SANCAnews.id – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH
Yahya Cholil Staquf turut berkomentar mengenai kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi. Menurutnya, itu adalah keputusan sulit yang harus
diambil.
“Kebijakan kenaikan harga BBM
yang dilakukan Pemerintah merupakan pilihan sulit di tengah situasi pelik ini.
Namun, kami memaklumi kenapa Pemerintah menaikkan BBM,” kata Yahya kepada
wartawan, Sabtu (10/9).
Yahya mengatakan, pilihan sulit
itu harus dilakukan. Jika Pemerintah tidak mengambil keputusan menaikkan harga
BBM tersebut, maka keadaan akan menjadi semakin lebih sulit.
Guna menghadapi situasi itu, saat
ini NU pun harus ikut membantu Pemerintah dalam mengatasi persoalan bangsa.
“Caranya, kami harus bantu meringankan beban dengan tidak menambah beban
Pemerintah,” tambahnya.
Sebelumnya, pemerintah telah
resmi mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi dan non-subsidi meliputi
pertalite, solar, dan pertamax yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9) pukul 14.30
WIB.
Kenaikan harga BBM tersebut
diumumkan oleh Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam
konferensi pers disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Sekretariat
Presiden pada Sabtu (3/9).
Arifin menyebut harga Pertalite
berubah menjadi Rp 10.000 dari sebelumnya Rp 7.650. Sementara untuk Solar
menjadi Rp 6.800 dari sebelumnya Rp 5.150. Sedangkan Pertamax dari Rp 12.500
menjadi Rp 14.500 per liter.
“Hari ini, tanggal 3 september
2022 pukul 13.30 pemerintah memutuskan ubtuk menyesuaikan harga BBM subsidi
antara lain pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter,
kemudian solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter,”
kata Arifin.
Selain BBM subsidi, harga BBM
non-subsidi, pertamax juga ikut mengalami kenaikan. “Pertamax non-subsidi Rp
12.500 per liter menjadi Rp 14.500 perliter,” kata Arifin. (jawapos)