Latest Post


SANCAnews.id – Harus ada yang bertanggung jawab terkait Tragedi Kanjuruhan yang telah merenggut seratusan orang usai pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu malam (1/10).

 

Anggota Komisi I DPR RI, Fadli Zon menyoroti, salah satu yang harus dimintai pertanggungjawaban adalah Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta.

 

"Kalau saya lihat sih Kapolda juga diganti saja, kan itu aspirasi masyarakat juga,” tegas Fadli Zon di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/10).

 

Elite Partai Gerindra ini menambahkan, jika Kapolda Jatim tidak dicopot, maka seharusnya mundur dari jabatannya sebagai bagian dari revolusi mental.

 

"Jadi harus sensitiflah melihatnya. Kalau di luar negeri itu bukan dicopot, tapi mundur. Jadi revolusi mentalnya jalan, mereka mengundurkan diri, baik itu Kapolres, Kapolda,” ujarnya.

 

Ia lantas mencontohkan sikap pejabat di luar negeri yang memutuskan mundur karena kinerjanya dinilai kurang memuaskan. Bahkan di Jepang, mantan Perdana Menteri terlama, Shinzo Abe memutuskan mundur hanya karena alasan kesehatan. 

 

"Seperti kejadian Shinzo Abe di sana (Jepang), bukan hanya mundur bahkan ada yang bunuh diri karena gagal. Kita (Indonesia) tidak ada tradisi itu, paling enggak tradisi malulah. Tapi ternyata enggak ada,” demikian Fadli Zon. (rmol)


SANCAnews.id – Mahasiswa Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya (UINSA) mendesak Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo mencopot Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta dari jabatannya. Nico dianggap orang yang paling bertanggungjawab atas terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang.

 

“Kami menuntut pihak Polri agar memecat, agar mencopot Kapolda Jatim dari jabatannya. Ini bukti bahwa Kapolda Jatim gagal dalam menjaga keamanan," kata korlap aksi, Badrud Mutammam, dalam orasinya di depan Mapolda Jatim di Surabaya, Rabu, 5 Oktober.

 

Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta sempat menyampaikan ke publik soal penembakan gas air mata sudah sesuai prosedur alias diperbolehkan. Namun, tiga hari pasca tragedi itu, Kapolda Jatim menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat, khususnya suporter Aremania.

 

"Karena Kapolda Jatim tidak bertanggung jawab, hanya meminta maaf saja, minta maaf tidak cukup membenarkan apa yang dilakukan oleh pihak Polda Jatim," katanya.

 

Tak hanya, itu Badrud juga menyampaikan beberapa tuntutan lainnya, yakni mendesak tragedi yang membawa korban 131 orang meninggal dunia itu diusut tuntas. Sebab, kata dia, banyaknya korban meninggal disebabkan karena adanya penyemprotan gas air mata ke tribun suporter.

 

"Aksi ini kami menuntut seluruh pihak kepolisian untuk mengusut secara tuntas. Mengusut secara terbuka terhadap tindakan-tindakan represif oleh pihak kepolisian. Terutama penembakan gas air mata yang dilakukan di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober kemarin," ujarnya. (voi)


SANCAnews.id – Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon tegas menyatakan bahwa kunci dari munculnya tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur ialah gas air mata yang ditembakkan kepolisian.

 

Diketahui asap maut dari gas air mata yang menyesakan itu diduga menjadi penyebab terbesar jatuhnya korban nyawa hingga lebih dari 100 orang.

 

"Menurut saya kuncinya jelas di situ gas air mata. Penerapan gas air mata di lapangan yang kabarnya itu tidak diperbolehkan oleh FIFA sendiri jelas," kata Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (5/10/2022).

 

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen ini mempertanyakan aparat kepolisian, mengapa tidak melakukan penanganan dengan cara lain, tanpa gas air mata.

 

"Kenapa, misalnya kalau untuk mempersiapkan, mengantisipasi itu bukan water cannon, bukan air yang netral. Tentu enggak akan banyak korban, apalagi sampai meninggal," kata Fadli.

 

Karena itu, menurut dia, seharusnya investigasi tragedi Kanjuruhan tidak bertele-tele lantaran sudah diketahui pasti sebab dan akibatnya, yakni gas air mata. Pihak yang bertanggung jawab sudah seharusnya segera ditetapkan.

 

"Seharusnya bisa secara cepat, paling tidak siapa yang bertanggung jawab supaya ini tidak terulang lagi. Kalau mutar-mutar kemudian tidak jelas atau dicari kambing hitam, salah menyalahkan," ujar Fadli.

 

Ratusan Orang Meninggal 

Korban meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan sebanyak 131 orang. Peristiwa maut itu terjadi setelah aparat menembakkan gas air mata karena sejumlah suporter Aremania masuk stadion usai laga Arema FC Vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam.

 

Angka korban meninggal tersebut disampaikan Pemkab Malang berdasarkan posko postmortem crisis center per Selasa (4/10/2022). Data ini mengalami penambahan 6 orang dari sebelumnya 125 orang tewas.

 

Penanggungjawab Data, Zulham Akhmad Mubarrok mengatakan, sampai Selasa (4/10/2022) siang, data korban meninggal mencapai 131 jiwa.

 

"131 sampai siang ini. Ganti nama, ganti identitas saja, keluar masuk datanya," ujarnya saat dikonfirmasi SuaraMalang.id. **


SANCAnews.id – Jika ada oknum TNI yang diduga terlibat melakukan pemukulan terhadap suporter Aremania dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) dipastikan akan diproses hukum.

