SANCAnews.id – Kasus pembunuhan yang menewaskan Brigadir J hingga
kini masih menjadi misteri meski nama keempat tersangka sudah terungkap.
Tak hanya menyeret nama Bharada E
yang diduga menembak Brigadir J, kasus polisi tembak polisi tersebut kini
menyeret nama-nama besar perwira Polri.
Isi terbaru mengenai motif
pembunuhan Brigadir J lantaran kecemburuan yang disebabkan antar sesama pria,
berikut keterangan Deolipa kuasa hukum Bharada E yang menyinggung soal LGBT.
Pembicaraan tentang meninggalnya
Brigadir J masih belum menemukan titik terangnya. Sejauh ini, masyarakat
menunggu pihak penyidik untuk memastikan motif pembunuhan Brigadir J.
Namun, polisi enggan memberikan
informasi akurat terkait motif pembunuhan Brigadir J.
Menteri Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, motif pembunuhan
Brigadir J hanya boleh diketahui oleh orang dewasa.
Tidak ada kepastian tentang kasus
Brigadir J. sampai empat tersangka diidentifikasi, termasuk 31 personel polri.
“Soal motif biar nanti di konstruksi hukumnya
karena itu sensitif mungkin hanya boleh didengar oleh orang dewasa,” ujar Menko
Polhukam Mahfud MD.
Hal ini menimbulkan banyak
pertanyaan dari masyarakat umum tentang penyebab pembunuhan yang dilakukan
terhadap Brigadir J
Sejauh ini tersiar kabar bahwa
Irjen Ferdy Sambo memiliki hubungan khusus dengan wanita lain, yaitu seorang
Polwan seperti yang dibeber oleh Kamaruddin Simanjuntak, pengacara keluarga
Brigadir J.
Namun kini beredar desas-desus
bahwa motif pembunuhan Brigadir J adalah kecemburuan antar laki-laki.
Isu LGBT ini muncul dalam
cuplikan wawancara mantan pengacara Bharada E, Deolipa Yumara di TV One yang
diunggah akun TikTok @holtemontea84.
“Ya kita serah terima perasaan,
untung saja saya sama dia (Bharada E) bukan LGBT, bukan cowok sama cowok ya
kan, mangkanya saya nggak jatuh cinta sama siapa ini Bharada E,” ujar Deolipa
Yumara kuasa hukum Bharada E.
Alasan pernyataan publik Deolipa
menarik perhatian netizen adalah karena mereka penasaran dengan motif
sebenarnya di balik diskusi Brigjen J tentang masalah LGBT.
Namun Deolipa tidak menjelaskan
secara detail siapa yang dimaksud memiliki perasaan antara pria tersebut.
Namun hingga saat ini Bareskrim
Polri belum memberikan klarifikasi resmi mengenai motif yang melatarbelakangi
pembunuhan Brigadir J.
Mahfud MD Sebut Kasus Menjijikan
Menteri Koordinasi Politik, Hukum
dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menjadi salah satu petinggi yang hingga
kini masih terus bersuara terkait kasus kematian Brigadir J.
Mahfud MD beberapa kali
membocorkan fakta baru dari skenario yang dibuat oleh Ferdy Sambo.
Mahfud MD memang tak
terang-terangan menguliti kasus yang mencoreng citra kepolisian ini, namun ia
sedikit memberi angin segar kepada masyarakat.
Memang kasus kematian Brigadir J
ini, terus dipantau oleh masyarakat Indonesia,
agar tak ada lagi hal yang ditutupi oleh kepolisian dan pihak yang
bersangkutan.
Saat menjadi bintang tamu dalam
podcast Deddy Corbuzier pada, Jumat (12/8/2022), Mahfud MD sedikit mengulik
skenario mantan Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.
Mulanya, ia mengungkapkan dugaaan
adanya ‘jebakan psikolgi’ oleh Ferdy Sambo guna mendukung skenario
tembak-menembak yang sudah dirancang.
“Satu ke Kompolnas (Komisi
Kepolisian Nasional), Hari Senin Kompolnas diundang Ferdy Sambo ke kantornya.
Hanya untuk apa? Hanya untuk nangis-nangis di depan Kompolnas,” ujar Mahfud
dalam YouTube Deddy Corbuzier.
Mafud mengatakan jika Ferdy Sambo
sengaja melakukan hal itu, untuk upaya prakondisi yang membuat dirinya terkesan
sebagai orang yang teraniaya.
Ferdy Sambo merasa menjadi pihak
yang dirugikan karena istrinya dilecehkan, menurut skenario awal.
“Saya (Ferdy Sambo) teraniaya,
kalau saya sendiri ada di situ saya tembak habis dia katanya gitu,” lanjut
Mahfud menirukan ucapan Ferdy.
Kemudian, dijelaskan Mahfud,
Ferdy tak hanya mendatangi Kompolnas namun ada beberapa pihak lain.
Ada beberapa anggota DPR yang
juga dihubungi Ferdy Sambo, namun saat dikonfirmasi tak bisa dihubungi.
“Ada juga tu anggota DPR, dia
hubungin, namun pas ditelepon enggak diangkat,” terang Mahfud.
Mahfud menjelaskan jika dirinya
awalnya hanya memantau semua yang terjadi, namun ia merasa banyak kejanggalan
dalam kasus ini.
