Bersikeras Bela Anak Ferdy Sambo, Tapi Mingkem Ketika 33 Anak Meninggal di Kanjuruhan
SANCAnews.id – Pegiat Media
Sosial Nicho Silalahi, menyentil keras Ketua Lembaga Perlindungan Anak
Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi alias Kak Seto yang hingga kini tak pernah berbicara
sepatah katapun soal tragedi Kanjuruhan yang menewaskan puluhan anak di bawah
umur dari total 131 korban jiwa.
Padahal sebelumnya Kak Seto getol
dan berdiri paling depan membela anak-anak tersangka pembunuhan Brigadir Yosua
Hutabarat (Brigadir J) Ferdy Sambo. Dalam kasus ini Kak Seto berjuang
mati-matian hingga dihujat habis-habisan. Namun dalam tragedi Kanjuruhan, dia
sama sekali tak pernah menampakan batang hidungnya di depan media.
Selain Kak Seto, Nicho Silalahi
juga geram terhadap sikap Komnas
Perlindungan Anak yang juga tak pernah berbicara apapun terkait tragedi yang
ikut merenggut puluhan jiwa anak-anak belia itu.
"Kenapa Komnas Perlindungan
Anak diam atas tragedi pembantaian ratusan orang termasuk anak?2; di
Kanjuruhan? Kemana Kak Seto dan Aris Merdeka Sirait dan Apa Statemen Mereka
Atas Banyaknya Anak?2; Yang Dibantai Di Kanjuruhan?” kata ," ujar Nicho
Silalahi dikutip dari unggahan twitternya, @Nicho_Silalahi dikutip Populis.id
Jumat (7/10/2022).
Sekedar informasi, Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang, Jawa Timur mencatat sebanyak 33 anak di bawah umur
yang menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober
2022 lalu, mayoritas korban berstatus pelajar.
Data Dinkes Malang juga diamini
oleh Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar. Dia mengatakan
dari total anak-anak yang meninggal itu
8 diantaranya berjenis kelamin perempuan dan 25 lainnya adalah anak
laki-laki.
“Kami masih terus melengkapi
datanya,” kata Nahar kepada wartawan dikutip Selasa (1/10/2022).
Sebagaimana diketahui, tragedi
Kanjuruhan bermula ketika Aremania, julukan untuk pendukung Arema FC mencoba
menginvasi lapangan usia Singo Edan
ditekuk tim tamu Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. Kedatangan Aremania yang
untuk menyemangati tim kesayangannya usai kekalahan tersebut justru dihalau
aparat keamanan.
Mereka lantas terlibat saling
kejar-kejaran di tengah lapangan yang berbuntut pada tembakan gas air mata.
Melihat itu, beberapa Aremania lainnya ikut turun ke lapangan dengan tujuan
membantu temannya, namun polisi kembali melepaskan tembakan gas air mata yang bahkan beberapa
kali diarahkan ke penonton tribun yang membuat seisi stadion panik dan
berhamburan keluar, mereka berebut pintu keluar hingga berdesak-desakan.
Dari hasil investigasi Komnas HAM, tembakan gas air mata itu disinyalir menjadi penyebab utama tewasnya ratusan korban tersebut, itu terkonfirmasi dari kondisi jenazah yang mengeluarkan busa di mulut, mata memerah hingga wajah yang membiru. Mereka diduga tewas karena kekurangan oksigen akibat kepulan asap gas air mata yang bikin sesak nafas dan perih di mata. *