Latest Post


 

SANCAnews.id – Kasus tewasnya Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat masih bergulir hingga kini. Komnas HAM turut andil dalam penyelidikan bersama Tim Khusus Gabungan yang dibentuk oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

 

Beberapa fakta yang telah ditemukan oleh Komnas HAM dari proses penyidikan diduga temuan tersebut diragukan oleh pihak kuasa hukum dari Brigadir J, salah satunya hasil penelusuran video CCTV.

 

Kuasa Hukum Brigadir J Ragukan Temuan Komnas HAM 

Tim Kuasa Hukum Keluarga Brigadir J, Mansur Febrian di acara Apa Kabar Indonesia Malam, TvOne pada Sabtu, (30/7/2022) mengungkapkan banyak pertanyaan yang ditujukan kepada Komnas HAM terkait hasil video CCTV beserta sejumlah bukti lainnya yang telah dikumpulkan.

 

“Berdasarkan informasi yang kami himpun ada komunikasi dengan keluarga pukul 22.40 WIB. Kapan terjadi tembak-menembaknya? Kapan terjadi pelecehan seksualnya? Sebenarnya CCTV tanggal berapa yang diperiksa,” kata Mansur.

 

Sementara itu, hadir pula narasumber lainnya dalam sambungan video call yaitu Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ahmad Taufan Damanik yang menjelaskan bahwa pihaknya menerima rekaman CCTV pada tanggal 8 Juli 2022, yakni pada hari kejadian itu berlangsung.

 

“Kalau saudara Mansur punya data lain ayo datang ke kantor kami, kita cross check bareng-bareng,” ucap Taufan pada kesempatan tersebut.

 

“Kalau tidak percaya ya silahkan, apa yang kami katakan itu berdasarkan apa yang kami ambil,” lanjutnya.

 

Pihaknya menilai lontaran pertanyaan tersebut telah memojokkan Komnas HAM yang dinilai sangat tidak mendasar dalam menelusuri bukti terkait kasus Brigadir J. Taufan mengakui bahwa Komnas HAM juga menggunakan ahli yang sangat independen.

 

“Apakah terjadi pelecehan? Belum pasti. Apakah terjadi tembak-menembak? Belum tentu. Perlu kejernihan kita untuk mendapatkan kejelasan dari kasus ini,” jelas Taufan.

 

Serahkan Kasus Pada Penyidik Hukum

Selain itu, dirinya juga mengatakan untuk menentukan seseorang benar atau salah dalam kasus tersebut hanya tergantung kepada penyidik hukum.

 

Perihal salah satu ajudan Irjen Ferdy Sambo yang belum diperiksa, Taufan menjelaskan bahwa saat itu ajudan tersebut sedang berhalangan hadir dan berada di Magelang.

 

Dirinya juga menambahkan bahwa pemeriksaan akan terus berlanjut. Selain ajudan pemeriksaan juga akan dilakukan pada asisten rumah tangga dan security sipil yang bertugas di rumah tersebut.

 

“Yang kemudian akan meneruskan lagi soal jejak digital tidak digital, yang tempo hari saya katakan baru sesi pertama, komunikasi di antara para pihak itu pak Sambo, istrinya, Almarhum Yosua, Bharada E dan lain-lain itu semua an baru dikasih seldamnya, belum apa isinya. Kalau itu tidak bisa dibuka memang kesulitan yang tadi saya katakan titik hitam karena tidak ada CCTV yang bekerja di rumah dinas itu,” ujarnya.

 

Kini Komnas HAM mengaku hanya tinggal memanggil Irjen Ferdy Sambo tetapi untuk Putri Candrawathi harus mengikuti prosedur karena mendapat informasi, ada penasihat psikologinya.

 

Oleh karena itu, Komnas HAM harus terlebih dahulu mengumpulkan bahan dan data informasi yang kuat.

 

“Tapi kita kumpulkan ini barang-barang bukti informasi baru kami masuk ke titik yang menurut kami krusial, tanpa didukung oleh data informasi yang kuat kami akan sulit untuk membuka masalah ini. Kami meminta Kapolri untuk mengumpulkan semua bukti itu,” pungkasnya.

 

Selain itu, pada kesempatan lainnya, kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak meragukan keaslian CCTV tersebut serta mempertanyakan apakan CCTV tersebut telah diuji oleh digital forensik ataupun tidak.