“Nah itu kan skenario yang sudah
di tuliskan ya, jadi pas saya mendengarkan cerita, saya ajak Kompolnas untuk
merubah perspektif karena tidak masuk akal,” terangnya.
Sebagai orang yang memiliki
jabatan, Mahfud juga mencoba bertanya kepada pihak lain yang sudah
berkomunikasi dengan Sambo dan istrinya.
“Kemudian, saya juga mencoba
untuk bertanya kepada Komnas HAM, usai Sambo dan Istri diperiksa, namun belum
mendapatkan jawaban yang pas,” bebernya.
Mahfud menyebutkan jika kasus ini
termasuk kasus besar dan cukup sulit untuk diugkapkan.
“Saya udah tanya kan sama Komnas
Ham, ‘Apa yang terjadi’, tapi ya mereka bilang pelecehan, karena sulit ya
mereka bilang sulit memeriksa Sambo dan Istri, sulit disentuh,” ujarnya.
“Setelah dibentuk tim baru bisa
disentuh, itu pun tidak langsung,” sambungnya.
Oleh karena itu, hingga kini
motif perlakuan Ferdy Sambo pun belum dijelaskan ke khalayak luas.
“Jadi motifnya kan belum ada yang
tau sampai sekarang, biar nanti di buka dipengadilan,” ujar Mahfud.
Banyak Pihak yang Ingin Menutupi
Sebagai Menko Polhukam, Mahfud MD
ternyata juga sempat dinilai terlalu ikut campur, namun ia tak peduli karena
berniat ingin menunjukkan kebenaran.
“Nah kemudian saya di bilang
terlalu ikut campur, tidak, saya hanya mencoba untuk menunjukkan yang benar,”
tegas Mahfud.
Oleh sebab itu, Mahfud MD
mendorong pihak terkait untuk melakukan beberapa cara agar kasus ini bisa
selesai dengan sebenar-benarnya.
“Maka saya arahkan coba untuk
autopsi ulang, ‘Polri autopsi ulang’, lalu Polri bilang tidak ada autopsi nanti
saja,” beber lelaki 65 tahun itu.
Kemudian Mahfud MD langsung
membenarkan ucapannya. “Bukan kata Polri lah, kata penyidik dan pendukung sambo
yang dikepolisian lah,” ujarnya membenarkan.
Menurut Mahfud jika tak melakukan
autopsi ulang, maka kepercayaan publik akan hilang.
“Jadi saya bilang, itu jika tidak
diautopsi ulang , maka kepercyaan publik akan hilang, akhirnya autopsi ulang,”
ujarnya.
Kemudian Deddy Corbuzier
penasaran, apakah semua hal yang terjadi atas perintah Menko Polhukam?
Dengan tegas Mahfud menyangkal.
Menurutnya, ia hanya memberi
dorongan sesuai dengan usulan publik yang dinilai masuk akal.
“Berarti ini semua atas perintah
pak Mahfud? “ tanya Deddy Corbuzier.
“Oh tidak saya hanya memberikan
usulan yang juga diambil dari usulan masyarakat yang masuk akal,” jawabnya.
Banyak Pihak yang Terseret Jika
Kasus Ini Diungkap
Dijelaskan oleh Mahfud, jika
masih banyak pihak yang ingin menutupi kasus ini, sebab takut namanya ikut
terseret.
“Kemudian masih ada saja yang
menutupi, ada yang bilang hasil autopsi tidak boleh dibuka saya jawab, ‘siapa
bilang’ ? Boleh saja dibuka itu ke publik, akhirnya dibuka,” terangnya
melanjutkan cerita.
Deddy pun penasaran dengan nama
–nama yang akan ikut terseret dalam kasus ini.
“Ini kalau dibuka sejujurnya,
nanti akan ketahuan lagi yang lain lagi, itu gimana?” tanya Deddy.
Di jawab Mahfud, jika dalam kasus
ini sudah ada 31 nama yang ikut terseret.
Namun , Mahfud menyentil jika
kasus judi, narkoba dan lainnya juga diungkap maka akan banyak lagi nama baru.
“Kalau di kasus ini terorganisir
ada 31 nama saja, jangan melebar kemana-mana,” paparnya.
“Jangan melebar ke judi, narkoba
dan lainnya. Kalau itu nanti ada lagi, banyak itu,” sambungnya sembari tertawa.
Ia juga menyebutkan jika dirinya
sudah mengetahui fakta dari kasus ini, namun memang bukan kewenangannya untuk
membongkar.
“Wah kalau mas Deddy tau yang
lebih dalam, sensitif itu lebih parah lagi, makanya saya bicara yang udah
diketahui publik saja,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan jika
laporan pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi sudah bisa dicabut.
“Sebenarnya sudah cukup jelas,
pelakunya bukan bharada E, dia hanya dipperintahkan oleh beberapa orang yang
saat itu ada di situ, kan berarti harusnya laporan pelecehan sudah tidak ada,”
terangnya.
“Mungkin laporan pelecehan akan
dicabut, di SP 3, kan yang dituduh juga udah ditembak mati,” sambungnya.
“Laporan pemeriksaan itu yang
mengerikan campur menjijikkan jugalah,” tandasnya. (tribunnews)