Latest Post



SANCAnews.id – Masyarakat Nagari Lunang Selatan, Kecamatan Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan dihebohkan. Hal ini terjadi karena satu unit gedung BRI cabang Lunang selatan ludes tanpa tersisa dan rata dengan tanah akibat dilalap sijago merah.

 

Peristiwa ini terjadi pada pukul 19.30 menjelang salat Isa. Sementara itu, asal api diduga akibat korsleting listrik, sedangkan mobil pemadam kebakaran baru datang setelah kantor cabang BRI hangus dilalap api.

 

Keterlambatan mobil pemadam kebakaran dan BPBD tiba di lokasi kebakaran (TKP) antara Nagari Ampang Tulak Tapan hingga Kecamatan Lunang yang jaraknya cukup jauh sekitar 25. Km.

 

Kobaran api di kantor cabang BRI juga menjalar dan menghanguskan bagian belakang Puskesmas, ironisnya salah satu Posko TNKS Sako lolos dari kebakaran.

 

Menurut pantauan awak media dilokasi, jaraknya hanya pagar kurang lebih 5 meter, begitu juga Ruko dan bangunan Pos Lantas yang berdekatan tidak terjangkau oleh sijago merah.

 

Atas kejadian kebakaran tersebut besarnya kerugian yang diderita oleh korban belum dapat dihitung. (sanca/za)



 

SANCAnews.id – Baru-baru ini viral di media sosial, seruan untuk membunuh mantan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

 

Dalam isi WhatsApp (WA) tersebut terlihat sangat provokatif mengajak masyarakat untuk membunuh Habib Rizieq Shihab yang baru saja keluar dari penjara.

 

Rupanya nomor WA tersebut milik seorang Ibu bernama Alif Wahdah, seorang tenaga pendidik di Kota Semarang.

 

Usai ditelusuri Alif Wahdah rupanya bukanlah orang sembarangan, beliau diketahui merupakan istri dari Ketua PCNU Kota Semarang.

 

Usai viral di Twitter, KH Anasom akhirnya melakukan klarifikasi terkait pemberitaan miring mengenai dirinya dan juga keluarganya.

 

Ditemani Ketua Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK) Kota Semarang Tezar Bayu Ariesta, ternyata WA KH Anasom, istri beserta sang anak telah kena hack orang yang tidak bertanggung jawab.

 

“Saya Anasom, jadi hari ini saya juga heran dengan hp saya, anak dan istri saya karena semua kena hack,” ujar Anasom mengawali klarifikasinya.

 

“Dan yang paling kaget memang antara lain berita itu terikait HRS dan kami sama sekali tidak pernah membuat berita itu,” jelasnya.

 

Rupanya hingga kini WA Ansom berserta anak dan istrinya tak bisa lagi ia akses.

 

“Jadi WA saja hari ini saya ndak bisa, jadi mohon maaf, saya, anak saya dan juga istri saya sama sekali tak melakukan itu,” tegasnya.

 

Tak sampai disitu saja dengan menyebarkan berita bohong, Anasom juga terkena order fiktif makanan lewat Ojek Online (Ojol) yang dilakukan sang hacker.

 

“Tadi siang juga banyak ojol membawa COD. Kami tidak merasa pesan itu. Jadi di rumah di depan pintu saya beri tahu dan juga kami tak pernah membuat pernyataan apa-apa. Ini murni di-hack orang jahat.” Tutupnya.

 

Tak hanya Anasom, sang istri melalui akun Facebooknya juga melakukan klarifikasi terkait berita tersebut.

 

"Saya pribadi dan keluarga tidak pernah membuat pernyataan tentang HRS melalui nomor WA saya. Itu perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab," tegasnya. ***



SANCAnews.id – Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa diharapkan dapat bermurah hati mengirimkan dokter untuk melakukan autopsi ulang terhadap enam laskar Front Pembela Islam (FPI) yang menjadi korban KM 50.