 

“Tanggapan kita soal Komnas HAM agar lebih teliti. Jadi bukti elektronik diuji dulu keasliannya, apakah itu asli atau editan, apakah betul sudah diuji betul oleh digital forensik. Karena saya dulu sejak SD (umur 9 tahun) sudah bisa lihat perbedaan sudah di edit atau belum. Artinya video tersebut harus uji dulu oleh digital forensik,” ungkap Kamaruddin dalam keterangannya, Senin (1/8/2022).

 

Pihaknya meragukan hasil temuan dari Komnas HAM tersebut. Ia melanjutkan bahwa dalam temuan tersebut, Ferdy Sambo tidak ada di rumah saat insiden penembakan terjadi. (tvOne)




SANCAnews.id – Setelah dinonaktifkan sebagai Kadiv Propam, seluruh jabatan yang diemban oleh Irjen Ferdy Sambo mulai dipreteli.

 

Kuasa Hukum Keluarga Ferdy Sambo Ungkap Brigadir J Kepergok Ajudan Lain Pakai Parfum Putri Candrawathi

 

Kini, Polri mencopot Ferdy Sambo dari jabatan Kepala Satgas Khusus (Kasatgassus).

 

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengungkapkan, saat Irjen Ferdy Sambo dinonaktifkan dari jabatan Kadiv Propam, secara otomatis jabatan Kasatgassus juga wajib dilepaskan.

 

"Setelah jabatan struktural dinonaktifkan maka jab non-struktural juga sudah tidak aktif," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di Jakarta, Selasa (2/8).

 

Dedi memastikan, Sambo sudah tidak menjadi Kasatgassus bersamaan dengan dinonaktifkannya sebagai Kadiv Propam.

 

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mempertanyakan perihal status Ferdy Sambo sebagai Kasatgassus. Karena dikhawatirkan, status dapat memengaruhi proses pengusutan kasus baku tembak antara Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat dan Bharada E.

 

Irjen Ferdy Sambo dinonaktifkan buntut dari peristiwa penembakan Brigadir J oleh Bharada E di rumah dinas Kadiv Propam Polri. Saat ini, tim khusus yang dibentuk Polri terus menelusuri kasus baku tembak yang menewaskan Brigadir Yoshua Hutabarat tersebut. (rmol)




SANCAnews.id – Komnas HAM memastikan tes PCR yang dilakukan keluarga Irjen Ferdy Sambo dilakukan oleh pihak swasta bukan kepolisian.

 

Dokumen PCR itu kini sudah dikantongi oleh Komnas HAM untuk memastikan kebenaran kejadian tes PCR yang dimaksud sebelum peristiwa tembak menembak Brigadir J dan Bharada E.

 

"Kami memang mendapatkan hasil PCR walaupun petugas PCR-nya pada kesempatan tadi belum sempat untuk datang. Kita maklumi memang dia swasta bukan anggota kepolisian, sehingga memang prosesnya harus, apa namanya, lebih bisa berkomunikasi gitu," ungkap Komisioner Komnas HAM Choirul Anam, Senin (1/8/2022).

 

Sebagaimana diketahui, Bareskrim juga sudah memeriksa petugas PCR dari Laboratorium Samrt Co dan sopir Irjen Ferdy Sambo. “(Yang diperiksa) Petugas Smart Co Lab yang tes PCR dan sopir FS (Ferdy Sambo) saat hari kejadian," ungkap Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian.

 

Berdasarkan informasi awal, disebutkan saat peristiwa tembak menembak antara Brigadir J dan Bharada E, Irjen Ferdy Sambo tidak berada di rumah tersebut.

 

Ia dinyatakan tengah berada di tempat lain, melakukan tes PCR. Hingga saat ini, publik masih menantikan perkembangan terbaru dari hasil CCTV di sekitar rumah Ferdy Sambo yang tengah didalami tim penyidik. Begitu pula dengan hasil autopsi ulang Brigadir J yang ditangani tim dokter forensik.

 

Sementara itu pengacara keluarga Brigadir J Kamaruddin Simanjuntak baru-baru ini membocorkan temuan hasil autopsi ulang yang menggegerkan publik. Pasalnya, Kamaruddin menyebut otak dari jenazah Brigadir J disebut tidak ditemukan di kepala melainkan di bagian perut.

