Latest Post



SANCAnews.id – Presiden Joko Widodo dan relawannya dianggap melanggar etika politik karena melakukan pertemuan di Istana Kepresidenan Bogor yang merupakan fasilitas negara.

 

Peneliti Senior Institut Riset Indonesia (Insis), Dian Permata mengatakan, baik relawan maupun Presiden Jokowi melanggar etika politik dikarenakan melakukan pertemuan di tempat fasilitas negara.

 

"Keduanya melanggar etika politik," ujar Dian kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (31/7).

 

Dian yang juga merupakan akademisi Universitas Ibnu Chaldun ini merasa heran, karena relawan malah menjerumuskan Jokowi.

 

Menurut Dian Permata, jika ingin melakukan pertemuan dengan Jokowi, maka seharusnya dilakukan di luar Istana.

 

"Sedari awal, Jokowi menerapkan politik fatsun etika politik. Seperti tidak boleh rangkap jabatan. Ini mengherankan, di akhir masa jabatan Jokowi, justru relawan yang membuat blunder soal fatsun etika politik Jokowi," pungkas Dian. (*)




SANCAnews.id – Mabes Polri akhirnya angkat bicara terkait keberadaan Bharada E alias Richard Eliezer yang kini masih menjalani pemeriksaan pada kasus tewasnya Brigadir J alias Yosua Hutabarat.

 

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Dedi Prasetyo menuturkan Bharada E kini masih menjalankan tugas seperti biasa di Markas Komando Brigadir Mobil (Mako Brimob).  Diketahui saat ini Bharada E sebagai berstatus saksi dalam baku tembak sesama polisi di rumah singgah Irjen Ferdy Sambo.  "(Ditarik ke Mako Brimob,red) karena statusnya masih jadi saksi," ungkap Irjen Dedi seusai dikonfirmasi, Minggu (31/7/2022).

 

Sebelumnya, keberadaan Bharada E sebelumnya kerap dipertanyakan kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak. 

 

Dia mengatakan pihak keluarga ingin mengetahui keberadaan Bharada E yang diduga menjadi pembunuh Brigadir J.  "Siapa itu Bharada E dan di mana dia? Itu tidak pernah diungkap sehingga kasus ini janggal," kata dia, beberapa waktu lalu. 

 

Adapun kabar keberadaan Bharada E kali pertama diketahui dari Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo Suroyo.  Menurut Hasto, pihaknya ingin memanggil Bharada E dan istri Irjen Ferdy Sambo untuk dimintai keterangan terkait kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J.

 

"Pengacaranya Bu Putri (istri Sambo) melayangkan surat belum bisa memberikan keterangan. Nah, Bharada E tidak datang, tapi yang hadir malah dari Mako (Brimob)," jelas Hasto. (tvOne)




SANCAnews.id – Demi menemukan jawaban dari misteri penembakan Brigadir Yosua atau Brigadir J di rumah dinas Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo, pihak keluarga Brigadir J pantang menyerah.

 

Kamaruddin Simanjuntak selaku kuasa hukum almarhum mengungkapkan temuan baru dari hasil autopsi ulang.

 

Bikin Bergidik! Hasil Autopsi Ulang Brigadir J Ungkap Otak Berpindah ke Perut, Memar di Tubuh dan Sejumlah Luka Janggal Lainnya Autopsi ulang atau ekshumasi terhadap jasad Brigadir J dilakukan oleh dokter perwakilan keluarga ditemukan di RSUD Sungai Bahar, Muaro Jambi, Rabu (27/7/2022) lalu.

 

Hasil autopsi ulang, ditemukan sejumlah temuan janggal. ¨Berdasarkan hasil autopsi yang kedua, kita menempatkan dua orang tenaga kesehatan: satu dokter (Martina Aritonang) satu lagi magister kesehatan (Herlina Lubis) untuk mewakili keluarga dan atau penasehat hukum,¨ ujar Kamaruddin dalam wawancara di kanal Youtube Refly Harun pada Jumat (29/7/2022). Salah satu temuan baru dari hasil autopsi ulang adalah tidak ditemukannya otak dari Brigadir J di dalam kepala.

 

Selain itu, ditemukan juga retakan di kepala. “Jadi apa yang mereka catat itu sudah hasil kerja sama dengan dokter-dokter forensik, misalnya dibuka kepala gitu ya, pertama tidak ditemukan otaknya. yang ditemukan adalah ada semacam retak enam di dalam kepala itu," sambungnya.

 

Tak hanya itu, ditemukan juga bekas tembakan pada bagian belakang kepala yang tembus hingga ke hidung. Ketika tim dokter keluarga bersama para dokter forensik memeriksa bagian belakang kepala Brigadir J, ditemukan bekas luka yang ditutup dengan cara dilem.

 

Ketika tim forensik membuka lem itu, ditemukan terdapat lubang.  "Lubangnya disonde itu ditusuk pakai seperti sumpit itu ada alatnya disonde ke arah mata, mentok. Tapi begitu disonde ke arah hidung ternyata tembus ya.

 

Itulah mengapa adanya jahitan yang sebelumnya difoto ketika berulang kali saya berikan kepada media itu bekas lubang peluru yang ditembak dari belakang kepala dengan posisi agak tegak lurus gitu," pungkas Kamaruddin. 

 

Berdasarkan temuan tersebut, Kamaruddin menilai pernyataan kepolisian soal peristiwa tembak-menembak yang menewaskan Brigadir J dengan demikian terbantahkan. Sebab bila dikatakan tembak-menembak tentu keduanya saling berhadapan dan tidak mungkin ditemukan luka di bagian belakang kepala.