 

Imbauan itu disampaikan setelah Jenderal Andika Perkasa mengirimkan dokter untuk melakukan autopsi terhadap Brigadir J, yang tewas dalam kasus baku tembak di kediaman Irjen Ferdy Sambo.

 

Begitu harapan yang disampaikan oleh pakar kesejahteraan sosial, Syahganda Nainggolan. Dia memberikan apresiasi terhadap langkah Andika Perkasa yang mengirimkan dokter autopsi untuk membongkar kejadian sebenarnya terhadap Brigadir J.

 

Menurut Syahganda, langkah itu dapat membantu pemerintah mendapatkan kepercayaan publik kembali. Apalagi, Polisi saat ini menjadi salah satu elemen utama bagi pemerintahan Joko Widodo.

 

"(Pengiriman dokter) ini kan bagus, kita mengapresiasi, karena Panglima ini masih menunjukkan sikap-sikap sebagai negarawan," ujar Syahganda kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (25/7).

 

Di lain sisi, kata Syahganda, masyarakat hingga saat ini juga masih bertanya-tanya terhadap kematian enam laskar FPI dalam peristiwa KM 50.

 

Sehingga, masyarakat juga mengharapkan agar Panglima TNI mengirimkan dokter untuk mengautopsi ulang terhadap enam laskar FPI tersebut.

 

"Jadi saya mengimbau kepada Panglima TNI untuk bermurah hati juga mengirimkan dokter untuk melakukan autopsi ulang terhadap korban-korban KM 50," pungkas Syahganda. *



 

SANCAnews.id – Satu dari beberapa keanehan yang paling sering disorot dalam kasus penembakan Brigpol Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J adalah soal luka.

 

Pihak keluarga dan pengacara mengklaim menemukan adanya luka aneh yang disebut tak mirip dengan luka bekas tembakan senjata api.

 

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, kini jurnalis senior Kompas yakni Aiman Witjaksono menemukan fakta baru dalam keanehan jenazah Brigadir J.

 

Fakta baru ini didapat setelah Aiman menemui langsung keluarga Brigadir J mulai dari orangtua dan sanak saudara.

 

Aiman menjelaskan, berdasarkan kesaksian keluarga, lutut kaki kanan Brigadir J ternyata tidak bisa diluruskan.

 

"Tak payah (bisa) pula kami lakukan," ujar salah satu bibi Brigadir J kepada Aiman.

 

Pihak keluarga diketahui sudah beberapa kali mencoba meluruskan lutut Brigadir J namun tetap tidak bisa.

 

Menurut keterangan dari Polri, Brigadir J tewas seusai baku tembak melawan Bharada E tepat setelah Brigadir J melakukan pelecehan seksual terhadap PC yang merupakan istri dari Irjen Ferdy Sambo yang pada saat kejadian menjabat sebagai Kadiv Propam Polri.

 

Dilansir TribunWow.com dari Tribunnews.com dan Kompas.com, namun kini pihak kuasa hukum keluarga Brigadir J telah mengeluarkan bukti seputar luka aneh yang ada di jenazah Brigadir J.

 

Berikut ini adalah sejumlah keanehan luka Brigadir J menurut keluarga dan kuasa hukum:

 

1. Kuku Dicabut

Kamaruddin Simanjuntak selaku kuasa hukum Brigadir J menduga kuat terjadi penyiksaan terhadap Brigadir J sebelum dibunuh.

 

"Kemudian kukunya dicabut, nah kita perkirakan dia masih hidup waktu dicabut jadi ada penyiksaan," ujar Kamaruddin saat ditemui di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (21/7/2022).

 

2. Jeratan di Leher

Selain kuku yang dicabut, Kamaruddin turut menyoroti adanya luka bekas jeratan di bagian leher Brigadir J.

 

"Di leher ada jeratan semacam tali, itu diduga dari belakang kemudian ada sayatan, di hidung ada sayatan sampai dijahit, di bawah mata ada beberapa sayatan, kemudian di bahu ada perusakan hancur ini," ungkap Kamaruddin.

