Rezim Jokowi Panik
OLEH: SYAFRIL SJOFYAN
REZIM Jokowi diserang.
Dipermalukan. Oleh seorang hacker bernama Bjorka. Bjorka merupakan sosok yang
menghebohkan warga internet (Netizen).
Membuat pemerintah Indonesia
kalang kabut. Rezim Jokowi panik. Konon rapat kabinet lengkap sengaja diadakan
untuk membahas “ulah” Bjorka.
Kementerian Kominfo menyatakan
aparat sedang memburu Bjorka dengan ancaman UU ITE. Bjorka balik “meledek”
dengan membocorkan data pribadi beberapa menteri, termasuk Johnny Plate Menteri
Kominfo.
Bjorka adalah hacker yang mampu
menerobos sistem keamanan komputer atau jaringan komputer. Meretas situs
terutama pemerintah situs Kementerian Kominfo, Kemendagri, KPU, BIN bahkan
Istana.
Dia buktikan dengan menampilkan
sample data yang dia retas dan jutaan data tersebut ditawarkan kepada yang
berminat. Bjorka bukan becanda. Memberikan harga. Bisa saja membuktikan
kemampuan dia yang luar biasa. Bjorka jadi trending topik.
Netijen bersorak senang. BuzzerRP
dan Influencer RP bengong. Para pendukung bayaran rejim tergagap-gagap tidak
berdaya. Jauh kemampuan mereka untuk sekadar menandingi.
Kepanikan rejim Jokowi
tergambarkan dari saling tuding antar kelembagaan negara. Kementerian Kominfo
menyatakan bahwa keamanan terhadap serangan siber atas ruang digital bukan
tupoksi mereka, menjadi domain teknis Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
BSSN lembaga yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden RI. Langsung pula menjawab. “Itu menjadi
tanggung jawab bersama.”
Bjorka juga mengklaim telah
mengakses dokumen rahasia milik Badan Intelijen Negara (BIN) yang dikirimkan ke
Presiden Jokowi. Walaupun sudah dibantah oleh jubir BIN. Tapi siapa tahu.
Kemampuan yang telah dibuktikan oleh sosok misterius itu. Bisa saja mencicil
menunggu momen. Inilah yang membuat
panik rejim Jokowi.
Kepanikan juga bisa membuat
pejabat menjadi dungu. Pihak Kominfo meminta agar masyarakat menjaga data
pribadi masing-masing. Lho?
Bagaimana reaksi Bjorka, yang
entah dimana keberadaannya “… so i chose to be a martyr to make a change by
slapping their face“ saya memilih menjadi martir untuk membuat perubahan dengan
menampar wajah mereka" tuturnya via akun Twitter @bjorka.
Nah pandangan masyarakat?
Kebanyakan malah mendukung. Tentunya bagi kalangan besar masyarakat yang sudah
bosan dengan kebohongan para pemimpin. Terlebih melalui sosmednya @Bjorka “mengajak” revolusi.
Rupanya tidak selamanya hacker
identik dengan penjahat dunia maya. Ada kalanya jadi pahlawan. Dengan adanya
fenomena @Bjorka. Semoga terjadi perubahan di Indonesia.
(Penulis adalah pengamat
kebijakan publik, Sekjen FKP2B, dan aktivis pergerakan 77/78)