 

Selain itu juga ditemukan sejumlah kejanggalan seperti tidak ditemukannya kandung kemih, pankreas, dan beberapa luka yang dinilai tak wajar dari peristiwa tembak-menembak. Menanggapi kabar tersebut, Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto angkat bicara.

 

"Hal ini yang lebih tepat menjelaskan adalah pakarnya, tentunya dari Kedokteran Forensik soal bagaimana mekanisme autopsi ulang, Kenapa otak itu dikeluarkan, Kenapa bagian tertentu harus diperiksa ke Labfor," ungkap Benny dalam program TvOne, Apa Kabar Indonesia Malam.

 

Lebih dari itu, Benny memastikan terkait keberadaan beberapa bagian dari organ tubuh Brigadir J telah dijelaskan oleh tim independen saat di Jambi.

 

Ia enggan berkomentar lebih jauh lantaran tidak merasa berkompeten dalam hal tersebut. "Penjelasan ini sudah disampaikan oleh tim independen ya waktu di Jambi dan menyampaikan bahwa beberapa bagian dari organ tubuh itu, dibawa ke Jakarta untuk didalami melalui pemeriksaan laboratorium, Nah inilah yang mungkin punya penafsiran lain karena nggak punya kompetensi kan, yang punya kompetensi yang bisa menjelaskan," jelasnya.

 

Pihak kepolisian sampai sejauh ini juga masih menunggu hasil resmi autopsi ulang dari tim dokter forensik yang membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan.

 

Ketua Tim Dokter Forensik Autopsi Ulang Brigadir J, Ade Firmansyah Sugiharto menjelaskan lamanya hasil autopsi ulang lantaran ada banyak sampel yang harus dianalisis secara mikroskopik. "Jadi kalo tahapannya kemarin kan kita ambil sampel, baru kemudian diproses. Dari dua puluhan sampel yang kita ambil dari tubuh jenazah almarhum saat ini sudah jadi empat puluh lima (45) slide," terang Ade kepada awak media, Senin (1/8/2022). (tvOne)


 

SANCAnews.id Ribuan hektare kawasan hutan HPK (Hutan Prroduksi Konversi) di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, tepatnya di Tapan dan Lunang secara ilegal menggunakan alat berat, Senen, (1/8)

 

Penebangan liar hutan HPK ini sudah lama dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, namun kegiatannya seolah-olah dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten.

 

Kalaupun ada tindakan atau penangkapan yang dikorbankan, hanya operator alat berat yang ke pengadilan, sedangkan pelaku utama tidak tersentuh hukum dan mengulangi kegiatannya sampai berita ini diturunkan, mereka tetap membuka hutan HPK.

 

Kemudian salah satu pemerhati kawasan hutan TNKS, Kabupaten Pesisir Selatan, Yaparudin. MJ dengan menunjukkan koordinat kawasan hutan HPK yang ditebang secara liar dan pada saat lahan hutan ditebang, lahan hutan tersebut diperdagangkan kepada orang-orang dari luar kawasan oleh otak pelaku dan bekerja seolah-olah ada yang merestuinya.

 

"Saya minta kepada Penegakan Hukum (GAKKUM) KLH agar benar benar dan jujur melakukan tindakan hukum kepada otak pelakunya dan jangan hanya operator alat berat yang sekedar mencari segantang beras untuk makan yang ditangkap," sebut Yaparudin dengan kesal. (sanca/Z.Hs)



SANCAnews.id Hingga hari ke-24 kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brihadir J, Senin (1/8/2022), sejumlah fakta terkait peristiwa tembak menembak di rum
ah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo mulai terkuak.

 

Fakta yang terkuak itu mulai dari hasil autopsi, rekaman CCTV beberapa jam sebelum kejadian hingga pengakuan Bharada E.

 

Fakta yang terungkap ini berasal dari keterangan sejumlah pihak seperti kuasa hukum Brigadir J dan Komnas HAM.

 

Keterangan itu bersumber dari hasil autopsi ulang Brigadir J dan rekaman CCTV yang diperlihatkan kepada Komnas HAM.

 

Sementara itu, tim khusus yang dibentuk Kapolri hingga saat ini belum menyampaikan hasil penyelidikannya.

 

Berikut fakta-fakta terkait kematian Brigadir J yang terungkap hingga saat ini, sebagaimana dirangkum Tribunnews.com:

 

1. Pengakuan Bharada E 

Bharada E, ajudan Ferdy Sambo yang menembak Brigadir J hingga tewas memberikan keterangan saat diperiksa Komnas HAM pada Selasa (26/7/2022).