 

"Oleh karena itu saya sangat yakin betul bahwa ini adalah ulah psikopat, atau penyiksaan. Oleh karena itu kita menolak cara-cara seperti ini di negara Pancasila," imbuh Kamaruddin.

 

3. Rahang Bergeser

Sebelumnya keinginan autopsi ulang terhadap Brigadir J disuarakan oleh Roslin Simanjuntak selaku bibi Brigadir J.

 

"Tentu kita tidak terima ya karena disebut mati karena peluru. Tapi di tubuh dia (Brigadir J), ditemukan luka sayatan, pukulan benda tumpul, dan rahangnya bergeser," kata Roslin, Senin (18/7/2022).

 

"Untuk membuktikan kalau memang Yosua mati ditembak, maka perlu autopsi dan visum ulang," kata Roslin.

 

4. Luka Sayatan hingga Memar

Sebelumnya, Kamaruddin menunjukkan potret jenazah Brigadir J yang diambil diam-diam oleh pihak keluarga.

 

Ia mengatakan bahwa luka-luka yang muncul di situ terindikasi sebagai hasil tindak penganiayaan.

 

Kamaruddin meyakini bahwa Brigadir J menjadi korban dari pembunuhan berencana yang dilakukan sekelompok orang.

 

Karenanya, pada Senin (18/7/2022), ia berserta tim melaporkan dugaan tersebut serta membawa bukti berkas dan sejumlah foto ke Bareskrim Polri, Jakarta.

 

"Barang bukti berikutnya itu adalah berupa foto. Jadi foto ini (diambil-red) ketika polisi lengah, dengan alasan mau menambah formalin maka tiba-tiba para wanita saksi-saksi yang pemberani mereka buru-buru membuka bajunya kemudian memfoto dan memvideokan," ungkap Kamaruddin seperti ditayangkan kanal YouTube KOMPASTV, Senin (18/7/2022).

 

Keluarga pun menemukan sejumlah luka sayatan, luka tembak, memar dan pergeseran rahang serta luka patah di bagian jari manis Brigadir J.

 

"Ada luka di bahu, ada luka sayatan di kaki, ada luka di telinga, kemudian ada luka sayatan di belakang, kemudian ada luka di jari, kemudian membiru di kanan kiri, dan tulang rusuk," beber Kamaruddin.

 

"Kemudian ada luka menganga di bahu."

 

Ia lalu menunjukkan luka bekas peluru di bagian dada Brigadir J, dan memperlihatkan bekas jahitan panjang di dekat leher.

 

"Ada lagi ditemukan luka di bawah dagu, sama jahitan juga," tutur Kamaruddin.

 

Tak hanya itu, bagian telinga kanan korban juga dikatakan mengalami pembengkakan dengan luka bekas senjata tajam di bagian belakangnya.

 

"Kemudian ditemukan lagi luka yang sangat menganga dan masih mengeluarkan darah di bagian perut," imbuhnya.

 

Terakhir, Kamaruddin menunjukkan luka lebam yang cukup besar di daerah tulang rusuk jenazah. (tribun)



 

SANCAnews.id – Sosok yang diduga mengancam akan membunuh Brigadir J alias Nofryansah Yosua Hutabarat disebut-sebut merupakan salah satu ajudan Kadiv Propam Polri nonaktif Irjen Ferdy Sambo. Namun, sosok tersebut diklaim bukanlah Bharada E. Fakta baru itu diungkap pengacara keluarga Brigadir J Kamaruddin Simanjuntak.

 

Terkait hal itu, Kamarrudin mengklaim telah mengantongi nama terduga pelaku teror pembunuhan terhadap Brigadir J. Sosok terduga pelaku menurutnya ada di foto Ferdy Sambo ketika berfoto bersama para ajudannya.

 

"Orang yang mengancam ini saya sudah kantongi namanya. Kalau pernah lihat sejumlah foto yang mereka foto bersama itu salah satu yang mengancam itu ada dalam foto itu. Yang jelas bukan Bharada E," kata Kamaruddin saat dihubungi, Senin (25/7/2022).

