Latest Post



SANCAnews.id – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo secara tegas akan mengusut tuntas terkait isu Konsorsium Judi Online atau Konsorsium 303 dan Kekaisaran Sambo di tubuh Polri.

 

Dalam diagram yang sempat ramai di media sosial, sedikitnya ada 13 nama petinggi Polri yang disebut dalam Konsorsium 303.

 

Kapolri Listyo Sigit pun sudah meminta kepada seluruh jajarannya untuk mengusut kebenaran isu Konsorsium 303 yang tengah ramai dibicarkan.

 

“Seraya memerintahkan mengusutnya sampai ke atas, begitu didapatkan nama, red notice atau cekal,” demikian perintah Kapolri yang tertulis dalam website resmi Polri, tribratanews.polri.go.id, dikutip Sabtu 24 September 2022.

 

Kapolri menegaskan, dalam pengusutan isu konsorsium 303 itu, Polri akan bekerja sesuai fakta berdasarkan scientific crime investigation dalam proses pengungkapan grafik tersebut.

 

"Apakah dalam pengusuan itu ada anggota Polri yang terlibat, saya meminta agar isu tersebut betul-betul diungkap," ujarnya.

 

“Itu lah yang menjadi dasar pengusutan dengan pendekatan scientific crime investigation,” imbuhnya.

 

Menurut Kapolri, sebuah kerangka hukum tidak bisa didasarkan pada asumsi-asumsi. Untuk itu, perlu pembuktian yang cermat guna mengungkap nama-nama yang terlibat.

 

Berikut nama-nama petinggi Polri yang tercantum dalam diagram Konsorsium 303 yang beredar di media sosial:

 

1. Irjen Ferdy Sambo (mantan Kadiv Propam Polri/ dipecat karena pembunuhan Brigadir Joshua)

 

2. Irjen Nico Afinta (Kapolda Jatim/ masih aman)

 

3. Irjen Suwondo Nainggolan (Kakorbinmas Baharkam Polri/ masih aman)

 

4. Irjen Adi Deriyan Jayamarta (Staf Ahli Jemen Kapolri/ masih aman)

 

5. Irjen Fadil Imran (Kapolda Metro Jaya/ masih aman)

 

6. Irjen R. Z. Panca Putra Simanjuntak (Kapolda Sumatera Utara/ masih aman)

 

7. Brigjen Herdy Heryawan (Dirsidik Densus 88 AT Polri/ masih aman)

 

8. Kombes John Weynart Hutagalung (Kasubdit III Dittipidum Bareskrim Polri/ masih aman)

 

9. Kombes Taufik Herdiansyah (Kabid Propam Polda Jatim/ masih aman)

 

10. AKBP Jerry Raimond Siagian (mantan Wadirreskrimum Polda Metro Jaya/ dipecat dalam sidang etik terkait kasus Sambo, tapi masih banding)

 

11. AKBP Ari Cahya Nugraha (mantan Kanit 1 Subdit 3 Dittipidum Bareskrim Polri/ dicopot terkait pelanggaran etika, menunggu sidang etik)

 

12. Kompol Rovan Richard Mahenu (Kasubdit Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya)

 

13. AKP Irfan Widyanto (mantan Kasubnit I Subdit III Dirtipidum Bareskrim Polri/ dicopot dan jadi tersangka obstruction of justice, menunggu sidang etik). (disway)


SANCAnews.id – Kuasa Hukum untuk keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, blak-blakan soal alasan kenapa Ferdy Sambo menghabisi nyawa Brigadir J di rumah dinas Kadiv Propam Polri yang terletak di Jalan Duren Tiga, Jakarta.

 

Menurutnya alasan Ferdy Sambo mengeksekusi Brigadir J di rumah dinasnya, biar menjadi beban negara.

 

“Kenapa ini direncanakan di rumah dinas? Supaya ini jadi beban negara, kan begitu,” kata Kamaruddin dari YouTube Refly Harun, yang dikutip pada Jumat (23/9/2022).

 

Sebab,  kalau dilakukan di rumah pribadi milik Ferdy Sambo maka rumah itu akan diberikan garis polisi. 

 

“Kemudian ketika rumahnya mau dipake akan terganggu karena dengan tempat kejadian pembunuhan terencana,” ujarnya.

 

“Tetapi dia merencakan ini ke rumah dinas, supaya rumah dinas ini menjadi beban pemerintah. Ketika mau dipake ya rumah dinasnya tidak bisa karena jadi objek, katakanlah police line kan begitu sedangkan rumahnya menjadi tidak di pilice line,” sambungnya.

 

Kata dia, kalau rumah tempat kejadian pembunuhan atau kematian biasanya harganya akan turun atau susah dijual.

 

"Atau dalam tanda petik istilah pasarnya itu menjadi tempat angker karena diduga ada roh-roh yang gentayangan yang tidak ikhlas mati di situ kan, maka kalau dijual belum tentu ada orang yang mau,” kata dia.

 

Maka dengan memilih rumah dinas dibandingkan dengan rumah pribadinya, hal itu bisa dikatakan menjadi beban negara.

 

“Tetapi karena ini dirancang di rumah dinas bukan di rumah Saguling, Maka ya tentu yang menanggung beban itu menjadi ke negara atau institusi Polri kan gitu. Itulah kecerdasan yang dimiliki  oleh Ferdy Sambo,” katanya. (populis)


SANCAnews.id – Kuasa Hukum untuk keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, blak-blakan soal alasan kenapa Ferdy Sambo menghabisi nyawa Brigadir J di rumah dinas Kadiv Propam Polri yang terletak di Jalan Duren Tiga, Jakarta.

