedan naik vespa itu menuju kediamannya di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

 

Sebelumnya, Anies datang ke Balai Kota DKI menaiki sepeda dari kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

 

Ia tiba di Bundaran HI sekitar pukul 07.57 WIB. Kemudian, Anies Baswedan langsung menyapa peserta car free day (CFD).

 

Kedatangannya langsung disambut para warga dengan teriakan "Anies for presiden,"

 

Tidak hanya itu, Warga juga membentangkan spanduk ucapan terima kasih Anies Baswedan di depan Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.

 

Pengabdian 5 Tahun di DKI Tuntas, Anies Baswedan: Mari Sambut Babak Berikutnya

 

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berpamitan dengan warga saat acara tasyakuran akbar di Balai Kota DKI Jakarta, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

 

Saat sambutan, Anies menyampaikan ucapan terima kasih kepada ribuan warga masyarakat yang telah hadir. Dalam sambutan tersebut, ia menegaskan bahwa kerjanya di Indonesia masih panjang.

 

“Karena kerja untuk bangsa dan negara ini masih panjang ke depan, satu babak berakhir, mari sambut babak berikutnya,” ujar Anies saat sambutannya, pada Minggu (16/10/2022).

 

Anies juga mengenang awal mula ia diberi kepercayaan dan amanat sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh masyarakat pada 2017 lalu.

 

"Saudara-saudara semua, lima tahun lalu tepat 16 Oktober 2017 saya berdiri di tempat ini. Saat itu saya menyampaikan kepada saudara semua bahwa saya telah menerima mandat dari warga Jakarta," ucap Anies.

 

Lantas, Anies mengaku tidak akan banyak bicara dalam sambutannya itu. Ia hanya mengajak masyarakat DKI Jakarta yang melihat hasil kerjanya selama lima tahun memimpin ibu kota.

 

"Biarkan kerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta selama lima tahun terakhir ini mereka yang berbicara, biarkan itu menjadi bukti nyata," ucap Anies.

 

Anies menegaskan biarkan masyarakat yang melihat bukti nyata hasil karya-karyanya selama lima tahun memimpin.

 

"Tidak perlu dikatakan pada pidato ini, lihatlah kenyataan yang ada di Jakarta. Kita tidak mengirimkan pernyataan, kita kirimkan kenyataan," kata Anies dengan lantang.

 

Selain itu, Anies kembali menjelaskan bahwa selama ini ia bekerja untuk membangun rasa keadilan sosial.

 

Ia berharap rasa keadilan sosial tersebut tidak hanya terwujud di DKI Jakarta, namun juga dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia.

 

Diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar acara tasyakuran akbar di Balai Kota DKI Jakarta, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (16/10/2022).

 

Acara tersebut dalam rangka melepas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria yang tepat pada hari ini melepas masa jabatan mereka.

 

Anies telah berjalan dari rumahnya di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan menuju Balai Kota DKI Jakarta dengan menggunakan sepeda.

 

Sebagai informasi, ia memulai perjalanannya dari sekira pukul 05.45 WIB, dan sempat berhenti di Fatmawati Jakarta Selatan, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Pinisi dan Bundaran Hotel Indonesia (HI), untuk menyapa warga yang sedang beraktivitas di situ.

 

Hingga akhirnya pada sekira pukul 09.20 WIB, Anies tiba di Balai Kota DKI Jakarta, dan langsung disambut oleh ribuan warga masyarakat yang telah menanti dari pagi hari. (tribunnews)



SANCAnews.id – Pendopo Balai Kota DKI Jakarta, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat ramai digeruduk ribuan warga masyarakat, Minggu (16/10/2022).

 

Tepat pukul 09.20 WIB, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan tiba di Balai Kota DKI Jakarta untuk menyapa warga dalam acara tasyakuran akbar. Ribuan warga tumpah ruah. Mereka tidak henti-hentinya meneriaki 'Anies Presiden'.

 

Anies yang datang dengan menggunakan sepeda pun mengurungkan niatnya untuk langsung datang menuju panggung utama yang berada di depan Pendopo Balai Kota DKI Jakarta.

 

Hal tersebut karena warga masyarakat yang sangat berantusias untuk dekat menghampiri Anies atau sekadar melihat wajahnya.

 

Jalanan tampak kurang bisa dikoordinasikan karena warga yang berkerumun, raut wajah Anies pun juga tampak bingung dan kelelahan karena mereka (masyarakat) enggan memberikan jalan untuk dirinya.

 

Beberapa PAMDAL pun juga kewalahan melindungi Anies dari antusiasme warga masyarakat.

 

Pantauan wartakotalive.com, warga masyarakat menyerukan sholawat sambil menunggu Anies keluar dari Pendopo Balai Kota DKI Jakarta menuju ke panggung utama.

 

Hingga berita ini dilaporkan, Anies masih berada di dalam pendopo dan warga masyarakat saling berkoordinasi memberikan jalan untuk Anies supaya bisa berjalan menuju panggung utama.