 

Hal itu ditegaskan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (5/10).

 

"Saya berusaha untuk tindak etik. Karena etik ini apabila tadi, ada memang syarat-syaratnya. Bagi saya itu sudah sangat jelas, itu pidana," tegas Andika.

 

Andika mengatakan, pihaknya sudah memeriksa lima prajurit TNI yang diduga terlibat Tragedi Kanjuruhan. Pemeriksaan itu dilakukan karena ditemukan bukti awal keterlibatan oknum TNI dalam tragedi Kanjuruhan.

 

"Sejauh ini yang prajurit kita periksa ada lima, pemeriksaan ini karena sudah ada bukti awal. Dari lima ini, empat sudah mengakui, tapi satu belum. Tapi kami enggak menyerah," kata Andika.

 

Andika bahkan meminta masyarakat yang mempunyai video bukti keterlibatan prajurit TNI dalam peristiwa tragedi Kanjuruhan, segera membuat laporan. Ia memastikan akan menindaklanjuti setiap kesalahan dari prajurit TNI.

 

"Kami terus minta info dari siapapun juga, siapapun yang punya video. Selain itu, kita juga sedang memeriksa unsur pimpinan. Karena mereka ini kan sersan  II ada empat orang dan prajurit satu orang," kata Andika.

 

Lebih lanjut, Andika mengakui bahwa tragedi tersebut juga menjadi bahan evaluasi internal TNI dalam melalukan pengamanan.

 

"Ini juga sebagai bentuk evaluasi, karena enggak boleh terjadi. Berarti kan briefing, penekanan tentang batas kewenangan TNI dalam bertindak, walau pun kita hanya BKO, itu berarti tidak berjalan," pungkasnya. (rmol)


SANCAnews.id – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan banyak cerita dan bukti kondisi jenazah Aremania yang tewas di Stadion Kanjuruhan, Malang. Fakta itu dilihat langsung oleh Komnas HAM saat menyambangi lokasi pada Senin (3/10/2022) kemarin.

 

Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, fakta itu menjadi catatan penting Komnas HAM dalam menyelidiki kasus tewasnya 125 suporter klub Arema Malang itu. Tercatat ada dua catatan penting dari hasil temuan sementara Komnas HAM.

 

Pertama, catatan terkait kondisi jenazah Aremania. Menurut dia, kondisi beberapa jenazah ditemukan dalam keadaan wajah membiru.

 

"Beberapa catatan penting yang kami dapatkan. Pertama adalah kondisi jenazahnya mukanya biru. Banyak yang mukanya biru," kata Choirul Anam dalam keterangannya yang diunggah di channel YouTube Komnas HAM, Rabu (5/10/2022).

 

Dia menegaskan, kondisi beberapa jenazah itu sangat mengerikan. Sebab, kemungkinan besar membiru akibat kekurangan oksigen dan kebanyakan menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh aparat kepolisian.

 

"Ini menunjukkan kemungkinan besar kekurangan oksigen karena juga gas air mata, jadi mukanya biru. Terus ada yang matanya merah, keluar busa dari mulutnya," jelas dia.

 

"Kondisi jenazahnya sendiri secara fisik ada beberapa yang sangat-sangat memprihatinkan yang menunjukkan sebenarnya adanya kurang lebih menjadi potensi penyebab kematian," sambung Anam.

 

Selain itu, dia juga memastikan jumlah jenazah lebih dari 125 orang sebagaimana data catatan pemerintah. Sebab, ada juga jenazah yang langsung dibawa pulang keluarga sesaat setelah peristiwa maut itu terjadi.

 

"Jadi jenazah ini angkanya pasti akan bertambah dari 125 pasti akan bertambah terus. Sekarang emang situasinya saat itu di hari H mulai Sabtu sampai Minggu pagi itu memang sangat crowded, sehingga angkanya akan bertambah karena beberapa belum dicatat atau langsung dibawa pulang oleh anggota keluarganya," ungkapnya.

 

Dia menjelaskan, telah menemui banyak pihak untuk menggali informasi. Mulai dari teman-teman Aremania yang berhasil keluar dari kepungan asap gas air mata, relawan hingga keluarga korban.

 

"Jadi teman-teman khususnya keluarga dan teman-teman Aremania maupun relawan yang menangani jenazah memberikan informasi terkait hal tersebut. Wajahnya bilang banyak biru," ujarnya.

 

Selain itu, dia juga mendapatkan informasi terkait kondisi korban kekerasan yang dialami sebagian suporter. Sebagian Aremania, kata dia, mengalami parah tulang dan luka-luka.

 

"Kondisi luka-luka ini macam-macam kondisinya. Ada yang kaki patah, ada yang rahang patah, ada yang memar dan lain sebagainya," ungkapnya.

 

Dia juga bertemu dengan salah satu korban yang berhasil selamat. Salah satu korban yang berhasil ditemui menunjukkan kondisi mata yang mengkhawatirkan.

 

"Kami bertemu dengan salah satu korban yang kena peristiwa pada hari Sabtu, pada hari senin itu baru bisa melihat. Sebelum itu enggak bisa melihat. Kalau dibuka matanya itu enggak bisa, dadanya sesak, tenggorokannya perih. Itu beberapa contoh yang informasi yang kami dapatkan dari ini pasti banyak," ungkapnya. (akurat)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.