 

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi dan Manusia (Komnas HAM), Ahmad Taufan Damanik mengatakan, dalam keterangannya kepada Komnas HAM, Bharada E menceritakan kronologi terjadinya tembak menembak antara dirinya dengan Brigadir J.

 

Secara garis besar, kronologi yang disampaikan Bharada E sama dengan kronologi yang disampaikan Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto di awal kasus ini mencuat.

 

Ahmad Taufan Damanik, dalam rekaman CCTV yang dilihat Komnas HAM, tampak Bharada E tiba bersama rombongan lainnya dari Magelang, Jawa Tengah, tiba di rumah pribadi Irjen Ferdy Sambo, Jumat.

 

Setelah itu, Bharada E dan para rombongan pergi menuju rumah dinas untuk menjalani isolasi mandiri (isoman).

 

Kemudian, Bharada E langsung naik ke kamarnya di lantai dua untuk beristirahat.

 

"Dia (Bharada E) menjelaskan secara kronologis versi dia ya. Mereka (rombongan) setelah sampai di rumah pribadinya Pak Sambo, di CCTV juga keliatan, mereka kemudian menuju rumah dinas untuk isoman."

 

"Setelah itu, dia (Bharada E) naik ke atas, ke lantai dua, dia bilang masuk ke ruangan ADC (aide de camp atau ajudan), dia bersih-bersih, tidur. Tiba-tiba dia mendengarkan suara teriakan dari Ibu P," terang Taufan dalam tayangan di YouTube metrotvnews, yang dikutip Tribunnews.com, Minggu (31/7/2022).

 

Taufan mengungkapkan, Bharada E bergegas turun ke lantai satu karena mendengar teriakan istri Irjen Ferdy Sambo yang memanggil namanya.

 

Tetapi, ketika turun, Bharada E melihat ada Brigadir J.

 

Ketika mencoba bertanya pada Brigadir J mengenai apa yang terjadi, Bharada E justru ditembak.

 

"Kemudian setelah mendengar teriakan yang menyebut namanya, dia turun, dia lihat saudara Brigadir J."

 

"Kemudian, dia bertanya dengan bahasa, suara yang lebih kuat karena kaget (mendengar teriakan). 'Ada apa ini?'."

 

"Dia kemudian menyaksikan saudara Brigadir J mengarahkan senjata ke dia dan menembak," urai Taufan mengulangi kronologi yang disampaikan Bharada E.

 

Lantaran merasa terancam, Bharada E memilih mundur untuk mengambil senjatanya.

 

Setelahnya, ia pun melepaskan tembakan ke arah Brigadir J untuk melindungi diri.

 

"Nah, setelah beberapa tembakan itu dia mundur ke belakang, dia mengambil senjatanya, mengokang, dan membalas tembakan itu," kata Taufan.

 

Sempat beberapa kali adu tembak, Bharada E berhasil melumpuhkan Brigadir J hingga tersungkur.

 

Tetapi, Bharada E kembali melepaskan dua tembakan pada Brigadir J, meski seniornya itu sudah tak sadarkan diri.

 

Alasannya, kata Taufan, Bharada E ingin memastikan Brigadir J telah berhasil dilumpuhkan.

 

"Menurut dia, kena tembakannya. Setelah itu masih adu tembak lagi, sampai kemudian saudara Brigadir J ini tersungkur."

 

"Dia datang ke jarak lebih dekat, kira-kira satu, dua meter, lalu menembak dua kali lagi untuk memastikan orang yang menyerang dia ini betul-betul bisa dilumpuhkan."

 

"Itu kesaksian dia sebagai terduga pelaku penembakan," terang Taufan.

 

2. Hasil autopsi 

Fakta kedua yang terungkap yakni soal hasil autopsi Brigadir J.

 

Hasil autopsi Brigadir J ini dibocorkan oleh kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak.

 

Gambaran umum hasil autopsi ini didapatkan Kamaruddin dari dua orang perwakilan keluarga yang ahli di bidang medis atau kesehatan yang dipersilahkan untuk ikut melihat jalannya autopsi.

 

Dua orang tersebut yakni Martina Aritonang atau Rajagukguk dan Herlina Lubis.

 

Mengutip Wartakota, ada empat tembakan yang mengenai tubuh Brigadir J dan masuk secara datar dan garis lurus.

