Latest Post



SANCAnews.id – Viral di sosial media sebuah video yang merekam ketika sekelompok kendaraan polisi lewat di jalan yang kemudian mendapat sorakan dari warga.

 

Video yang turut diunggah oleh akun Twitter @alvinlie21 tersebut diketahui tersebar bebas melalui group chat WhatsApp.

 

Dalam video tersebut, awalnya menunjukkan beberapa kendaraan polri melintas di sebuah jalan yang cukup padat sehingga tak bisa melaju.

 

Warga sekitar yang turut berada disekitar jalan tersebut spontan saat melipat kendaraan itu lantas berteriak menyebutkan nama Ferdy Sambo kepada rombongan kendaraan tersebut.

 

"Sambo.. Sambo.. Ferdy Sambo!! Sambo.. Sambo.. Ferdy Sambo!!" Teriak para warga dengan kencang.

 

Selain itu, terdengar pula warga lain yang turut memberikan berbagai sorakan seolah mengejek rombongan kendaraan polri.

 

Reaksi spontan publik ketika ketemu kendaraan Polri. Teriak nama 'Sambo'. Polri = Sambo. Miris. Video dari grup WA," tulis @alvinlie21.

 

Video tersebut lantas viral dan menarik cukup banyak perhatian publik. Banyak netizen yang mengakui cukup miris meliat kejadian tersebut hingga terlihat beberapa netizen berharap pihak kepolisian dapat diperbarui kembali demi mendapatkan citra yang baik.

 

"Miris, ini namanya Karena nila setitik rusak susu sebelanga.. kayak udah gak ada harga diri lagi. Padahal gak semua polisi seperti pak FS," ujar @ulf****

 

"Institusi ini mungkin perlu di 'factory reset'. Dah kebanyakan oknum virusnya," saran @faj****

 

"Suka atau tidak, memang Sambo adalah wajah polisi Indonesia. Sedih sih. Namun pesimis Polri bersungguh-sungguh ingin memperbaiki citranya yang sudah lama hancur. Belum lahir 'Polisi Hoegeng' yang diidam-idamkan seluruh masyarakat Indonesia," tambah @han**** (suara)




SANCAnews.id – Upacara peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI di Kota Solo, Rabu, 17 Agustus 2022, diwarnai insiden putusnya pengait tali bendera Merah Putih saat akan dikibarkan di Stadion Sriwedari.

 

Upacara Rabu pagi itu pun akhirnya dilangsungkan tanpa dikibarkannya bendera Merah Putih di Stadion Sriwedari.

 

Sebagai gantinya bendera tersebut dibentangkan oleh dua petugas pengibar bendera dengan tangan mereka, diiringi dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia Raya. Prosesi upacara pun tetap dilanjutkan hingga selesai.

 

Ditemui awak media seusai memimpin upacara, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka tidak mempermasalahkan adanya insiden terputusnya pengait bendera merah putih tersebut.

 

"Nggak apa-apa. Udah. Anak-anak sudah berusaha. Selama ini (Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Kota Solo) sudah berlatih keras. Pokoke semangat, semangat terus," ujar Gibran yang pagi itu bertindak sebagai inspektur upacara HUT ke-77 tahun Kemerdekaan RI di Stadion Sriwedari.

 

Gibran mengungkapkan, insiden tersebut terjadi lantaran ada kerusakan pada pengait bendera merah putih tersebut. Menurutnya, kejadian itu adalah sebuah kecelakaan yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya.

 

"Ada yang rusak tadi. Centelane (pengaitnya)," ucap Gibran.

 

Terhadap para personel Paskibra Kota Solo yang bertugas pada hari itu, Gibran tetap mengapresiasi karena mereka telah menjalankan tugas dengan baik. Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu pun terus memberikan semangat kepada mereka.

 

"Nggak apa apa. Untuk adik-adik yang kemarin saya kukuhkan, yang sudah bekerja keras, berlatih setiap hari pagi, siang, malam, udah nggak terhitung itu gladinya berapa kali, tapi yang namanya kejadian seperti ini adalah kecelakaan yang tidak bisa diprediksi sebelumnya. Yang penting tetap semangat, tetap jalan terus," terangnya.

 

Atas kejadian tersebut, Gibran juga meminta maaf kepada masyarakat.

 

"Ya atas kejadian ini saya juga meminta maaf kepada masyarakat," kata Gibran.

 

Setelah kerusakan pada pengait tali bendera diperbaiki, Gibran mengatakan bendera merah putih akan dikibarkan hingga Rabu sore dan diturunkan pada saat upacara penurunan bendera.

 

Adapun dalam memaknai proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Gibran  menyampaikan bahwa negara Indonesia ini, terutama Kota Solo sejauh ini tetap bisa survive atau bertahan, khususnya di tengah-tengah keadaan serba menantang, krisis, dan inflasi yang masih mengancam.

 

"Arah-arah pemulihan ekonomi sudah terasa," katanya.

 

Gibran menghadiri upacara tersebut mengenakan pakaian tradisional berupa beskap. Demikian pula dengan putra sulung Gibran, Jan Ethes, juga terlihat hadir mengikuti jalannya upacara dengan mengenakan pakaian serupa. Sedangkan istri Gibran, Silvy Ananda, hadir dengan mengenakan busana kebaya. (tempo)



 

SANCAnews.id – Sejumlah barang milik Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat,  masih disita oleh penyidik Bareskrim Polri.