 

Diberitakan sebelumnya, Antusiasme warga DKI Jakarta untuk melepas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria makin bertambah.

 

Masyarakat yang memadati lingkungan Pendopo Balai Kota DKI Jakarta pun juga semakin banyak, jelang kedatangan Anies dan Ariza, Minggu (16/10/2022).

 

Mereka tampak membawa atribut ucapan terima kasih baik melalui media poster, sterofoam, pin baju, dan lain sebagainya.

 

Yang menarik perhatian adalah banner berukuran 25 meter dengan tulisan ucapan terima kasih karena telah membangun Jakarta terbentang tepat di depan Balai Kota DKI Jakarta, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

 

"Terima kasih dan Apresiasi Bapak Anies Baswedan Yang Telah Menjadikan Jakarta Maju Kotanya Bahagia Warganya," tulis ucapan dalam banner tersebut.

 

Ketua Brigade GPMI Jakarta, Iyong mengatakan, pihaknya sengaja membuat banner raksasa itu agar terlihat oleh seluruh warga Jakarta yang hadir dalam acara pelepasan Anies dan Ariza.

 

"Panjangnya ini 25 meter kita buat untuk menyampaikan terimakasih kepada Pak Anies dan Pak Ariza," ujar Iyong.

 

Pantauan wartakotalive.com, sekira pukul 08.20 WIB, ratusan masyarakat telah memadati baik di dalam maupun luar area Balai Kota DKI Jakarta.

 

Mereka datang baik secara pribadi, bersama dengan keluarga, bahkan ada beberapa organisasi masyarakat (ormas) yang turut memadati acara tasyakuran akbar tersebut.

 

Para warga tampak berfoto di booth Anies yang memang tersedia di samping Pendopo DKI Jakarta. Senyum sumringah hingga tangis terlihat saat mereka mengabadikan momen tersebut, walau hanya melalui media booth foto.

 

Tidak hanya warga DKI Jakarta, warga masyarakat dari luar ibu kota pun tampak antusias untuk melepas Anies.

 

Suriman Setiadi (50) merupakan warga asal Tangerang yang datang ke Balai Kota DKI Jakarta untuk bertemu dengan Anies dan menghadiri acara tasyakuran akbar.

 

"Saya sudah berangkat sejak jam enam pagi. Memang ingin ketemu Gubernur Indonesia, bukan hanya DKI Jakarta ya. Karena banyak warga luar Jakarta yang datang ke sini," ujar Suriman.

 

Suriman menjelaskan hal tersebut menandakan bahwa Anies dicintai tidak hanya oleh masyarakat DKI Jakarta, tetapi juga daerah-daerah di luar ibu kota. Lebih lanjut ia berharap, Anies dapat melanjutkan perjuangannya di DKI Jakarta untuk Indonesia.

 

"Kerja bagus Pak Anies harus diteruskan sampai jadi presiden," ujar pria yang kesehariannya bekerja di Bandara Soekarno-Hatta itu.

 

Diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar acara tasyakuran akbar di Balai Kota DKI Jakarta, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (16/10/2022).

 

Acara tersebut dalam rangka melepas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria yang tepat pada hari ini melepas masa jabatan mereka.

 

NasDem bela Anies 

Wasekjen DPP Nasdem Bidang Kebijakan Publik dan Isu Strategis Hermawan Taslim buka suara terkait mundurnya sejumlah kader Nasdem usai pencalonan Anies Baswedan sebagai Capres 2024.

 

Kata Hermawan Taslim, dicalonkannya Anies Baswedan sebagai Capres 2024 oleh Nasdem bukan tanpa pemilahan yang tidak jelas.

 

Menurut Hermawan Taslim, pihak Partai Nasdem sudah menyaring ketat tiga kandidat yang sempat diusung sebelumnya yakni Panglima TNI Andika Perkasa, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

 

Salah satu yang menjadi fokus Nasdem dari ketiga calon tersebut ialah terkait nasionalisme.

 

Menurut Nasdem, selama lima tahun Anies Baswedan memimpin DKI Jakarta tidak ada kebijakannya yang berpihak ke salah satu golongan.

 

Pun kebijakan Anies Baswedan di DKI Jakarta juga dianggap tidak merugikan pihak-pihak yang pro pluralisme seperti Niluh Djelantik dan Hermawan Taslim sendiri.

 

“Kita lihat selama 5 tahun apa kebijakan Anies yang berpihak ke satu golongan? tidak ada! apa kebijakan Anies ada yang merugikan orang-orang seperti kita yang pro pluralisme?” ujar Hermawan Taslim dikutip Youtube Tribunnews.com pada Selasa (11/10/2022).

 

Menurut Hermawan Taslim, pihak Nasdem membaca poin perpoin tentang Anies Baswedan, Andika Perkasa, ataupun Ganjar Pranowo.

 

Menurutnya, Anies Baswedan lah yang memiliki rekam jejak yang cocok untuk menjadi Capres 2024 yang diusung oleh Nasdem.