 

"Sebab dari 4 tembakan yang mengenai tubuh korban Brigadir J semua peluru masuk secara datar dan garis lurus."

 

"Bahkan tembakan dari leher tembus ke bibir, dilakukan dari agak ke bawah ke atas," ujar Kamaruddin Simanjuntak yang merupakan kuasa hukum keluarga Brigadir J kepada Wartakotalive.com, Sabtu (30/7/2022).

 

Dalam autopsi ulang ini, ahli forensik menemukan adanya lubang yang diduga tembakan dari belakang kepala tembus ke hidung Brigadir J.

 

Kamaruddin menjelaskan, hal tersebut terlihat dari adanya dua bekas jahitan di hidung Brigadir J.

 

"(Dari hasil pemeriksaan) tembakan itu tegak lurus dari belakang ke hidung, makanya di hidung ada jahitan dua yang selama ini saya persoalkan."

 

"Itu yang kemudian membantah (adanya) tembak-menembak dari arah atas."

 

"Kalau dari atas harusnya dari hidung tembus ke belakang, dan harusnya tidak datar, harusnya kan miring (karena penembakan) dari (lantai rumah bagian) atas."

 

"Karena Bharada E menurut cerita kan berada di atas, Brigadir J di bawah, harusnya (tembakan peluru) itu miring, (tapi ternyata) sudutnya datar, "jelas Kamaruddin.

 

Tim forensik juga menemukan adanya lubang di bawah rahang Brigadir J.

 

"Lalu ada (lubang diduga) tembakan di bawah rahang tembus ke bibir, makanya ada sobekan di bibir."

 

"Kemungkinan pistolnya dari arah bawah rahang tembus ke bibir, sehingga membuat giginya (Brigadir J) berantakan."

 

"Karena kalau dari tembakan atas, (peluru) mengenai bibir, tembus ke rahang, harusnya kena juga di bagian dada samping, tapi tidak ditemukan (peluru sampai ke bagian dada samping), itu dugaan dokter sementara," lanjut Kamaruddin.

 

Kamaruddin juga menambahkan, ada lubang bekas tembakan yang terlihat di dada sebelah kiri.

 

"Di dada kiri itu ada lubang yang ditemukan ada jaringan plastik yang di dalamnya ada otak (Brigadir J), apakah ini standart dari autopsi saya kurang tau, otak harusnya di kepala ditaruh ke dada."

 

"Lidah, paru dan jantung menjadi satu bagian," lanjut Kamaruddin.

 

Ia menegaskan, bahwa ini adalah hasil pemeriksaan secara kasat mata dan selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan hasilnya akan disampaikan hingga 8 minggu ke depan.

 

"Catatan ini baru yang bisa dilihat dari kasat mata, selanjutnya akan dilakukan (pemeriksaan) di laboratorium yang menurut (kabar) akan disampaikan sampai 8 minggu ke depan," lanjut Kamaruddin.

 

3. Ferdy Sambo tiba lebih dulu, tidak satu rombongan dengan istri 

Fakta lainnya yang terungkap yakni Irjen Ferdy Sambo tidak berada satu rombongan dengan sang istri saat pulang dari Magelang ke Jakarta pada hari kejadian penembakan, Jumat (8/7/2022).

 

Ferdy Sambo pulang ke Jakarta dengan menggunakan pesawat, sementara istrinya bersama beberapa ajudan menggunakan jalur darat.

 

Menurut rekaman CCTV yang dilihat Komnas HAM, Irjen Ferdy Sambo tiba lebih dulu di rumah pribadinya yang satu komplek dengan rumah dinas, di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan.

 

"Rombongan ini (rombongan istri Irjen Ferdy Sambo,-Red) ada dua, pertama rombongan Ibu P dua mobil, warna hitam, ada mobil Patwal (mengawal) di depannya, (berangkat) dari Magelang sekitar jam 10.00 lewat, sampai di Jakarta di rumahnya sekitar 16.00 lewat."

 

"Sebelum mereka (rombongan Ibu P) sampai di rumah pribadi Pak Sambo, kelihatan dari CCTV Pak Sambo masuk ke dalam rumah pribadi didampingi satu ADC-nya (aide de camp atau ajudan)."

 

"Baru kemudian, jam 16.00 lewat datang ibu dengan rombongan ADC, asisten rumah tangga (ART), dll itu," urai Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, dalam tayangan YouTube metrotvnews, dikutip Tribunnews.com, Minggu (31/7/2022).