 

Brigadir Yosua sendiri diketahui tewas ditembak di rumah dinas mantan Kadiv Propam Polri  Irjen Ferdy Sambo, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan telah ditahan di Mako Brimob.

 

Orangtua mendiang Brigadir Yosua, meminta penyidik mengembalikan uang senilai Rp62,5 juta milik Brigadir Yosua untuk menikah. Sementara, terkait transaksi gaib rekening Yosua setelah meninggal, keluarga belum mau berkomentar.

 

Ayah Brigadir Yosua, Samuel Hutabarat mengatakan, penyidik Bareskrim Polri menyita sejumlah barang bukti milik anaknya sebanyak 13 item, 6 diantaranya belum dikembalikan oleh penyidik karena untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut.

 

“Barang bukti yang telah dikembalikan oleh penyidik diantaranya berupa pakaian Brigadir Yosua,” ujar Samuel, Rabu (17/8/2022).

 

Sementara barang milik Brigadir Yosua yang belum dikembalikan oleh penyidik diantaranya, dua unit hp, uang Rp62,5 juta, rekening tabungan, dompet, id card dan pin emas penghargaan dari Kapolri Jenderal Idham Aziz.

 

“Kami meminta penyidik untuk segera mengembalikan uang tersebut karena rencananya uang milik mendiang merupakan tabungan untuk keperluan Brigadir Yosua yang akan menikah dengan kekasihnya,” pungkasnya.

 

Sebelumnya, Pengacara Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat, Kamaruddin Simanjutak menuding mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo mencuri empat rekening milik Brigadir Yosua setelah penem.

 

Bahkan, Kamaruddin menyebut, masih ada kegiatan transaksi dalam rekening itu usai Yosua telah tewas. (okezone)



SANCAnews.id – Kasus kematian Brigadir J di kediaman mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo terus menjadi buah bibir di masyarakat. Namun begitu, ada satu kelompok yang justru menghilang dan tidak menyinggung Ferdy Sambo, yang kini sudah jadi tersangka pembunuhan berantai.

 

Kelompok itu adalah BuzzerRp, sebutan bagi kelompok yang selama ini getol mendukung pemerintah dan diduga dibayar untuk aksinya. Kelompok tersebut juga terkadang menggunakan beragam istilah untuk menyudukan lawan, seperti istilah kadrun.

 

Melihat fenomena tersebut, Jurubicara Presiden keempat RI Gus Dur, Adhie M. Massardi menyimpulkan bahwa kasus “Duren Tiga” telah menimbulkan duel besar di luar Polri.

 

“Istilah bolanya El Clasico, antara BuzzeRp vs Kebenaran,” terangnya lewat akun Twitter pribadi, Rabu (17/8).

 

Sejauh ini, tekanan masyarakat untuk mengungkap “rekayasa cerita” Sambo terbilang efektif. Setidaknya Sambo berhasil ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Brigadir J setelah sebulan kematian pembantunya itu.

 

Di satu sisi, BuzzerRp tampak tiarap dan tidak kuasa untuk berkomentar atas kasus ini.

 

“Hasilnya? BuzzeRp tenggelam maka terbitlah Kebenaran. Istilah pilpresnya "buzzeRp timbul tenggelam bersama-sambo, eh bersama-samo…!”,” demikian Adhie M. Massardi.(rmol)



SANCAnews.id – Pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR dianggap gagal paham atas fakta yang terjadi. Apa yang disampaikan Presiden Jokowi juga berbanding terbalik dengan tindak-tanduk kebijakan pemerintah.

 

Pada pidato tahun ini, Presiden mengemukakan empat kekuatan Indonesia untuk menjadi negara yang tangguh, yakni pengelolaan pandemi Covid-19 yang baik, sumber daya alam yang melimpah, bonus demografi, dan kepercayaan internasional.

 

"Kalimat-kalimat yang disampaikan presiden seolah sangat meyakinkan bagi masyarakat, namun sebenarnya itu hanyalah keindahan semu," kata Direktur Eksekutif Indonesia Resilience, Hari Akbar Apriawan, Rabu (17/8).

 

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menyebut hilirisasi nikel meningkatkan ekspor besi baja 18 kali lipat, di mana tahun 2021 meningkat menjadi Rp 306 triliun.

 

Kurs rupiah juga diklaim stabil karena kenaikan pajak dan devisa negara. Indonesia bahkan dianggap menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai litium global.

 

Hari Akbar mengatakan, glorifikasi Indonesia sebagai produsen baterai dan produsen mobil listrik global menjadi catatan tersendiri. Problemnya, bahan baku nikel yang didapat untuk pembuatan baterai bukannya tanpa bekas, tetapi sumbangsih eksploitasi nikel menjadi lahan baru kerusakan alam.

 

Alih-alih menyelesaikan masalah lingkungan dengan mobil listrik, kata dia, justru menambah masalah baru terhadap lingkungan.

 

"Jika pemerintah ingin mendorong penguatan energi bersih dan penyelesaian krisis iklim, maka yang seharusnya dilakukan membuat kebijakan linier, seperti mengurangi ekspansi lahan sawit, hingga memutus perizinan perusahan-perusahaan batubara bermasalah," paparnya.

 

Selain itu, dalam pidato sidang tahunannya, presiden tidak memiliki agenda publik terkait perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana.

 

Padahal, kata dia, pengarusutamaan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana menjadi urgensi bersama dalam pembangunan Indonesia ke depan untuk menekan laju krisis iklim.

 

"Kami menganggap pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo sebagai gagal paham dengan fakta yang terjadi," tandasnya. (rmol)

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.