 

Menurutnya alasan Ferdy Sambo mengeksekusi Brigadir J di rumah dinasnya, biar menjadi beban negara.

 

“Kenapa ini direncanakan di rumah dinas? Supaya ini jadi beban negara, kan begitu,” kata Kamaruddin dari YouTube Refly Harun, yang dikutip pada Jumat (23/9/2022).

 

Sebab,  kalau dilakukan di rumah pribadi milik Ferdy Sambo maka rumah itu akan diberikan garis polisi. 

 

“Kemudian ketika rumahnya mau dipake akan terganggu karena dengan tempat kejadian pembunuhan terencana,” ujarnya.

 

“Tetapi dia merencakan ini ke rumah dinas, supaya rumah dinas ini menjadi beban pemerintah. Ketika mau dipake ya rumah dinasnya tidak bisa karena jadi objek, katakanlah police line kan begitu sedangkan rumahnya menjadi tidak di pilice line,” sambungnya.

 

Kata dia, kalau rumah tempat kejadian pembunuhan atau kematian biasanya harganya akan turun atau susah dijual.

 

"Atau dalam tanda petik istilah pasarnya itu menjadi tempat angker karena diduga ada roh-roh yang gentayangan yang tidak ikhlas mati di situ kan, maka kalau dijual belum tentu ada orang yang mau,” kata dia.

 

Maka dengan memilih rumah dinas dibandingkan dengan rumah pribadinya, hal itu bisa dikatakan menjadi beban negara.

 

“Tetapi karena ini dirancang di rumah dinas bukan di rumah Saguling, Maka ya tentu yang menanggung beban itu menjadi ke negara atau institusi Polri kan gitu. Itulah kecerdasan yang dimiliki  oleh Ferdy Sambo,” katanya. (populis)


SANCAnews.id – Pengungkapan kasus pembunuhan berencana Brigadir J yang didalangi oleh Mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo yang belum menemui titik terang. Adapun soal kasus Ferdy Sambo yang dinilai lamban, Polri ungkap ada kabar baik minggu depan tentang berkas perkara, Sabtu (24/9/2022).

 

Kasus yang telah menyita perhatian publik selama dua bulan terakhir ini, seolah tak berhenti menjadi sorotan karena banyaknya fakta-fakta yang kini belum terungkap, seperti motif pembunuhan, serta munculnya kembali terkait adanya dugaan pelecehan seksual yang melatarbelakangi pembunuhan dari Komnas HAM. 

 

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengapresiasi kinerja tim jaksa yang meneliti berkas perkara pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat. Sampai saat ini, berkas kasus tersangka pembunuhan Brigadir J belum dinyatakan lengkap (P21) oleh Kejaksaan Agung. 

 

Dalam kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J, ada lima orang yang ditetapkan sebagai tersangka yaitu mantan Kepala Divisi Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo; istri Sambo, Putri Chandrawati (PC); Bripka Ricky Rizal (RR), Bharada Richard Elizer (RE), dan Kuat Maruf (KM).

 

“Penghargaan kepada rekan-rekan Kejaksaan Agung, khususnya Jaksa yang ditunjuk untuk meneliti berkas perkara,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo di Jakarta pada Jumat malam, 23 September 2022. 

 

Menurut dia, mereka bekerja secara maraton dan komunikasi secara intens dengan Tim Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri.

 

Untuk itu, ia berharap minggu depan berkas perkara para tersangka pembunuhan berencana Brigadir J mendapatkan kabar baik. “Saya dengar hari libur pun mereka bekerja berkomunikasi secara intens dengan penyidik. Insya Allah, semoga semuanya diberikan kelancaran dan minggu depan kita bisa mendapat kabar yang baik.

 

Karena saya tidak mau mendahului apa yang akan disampaikan oleh Kejaksaan Agung,” ujarnya. Karena, kata dia, dalam criminal justice system atau sistem peradilan pidana itu ada azas yang betul-betul harus saling menghargai dan menghormati sesuai dengan tupoksi masing-masing.

 

“Penyidik fokus pada proses penyidikan, kejaksaan selain meneliti berkas perkara juga mempersiapkan proses penuntutan, demikian juga nanti di persidangan. Kerja dari semuanya itu harus betul-betul saling menghargai,” tandasnya. (tvone)


SANCAnews.id – Kesiapan figur non partai politik (parpol) seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, merupakan satu figur politik yang seharusnya mendapat respons positif dari parpol-parpol yang bisa mengusung capres.

 

Begitu pendapat CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (24/9).

 

"Apa yang disampaikan Anies Baswedan bahwa beliau siap maju, tapi itu semua kembali ke pangkal yakni partai politik," ujar Pangi.

 

Dosen politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini memandang, Anies merupakan salah satu figur potensial yang memiliki basis dukungan.

 

"Statment Anies Baswedan membuktikan bahwa beliau pada akhirnya 'menyerahkan' nasibnya ke tangan partai politik meskipun punya bobot elektoral papan atas," sambungnya.

 

Namun, Pangi melihat parpol-parpol yang memiliki kecukupan untuk mengusung capres-cawapres masih penuh pertmbangan untuk memutuskan capres ataupun cawapres yang akan maju di Pilpres 2024, padahal di depan mata sudah ada Anies yang berpotensi menang.

 

"Penuh kehati-hatian (deleberatif) dalam mengusung capres-cawapres menjadi kunci masa depan Indonesia karena partai lah satu-satunya sebagai instrumen penting sumber lahirnya “leadership” nasional," tuturnya.

 

"Oleh sebab itu, partai harus sangat cermat,  mengusung kandidasi capres/cawapres ke depannya," demikian Pangi. (rmol)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.