Latest Post


 

SANCAnews.id – Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Faldi Zon menyindir Kepala Kantor Staf Presiden ( KSP)  Moeldoko yang mengimbau masyarakat untuk mewaspadai ancaman dari gerakan Negara Islam Indonesia ( NII).

 

Menurut Faldi Zon, hal itu menunjukkan sosok pejabat yang tak cerdas dan tak paham akan sejarah. Hal itu disampaikan oleh  Fadli Zon melalui akun  Twitternya, Sabtu (23/4/2022).

 

Komentar itu ditulis  Fadli Zon sambil pada artikel berita yang tentang imbauan dari  Moeldoko tersebut.

 

Tampaknya  Fadli Zon tidak sependapat dengan pernyataan yang disampaikan oleh  Moeldoko.

 

Sehingga ia pun menyebut kalau apa yang disampaikan  Moeldoko itu menunjukkan sosok pejabat yang tak cerdas.

 

Imbauan yang disampaikan  Moeldoko itu lantaran  gerakan ideologi  NII yang lahir di Tasikmalaya,  Jawa Barat, pada tahun 1947 di bawah kepemimpinan  Kartosuwiryo ternyata masih ada.

 

“Ternyata,  NII ini tidak mati dalam melanjutkan garis perjuangannya, selalu tumbuh hidup untuk mempertahankan tujuan ideologisnya yaitu menuju pada Negara Islam Indonesia,” kata  Moeldoko dilansir dari KOMPAS TV, Sabtu.

 

Berikutnya, lanjut  Moeldoko, dalam perkembangannya ternyata hampir semua gerakan-gerakan terorisme di belakangnya ada  NII.

 

Ia mencontohkan gerakan itu antara lain, bom Bali, bom di kedutaan besar Amerika, dan bom buku pada 2011.

 

“Ternyata di belakang semua itu juga ada latar belakang  NII,” ujarnya.

 

Moeldoko menuturkan NII terpantau terus memperbarui pola strategi dan geraknya. Jika dulu strateginya mereka menguasai wilayah kini yang dikembangkan adalah perebutan heart dan mind.

 

“Ini jauh lebih dahsyat, kenapa dahsyat? kalau pergerakan senjata dia mudah dikenali pelakunya mudah ditangkap dan diselesaikan, tapi begitu pergerakan itu melakukan pendekatan dengan heart, perebutan hati dan pikiran melalui baiat, melalui doktrin-doktrin itu cukup sulit untuk diatasi,” ucap  Moeldoko.

 

Menurut  Moeldoko dengan strategi yang dibangun  NII, tidak dapat dipungkiri pergerakan itu mempengaruhi banyak unsur.

 

“Melalui ASN, oleh aparat keamanan, melalui mahasiswa, melalui berbagai institusi dan juga termasuk pengusaha,” ujarnya.

 

“Dan lebih dahsyat lagi dia bergerak dengan cara menyembunyikan diri dan kamuflase agar tidak dikenali dari awal sehingga dia memiliki keleluasaan untuk mempengaruhi orang hati-hati ada di tengah-tengah kita,” tambahnya.

 

Lebih lanjut  Moeldoko menyampaikan strategi-strategi terus diperbarui oleh  NII dengan target mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi yang diyakini.

 

“Bercorak keislaman dan menuju kepada pemerintahan khilafah, sedangkan kalau kita melihat JI, Al-qaeda dan JAD target representasi dari anti Barat, itu lebih ke arah sana, sehingga pola pergerakannya berbeda,” ujarnya.

 

Oleh karenanya, Moeldoko menekankan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk membangun kewaspadaan terkait pergerakan NII.

 

Terlebih sudah ada 77 anak yang menjadi korban perekrutan dari pergerakan  NII dan pengumpulan dana dari kotak-kotak amal.

 

“Kita harus terbuka matanya bahwa semua itu perlu mendapatkan kewaspadaan dan jangan salah bahwa  NII ternyata menjadi kontributor dukungan sumber daya bagi pergerakan semua jaringan teroris internasional di Indonesia,” ujarnya.

 

“Ini saya ingatkan hati-hati dan kuncinya adalah membangun awareness, membangun kewaspadaan, di manapun kita berada jangan lagi kita tidak tahu bahwa sebelah kita ternyata teroris sungguh mengerikan,” tegas  Moeldoko.

 

Menanggapi hal itu,  Fadli Zon pun memberikan sindiran kepada  Moeldoko. Hal itu disampaikan oleh  Fadli Zon melalui akun  Twitter miliknya.

 

"Beginilah kalau pejabat tak cerdas n tak memahami sejarah.

Seenaknya lakukan framing n stereotyping," tulis  Fadli Zon. (tribunnews)

 


 

SANCAnews.id – Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko angkat bicara terkait terkait penangkapan sejumlah orang yang terlibat Negara Islam Indonesia (NII) oleh Densus 88 yang sempat dikabarkan akan jatuhkan rezim jokowi pakai golok.

 

Moeldoko mengatakan bahwa NII yang eksis saat ini telah berada di ditengah-tengah masyarakat, yakni melalui ASN, melalui aparat keamanan, melalui mahasiswa, melalui berbagai institusi, dan termasuk pengusaha.

 

"Jangan salah, itu sudah berada di tengah-tengah kita. Siapa yang menjadi unsur-unsur yang terpengaruh? Melalui ASN, melalui aparat keamanan, melalui mahasiswa, melalui berbagai institusi, dan termasuk pengusaha," kata Moeldoko seperti yang dikutip Hops.ID dari kanal Youtube Offiicial iNews pada Sabtu, 23 April 2022.