 

Ketakutan hingga  Menangis 

Kamarudin menyebut ancaman pembunuhan ini diterima Brigadir J sejak Junin 2022. Brigadir J, bahkan sempat curhat hingga menangis saking takutnya dibunuh.

 

Kamaruddin mengklaim memiliki bukti rekaman elektronik terkait adanya ancaman tersebut. Ancaman terakhir diterima Brigadir J satu hari sebelum kematiannya, yakni pada 7 Juli 2022.

 

"Ada saksi yang sangat spektakuler. Nah saksi ini menyimpan rekaman elektronik di dalam rekaman elektronik ini ada ancaman pembunuhan dari bulan Juni 2022. Ancaman pembunuhan itu terus berlanjut hingga akhir tanggal 7 Juli 2022," kata dia.

 

Menurut Kamaruddin, Brigadir J sempat menyampaikan salam perpisahan kepada orang yang menjadi tempatnya bercerita terkait adanya ancaman ini. Kamaruddin masih merahasiakan sosok teman curhat Brigadir J tersebut dengan pertimbangan faktor keselamatan.

 

"Saking takutnya almarhum ini sampai dia menangis curhat dia akan dibunuh. Dan dia sudah mengucapkan kata-kata perpisahan bahwa dia sudah yakin dia dibunuh," katanya.

 

Kamaruddin menyebut bukti rekaman elektronik ini telah disita oleh penyidik siber yang didatangkan dari Jakarta.

 

"Ancamannya adalah kata-katanya begini 'kalau dia berani naik ke atas dihabisi dia, dibunuh dia' begitu. Dia itu maksudnya Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat," ungkapnya.

 

"Kalau kita kaitkan dengan terjadinya kemarin pembunuhan itu kan kata Karopenmas kan di depan tangga. Berarti kalau analisanya kan dia mau naik tangga makanya dibunuh. Itu kan analisa tapi saya nggak mau dulu mengatakan itu, yang saya paparkan itu fakta faktanya dulu. Kalau fakta kan tidak pernah berubah," imbuhnya.

 

Naik Penyidikan 

Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri telah meningkatkan status perkara kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J dari tahap penyelidikan ke penyidikan. Peningkatan status perkara dilakukan setelah penyidik mengklaim menemukan adanya unsur pidana.

 

"Iya sudah (naik penyidikan), barusan selesai gelar perkaranya," kata Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Andi Rian saat dikonfirmasi, Jumat (22/7/2022).

 

Keluarga Brigadir J melaporkan kasus dugaan pembunuhan berencana ke Bareskrim Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Senin (18/7/2022). Dalam laporannya, mereka turut menyertakan barang bukti foto luka-luka sayatan, memar, hingga luka tembak pada tubuh jenazah Brigadir J.

 

Kamaruddin ketika itu menyebut laporan ini telah diterima dan teregistrasi dengan Nomor: STTL/251/VII/2022/Bareskrim Polri. Dalam laporannya mereka mempersangkakan Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana Juncto Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan Juncto Pasal 351 tentang Penganiayaan hingga Menghilangkan Nyawa Seseorang.

 

"Kemudian barang bukti berikutnya itu adalah berupa foto. Jadi foto ini ketika polisi lengah dengan alasan mau menambah formalin maka tiba-tiba para wanita saksi-saksi yang pemberani mereka buru-buru membuka bajunya kemudian memfoto dan memvideokan," kata Kamaruddin di Bareskrim Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (18/7/2022).

 

Dalam kesempatan itu, keluarga Brigadir J juga meminta tim khusus bentukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melakukan autopsi ulang terhadap jenazah anaknya. Sebab, mereka meragukan hasil autopsi yang sebelumnya telah dilakukan oleh penyidik.

 

Polri sendiri belakang telah menyetujui permohonan autopsi ulang. Autopsi rencananya digelar di Jambi pada (27/7/2022) lusa dengan melibatkan Perhimpunan Kedokteran Forensik Indonesia (PKFI). (suara)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.