Menyedihkan! Demokrat: Pemerintah Dinilai Lebih Fokus pada IKN daripada Ekonomi Rakyat
SANCAnews.id – Partai Demokrat menyesalkan hasil
survei Litbang Kompas terbaru bertajuk "penanganan masalah kebutuhan pokok
pada bulan puasa. Sebab isinya disebut bahwa mayoritas responden menilai
pemerintah yang lebih fokus membangun ibukota negara (IKN) Nusantara dibanding
kondisi ekonomi masyarakat.
"Menyedihkan!" tegas Koordinator Jurubicara DPP
Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra dalam keterangannya di Jakarta, Selasa
(26/4).
Menurut Herzaky, hasil survei itu sebenarnya bentuk protes
masyarakat secara halus terhadap pemerintah atas abainya pemerintah dengan
kondisi ekonomi masyarakat yang tengah mengalami kesulitan saat ini.
"Masyarakat sepertinya tidak tahu harus seperti apa lagi
memperingatkan pemerintah untuk lebih peduli dengan kesulitan yang masyarakat
alami," sesalnya.
Herzaky menuturkan, sekitar empat bulan rakyat dibiarkan
kebingungan dan menderita akibat langka dan mahalnya sembako serta lonjakan
harga bahan bakar minyak dan kenaikan harga berbagai kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan pemerintah terlihat lebih sibuk dengan agendanya
sendiri yakni memindahkan IKN ke Penajam Paser Utara Kalimantan Timur (Kaltim),
yang tidak memiliki dampak langsung terhadap perbaikan kondisi ekonomi rakyat.
"Tapi tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang
diamanahkan oleh kekuasaan itu," tegas Ketua Kepala Badan Komunikasi
Strategis DPP Demokrat ini.
"Pemerintah seperti kehilangan arah dan abai terhadap
kondisi masyarakat. Kehilangan sensitifitasnya. Tidak tahu mana yang seharusnya
diprioritaskan. Pemerintah harus introspeksi diri dan menata ulang kembali
prioritasnya," pungkas Herzaky.
Sebelumnya, lembaga survei Litbang Kompas merilis survei
terbarunya bertajuk "penanganan masalah kebutuhan pokok pada di bulan
puasa". Hasilnya, mayoritas responden menilai pemerintah lebih fokus
membangun IKN Nusantara dibanding urus kondisi ekonomi masyarakat.
"Pemerintah lebih fokus pada pembangunan ibu kota negara
baru dibandingkan kondisi ekonomi masyarakat; Setuju 51,3 persen, Tidak setuju
47,1 persen, dan Tidak tahu 1,6 persen," begitu rilis Litbang Kompas.
(rmol)