 

Baca juga: Niluh Djelantik Minta Pemimpin Nasdem Ingat Reporter yang Dilempari Pendukung Anies Baswedan

 

Oleh karena itu, Hermawan Taslim pun meminta kader Nasdem yang kecewa dengan keputusan tersebut agar tidak tersandra oleh masa lalu.

 

“Kami tidak beli kucing dalam karung, semua data ada mulai dari A.R Baswedan, mama papanya yang rektor, kami kuliti semua, banyak referensi kita baca, tapi pada saatnya kita harus memilih dan kita tidak boleh tersandra oleh masa lalu,” pesannya.

 

Diketahui Nadem alami konflik internal usai ditetapkannya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai Capres 2024 oleh partai tersebut.

 

Sejumlah kader seperti Niluh Djelantik bahkan memutuskan mundur usai penetapan Capres 2024 oleh Nasdem.

 

Alasannya, lantaran Anies Baswedan dianggap salah satu pihak yang bertanggung jawab atas polarisasi agama di Pilkada DKI 2017 lalu. (wartakota)


SANCAnews.id – Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sampai saat ini belum juga kelar pembangunannya. Masalah muncul satu per satu dari pembangunan mega proyek yang dikerjasamakan dengan China ini.

 

Salah satunya adalah pembengkakan biaya berkali-kali, hingga molornya pengerjaan konstruksi yang sampai saat ini pun tak kunjung selesai.

 

Proyek ini pun mulai disebut sebagai proyek yang mubazir di tengah masyarakat. Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan proyek ini memang mubazir. Dia menilai dampak ekonomi proyek ini tak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.

 

Belum lagi, ke depannya proyek ini jelas memberikan beban kepada APBN, bahkan untuk BUMN yang ditugaskan untuk menangani proyek ini.

 

"Proyek kereta cepat memang mubazir. Ini pelajaran agar mega proyek infrastruktur harus hati-hati, jangan mendorong proyek besar tapi dampaknya nggak sebanding. Apalagi dibiayai pinjaman. Ini pun berisiko ke keuangan BUMN yang ditugaskan dan juga APBN," ujar Bhima kepada detikcom, Jumat (14/10/2022).

 

Bhima mengatakan, ke depannya APBN akan terus menerus terbebani proyek ini. Mulai dari untuk subsidi layanan kereta cepat, hingga sibuk menyuntik modal agar BUMN yang menangani proyek ini bisa membayar utang ke pihak China.

 

Belum lagi, untuk sisa konstruksi yang dilakukan, biaya yang dikeluarkan mungkin akan bertambah. Apalagi dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah dan di saat yang sama kenaikan harga bahan baku.

 

"Ini jelas jadi beban bagi BUMN dan negara, APBN pun mau tak mau harus terus melakukan suntikan," kata Bhima.

 

Di sisi lain, Pakar Transportasi Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menyatakan proyek ini belum tentu mubazir. Hanya saja, Darmaningtyas menegaskan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah pasti tidak akan optimal.

 

"Jangan bilang mubazir lah, tapi memang ini kurang optimal. Kalau mubazir itu sia-sia. Ini tidak sia-sia sekali tapi kurang optimal," sebut Darmaningtyas ketika dihubungi detikcom.

 

Proyek ini tidak optimal karena sudah banyak sekali alternatif transportasi dari Jakarta ke Bandung. Mulai dari kereta hingga perjalanan darat. Apalagi, dalam waktu dekat, Darmaningtyas menyatakan perjalanan akan makin mudah dan cepat dari Jakarta ke Bandung dengan pembangunan tol baru Jakarta-Cikampek 2.

 

"Kalau Tol Cikampek 2 telah usai terbangun maka akan memperpendek jarak tempuh Jakarta-Bandung dengan menggunakan mobil pribadi, maka mereka yang bermobil pasti akan lebih suka Jakarta-Bandung dan sebaliknya dengan menggunakan mobil pribadi," sebut Darmaningtyas.

 

Di sisi lain, biaya proyek kereta cepat juga terus membengkak. Terakhir, perkiraan bengkak proyek tersebut sesuai dengan peninjauan BPKP sebesar US$ 1,17-1,9 miliar. Maka maksimal biaya kereta cepat bila ditotal dengan jumlah pembengkakan bisa mencapai US$ 7,97 miliar atau sekitar Rp 119 triliun (kurs Rp 15.000).

 

Nah menurut Darmaningtyas biaya sebesar itu belum tentu bisa balik modal. Karena biaya operasi yang besar membuat semua pemasukan akan habis. Malah justru pemerintah ujungnya yang akan mensubsidi besar-besaran untuk operasional kereta cepat.

 

"Saya mau soroti, dari biaya investasi yang besar tersebut adalah belum tentu balik, karena pemasukan dari tiket dan iklan untuk menutup biaya operasi saja tidak mungkin mencukupi, sehingga memerlukan subsidi dari pemerintah," ungkap Darmaningtyas.

 

"Jadi beban APBN ke depan adalah untuk mengembalikan biaya investasi yang mencapai Rp 100 triliun lebih itu dan subsidi untuk operasional," sebutnya. (dtk)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.