 

"Inilah salah satu bukti yang membantah penjelasan Karopenmas Polri bahwa (tewasnya Brigadir J) akibat tembak-menembak dari atas ke bawah. Kalau tembak-menembak itu kan saling berhadapan. Jadi artinya tembakan itu tegak lurus dari belakang ke hidung. Makanya waktu itu hidungnya ada jahitan," tegasnya. 

 

Kamaruddin memastikan apa yang menjadi temuan dari hasil autopsi ulang itu telah dicatat dalam bentuk akta notaris untuk mengamankan kebenaran fakta.  "Ini dokter yang menyatakan.

 

Jadi dokter forensik bersama-sama dengan dokter yang mewakili kita, ya Jadi mereka menceritakan ini ditembak dari belakang," katanya. Kuasa Hukum Brigadir J Kamaruddin Simanjuntak juga menyampaikan terkait imbas dari tembakan dibelakang kepala yang menembus sampai ke hidung. Lalu, ia menyebutkan akibat tembakan tersebut, posisi otak menjadi bergeser ke perut.

 

Menurut pernyataannya, saat dibedah bagian perut sampai kepala ditemukan bahwa otaknya sudah berpindah ke bagian perut. Tak hanya itu, ditemukan juga beberapa luka tembakan dari leher ke arah bibir.

 

Lalu berdasarkan hasil autopsy, ada sejumlah luka lain yakni bekas tembakan peluru di dada hingga adanya luka terbuka di bagian bahu almarhum. Namun, luka di bahu yang membuat daging hampir terkelupas itu diduga bukan diakibatkan dari tembakan dan masih dalam pemeriksaan tim forensik.

 

Di bagian punggung almarhum Brigadir J juga ditemukan ada memar. Terkait temuan baru dari hasil autopsi tersebut, pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut. (tvOne)




SANCAnews.id – Momen pernikahan putri Gubernur DKI Jakarta Anies  Baswedan, Mutiara Annisa Baswedan, seharusnya menjadi ajang silaturahmi banyak tokoh politik, tak terkecuali bagi elite PDI Perjuangan dan elite Partai Nasdem.

 

Begitu pendapat Direktur Eksekutif Median Rico Marbu, saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (30/7).

 

"Jangan sampai perbedaan politik merusak hubungan silaturrahmi prbadi antar sesama," ujar Rico.

 

Rico tak bisa memungkiri ada hubungan yang berjarak antara PDIP dan Nasdem akibat perbedaan sikap politik menuju Pemilu Serentak 2024.

 

"Seharusnya biarkan perdebatan ada di ruang kebijakan dan elit. Tapi hubungan silaturrahmi sesama tetap terjalin," sambungnya menuturkan.

 

Lebih lanjut, Rico memandang perbedaan sikap antar parpol dalam menghadapi pesta demokrasi sepatutnya tidak menjadikan hubungan antara personal elite menjadi renggang.

 

"Bersitegang secara kebijakan dan arah politik itu sih sah dan sehat-sehat aja. Karena kan perlu saling menguji gagasan, pikiran dan ketokohan," tuturnya.

 

Tapi ya di ajang-ajang acara kekeluargaan dan pribadi semua perbedaan itu kita tinggalkan di depan pintu," demikian Rico. (*)




SANCAnews.id – Pengacara keluarga Brigpol Yosua Hutabarat, Kamaruddin Simanjuntak mengungkapkan kabar yang cukup mencengangkan terkait dengan autopsi ulang jasad Brigpol Yosua beberapa hari lalu.

 

Kamaruddin mengungkap bahwa, otak Brigpol Yosua tidak ditemukan di kepalannya.

 

 “Dibuka kepalannya, tidak ditemukan otaknya. Yang ditemukan adalah semacam retak enam. Kemudian diraba-raba kepalanya itu di bagian belakang ada benjolan sedikit bekas lem. Nah lemnya dibuka ada lobang,” ungkap Kamaruddin saat menjadi narasumber di akun Youtube Refly Harun dilihat redaksi, Sabtu (30/7).

 

Kamaruddin menjelaskan temuan ini terungkap saat pihak keluarga mengirimkan dua orang yang berprofesi sebagai tenaga medis ikut dalam bedah autopsi ulang bersama tim forensik di RSUD Sungai Bahar itu.

 

“Mereka kita kasih surat tugas dan merekalah yang mewakili kita masuk ke ruang operasi,” beber Kamaruddin.

 

Kembali ke luka yang ditemukan pada jasad Brigpol Yosua, Kamaruddin menyampaikan bahwa lobang di belakang kepala Brigpol Yosua ini Kamaruddin menduga akibat tembakan dari jarak dekat.

 

“Jadi ada lobang seperti ditembak dari belakang kepala dan tembuh ke hidung. Inilah yang membantah pernyataan Karo Penmas (Divisi Humas Polri) bahwa ada tembak menembak dari atas ke bawah,” beber Kamaruddin.

 

Jadi menurut Kamaruddin, hasil kesimpulan bahwa ada luka tembak di belakang kepala Brigpol Yosua ini dari keterangan dokter forensik dan perwakilan keluarga yang menyaksikan proses autopsi ulang.

 

“Jadi mereka menyatakan ini ditembak dari belakang. Jadi dicatat juga oleh dokter perwakilan kami yang sudah dituangkan dalam berita acara dan dicatat di akte notaris,” pungkas Kamaruddin. (rmol)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.