SANCAnews.id – Aksi unjuk rasa tolak kenaikan harga BBM yang
digelar berbagai elemen mahasiswa, buruh, dan pelajar di kawasan Patung Kuda,
Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (13/9/2022) berakhir ricuh.
Kericurah itu dikarenakan massa
aksi tidak diizinkan menemui Presiden Jokowi untuk menyampaikan tuntutannya
langsung. Sebab, akses jalan menuju Istana Negara diblokade Polisi dengan
membentangkan kawat berduri dan menghalangi jalan dengan sejumlah kendaraan
taktis.
Pantaun Populis.id, kericuhan
mulai pecah sekitar pukul 17.30 WIB. peserta aksi mulai merusak pembatas jalan
karena polisi tidak memberikan akses ke mereka untuk menerobos masuk ke kawasan
Istana Negara.
Aksi perusakan fasilitas umum itu
disusul dengan membakar ban serta membakar atribut unjuk rasa seperti spanduk
dan baliho yang mereka bawa.
Panasnya aksi unjuk rasa juga
terasa di dunia maya. Pantauan Populis.id, sepanjang hari ini, tagar
#BBMNaikRakyatRevolusi menjadi tranding topik di Twitter.
Aksi protes kenaikan harga BBM
tidak hanya dilakukan di jalan raya dengan turun berdemonstrasi, tetapi juga di
dunia maya.
Para netizen turut menolak
kenaikan harga BBM dengan melambungkan hastag #BBMNaikRakyatRevolusi. Hingga
pukul 21.50 WIB sudah terdapat sekitar 13,3 ribu tweet yang menggunakan hastag
tersebut.
Hampir semua netizen yang
memprotes kenaikan harga BBM menggunakan hastag #BBMNaikRakyatRevolusi.
Rata-rata tweet yang menggunakan hastag itu berisi rekaman video kericuran
demonstrasi di kawasan Patung Kuda dengan dilengkapi keterangan yang bernada
protes kenaikan harga BBM.
Aktivis 98 Faizal Assegaf melalui
akun Twitternya @faizalassegaf membagikan video rekaman massa aksi di kawasan
Patung Kuda yang sedang bernyanyi sambil menyalakan bomb smoke.
Dalam unggahannya itu, Faizal
mengingatkan Presiden Jokowi agar merespons dengan bijak aksi demonstrasi yang
menolak kenaikan harga BBM.
Sebab, menurutnya, jika tak
direspons dengan bijak maka terdapat kemungkinan gelombang protes tersebut akan
semakin besar dan masif.
"Bisa disimpulkan sebagai
gerakan kemarahan kaum muda yang sangat revolusioner. Tidak sebatas protes
kebijakan BBM namun delegitimasi atas kekuasaan Presiden Jokowi. Kalau tidak
direspons secara bijak, bakal terjadi gelombang protes yang lebih besar dan
masif. Sangat gawat!" tegas Faizal dikutip Populis.id, Selasa (13/9).
Lebih lanjut dia menjelaskan,
gerakan kemarahan kaum muda itu jauh lebih dahsyat dari aksi mahasiswa tahun
1998 saat reformasi.
Ia pun mengingatkan Jokowi dan jajaran
menteri Kabinet Indonesia Maju agar tak menyepelekan aksi unjuk rasa tersebut.
"Presiden Jokowi dan Menko
Polhukam Mahfud MD jangan sepelekan gelombang aksi ginian. Terlebih rumput
kering kian menyebar luas, jangan pernah remehkan percikan api yang mulai
menyalakan revolusi," terangnya.
Seperti diketahui, gelombang
unjuk rasa terus terjadi di berbagai daerah di seluruh Tanah Air sejak Jokowi
mengumumkan kenaikan harga BBM pada 4 September lalu.
Dalam kurun waktu 8 hari saja
sudah terdapat 43 titik aksi unjuk rasa di seluruh Indonesia.
43 titik itu di antaranya, Aceh,
Padang, Medan, Palembang, Bandung, Bogor, Cirebon, Kutai Timur, Balikpapan,
Samarinda, Tarakan, Ternate, Gorontalo, Palu, Riau, Bengkulu, Lampung, Jakarta,
Banten, Semarang, Solo, Yogyakarta, Lombok, Jombang, Lamongan, Makassar,
Palopo, dan Kendari. (populis)