 

Lebih lanjut, Taufan mengungkapkan Irjen Ferdy Sambo pulang ke Jakarta hanya bersama satu orang ajudannya menggunakan pesawat.

 

"Dari informasi yang kami dapatkan, Pak Sambo ini dari Jogja, naik pesawat. Jadi berbeda dengan rombongan Ibu P ini," ungkapnya.

 

"Ini mengklarifikasi pemberitaan yang mengatakan seolah-olah mereka (Ferdy Sambo, istri, Brigadir J, dan Bharada E) bersama-sama."

 

"Di dua mobil itu (rombongan istri Ferdy Sambo dari Magelang) tidak ada Pak Ferdy Sambo. Dia dari kota yang berbeda, naik pesawat, didampingi satu ADC-nya," tegas Taufan.

 

4. Istri Ferdy Sambo, Brigdir J dan Bharada E tes PCR 

Dalam rekaman CCTV lainnya, terlihat istri Irjen Ferdy Sambo, Brigadir J, dan Bharada E memang melakukan tes PCR setibanya mereka di Jakarta.

 

Taufan mengatakan, Brigadir J adalah orang paling terakhir yang melakukan PCR, tepat setelah Bharada E.

 

"Dalam CCTV itu, yang melakukan PCR adalah Ibu P, ART-nya, ada satu lagi asisten orang situ, Brigadir J paling terakhir, sebelumnya ada Bharada E, dan satu lagi ADC namanya Riki," kata Taufan.

 

5. Usai tes PCR, istri Ferdy Sambo masuk ke rumah dinas 

Seusai melakukan PCR, istri Irjen Ferdy Sambo pergi ke rumah dinas.

 

Sementara, Ferdy Sambo pergi ke arah lain.

 

"Nah, setelah PCR itu ibu masuk ke kamar lagi bersiap-siap, kemudian mereka bersama-sama pergi ke rumah dinas."

 

"Setelah beberapa lama mereka ke rumah dinas, terlihat Pak Ferdy Sambo keluar dari kamarnya menuju mobil, didampingi satu ADC dan mobil Patwal, bergerak ke arah yang berbeda, bukan ke rumah dinas," tutur Taufan.

 

6. Ferdy Sambo balik ke rumah dinas setelah ditelepon istri

 

Menurut Ahmad Taufan Damanik, setelah Ferdy Sambo meninggalkan rumah dan pergi ke arah lain, beberapa menit kemudian Ferdy Sambo balik ke rumah.

 

Dalam rekaman CCTV, terlihat mobil Ferdy Sambo dan pengawalnya berhenti di suatu tempat.

 

Ahmad Taufan Damanik mengatakan berhentinya mobil Ferdy Sambo karena saat itu Ferdy Sambo ditelepon istri setelah terjadinya penembakan.

 

"Baru berapa menit berjalan, kelihatan motor Patwal berhenti, mobil berhenti. Kata penyidik, itu karena ada telepon dari ibu (Putri Candrawathi) ke Pak Ferdy yang menjelaskan ada masalah itu,"jelas Damanik.

 

Penjelasan Damanik ini berdasarkan rekaman CCTV milik tetangga Ferdy Sambo.

 

Namun, ia tidak mengingat pukul berapa mobil Ferdy Sambo dan motor Patwal berhenti.

 

Setelah menerima telepon dari istri, Damanik menjelaskan mobil Ferdy Sambo pun berusaha berbalik bersama dengan motor Patwal.

 

Hanya saja, mobil rombongan Ferdy Sambo itu kesulitan karena jalan yang sempit.

 

Damanik pun mengungkapkan setelah mengetahui hal itu, Ferdy Sambo pun langsung berlari ke rumah dinas.

 

Kemudian, dirinya menjelaskan pada CCTV yang berbeda, Putri terlihat menangis dengan didampingi asistennya.

 

"Ga berapa lama, ibu kembali ke rumah didampingi asisten yang menunjukkan wajahnya menangis. Kenapa kami bisa mengatakan menangis? Karena CCTV-nya sangat clear, kualitas tinggi," ungkapnya.

 

Selanjutnya, Damanik mengatakan datangnya mobil Provost hingga mobil lain untuk bergerak ke Rumah Sakit Kramat Jati. (tribunnews)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.