 

Bahkan Moeldoko menyebut NII saat ini jauh lebih berbahaya atau dasyat dibanding dari NII pada masa Kartosoewirjo dan Kahar Muzakkar. Pasalnya, NII saat ini tidak mudah dikenali karena dinilai pergerakannya tak sepenuhnya memakai senjata.

 

Hal ini membuat pelakunya tidak mudah ditangkap dan pemberontakan tidak mudah diselesaikan.

 

"Ini jauh lebih dahsyat. Kenapa dahsyat? Kalau pergerakan senjata, dia mudah dikenali, pelakunya mudah ditangkap, dan mudah diselesaikan," tegas Moeldoko.

 

Disamping itu, Moeldoko menghimbau agar masyarakat lebih waspada dengan keberadaan NII di tengah-tengah masyarakat.

 

Minta masyarakat waspada pada lingkungan sekitar 

Moeldoko meminta masyarakat waspada terhadap lingkungan terutama orang-orang di lingkungannya. "Jangan ada lagi kita tidak tahu bahwa sebelah kita ternyata teroris, sungguh mengerikan," pungkasnya.

 

Sebelumnya, Densus 88 mengamankan sejumlah orang yang terlibat NII dan menyatakan memiliki bukti-bukti terhadap rencana menggulingkan pemerintahan rezim Presiden Jokowi sebelum 2024.

 

Densus 88 menyatakan sudah menggelar upaya penyidikan usai menangkap beberapa orang yang diduga adalah anggota NII di Sumatra Barat (Sumbar).

 

Densus 88 mengungkapkan bahwa anggota NII yang mereka amankan berniat untuk mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia dengan khilafah atau syariat Islam.

 

Selain itu, para anggota NII tersbut juga berencana melakukan sejumlah aksi terror di beberapa wilayah di Indonesia. Dari penangkapan tersbut disebutkan juga diamankan sejumlah barang bukti salah satunya adalah golok. (*)



 

SANCAnews.id – Polda Metro Jaya memastikan tidak mengganti rugi dan meminta maaf kepada Abdul Manaf, sosok yang sempat dijadikan tersangka pengeroyokan  Ade Armando.

 

"Enggak (ada ganti rugi dan minta maaf, red) dong," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan, Jumat (22/4).

 

Perwira menengah Polri itu membantah Abdul Manaf sempat dijadikan tersangka oleh Polda Metro Jaya.

 

Padahal, pengumuman penetapan tersangka itu disampaikan langsung oleh Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat.

 

"Diduga pelaku, bukan tersangka," ujar mantan Kabid Humas Polda Sulsel itu.

 

Menurut Zulpan, identitas Abdul Manaf yang tersebar di media sosial merupakan hasil rekaman CCTV.

 

Zulpan mengaku pihaknya bijaksana memulihkan nama baik Abdul Manaf setelah memeriksanya di Karawang, Jawa Barat beberapa hari pascakejadian.

 

"Justru polisi bersifat bijaksana menyampaikan bahwa yang dimaksud bukan Abdul Manaf," kata Zulpan.

 

Polisi meralat status Abdul Manaf sebagai tersangka pengeroyokan pegiat media sosial Ade Armando saat demo BEM SI di DPR pada Senin (11/4).

 

Hal itu setelah polisi menginterogasi Abdul Munaf setelah menemukan keberadaannya di Karawang, Jawa Barat.

 

Zulpan mengatakan Abdul Manaf tidak terlibat dalam peristiwa pengeroyokan terhadap Dosen Universitas Indonesia (UI) itu berdasarkan hasil pemeriksaan.

 

“Kami lakukan pemeriksaan awal ternyata Abdul Manaf itu tidak terlibat," kata Zulpan.

 

Zulpan menyebutkan dalam foto yang beredar, memang pelaku yang mengenakan topi di lokasi mirip Abdul Manaf.

 

Namun, hasil pencocokan menggunakan teknologi face recognition tingkat akurasinya tidak 100 persen.

 

Lantas, polisi menguji wajah Abdul menggunakan alat yang sama.

 

Hasilnya, dipastikan bahwa Abdul bukan pelaku pengeroyokan Ade Armando.

 

Hal lain yang memperkuat Abdul bukan pelaku ialah saat kejadian tidak berada di lokasi. (jpnn)



 

SANCAnews.id – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk segera memproses laporan Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun yang melaporkan dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) anak Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep. Apalagi, laporan Ubedilah dianggap semakin jelas terbukti saat ini.

 

Hal itu disampaikan oleh Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi menanggapi ditangkapnya Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia, Master Parulian Tumanggor (MPT) sebagai tersangka kasus dugaan mafia minyak goreng oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).

 

Wilmar sendiri, disebut sebagai salah satu sponsor klub sepak bola Persis Solo yang Direktur Utamanya adalah, Kaesang Pangarep.

 

"KPK tunggu apalagi, ternyata laporan Ubedilah Badrun, dosen UNJ yang laporkan soal dugaan KKN Kaesang semakin jelas terbukti," ujar Muslim kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (22/4).

 

Karena menurut Muslim, keterkaitan antara Wilmar dengan Kaesang di Persis Solo semakin terlihat jelas meskipun akhirnya Persis Solo memutus hubungan dengan Wilmar.

 

"Jadi KPK tidak perlu ragu lagi bertindak untuk tetapkan tersangka dalam kasus KKN yang kini sedang ditangani lembaga anti rasuah yang di pimpin Firli Bahuri itu," kata Muslim.

 

Karena jika tidak segera menetapkan tersangka dalam laporan Ubedilah kata Muslim, maka KPK akan tidak disukai oleh masyarakat karena dianggap melindungi anak-anak Presiden yang diduga terlibat KKN.

 

"Padahal bukti dan faktanya sudah terang benderang," pungkas Muslim. (*)



 

SANCAnews.id – Kasus mafia minyak goreng yang diusut Kejaksaan Agung (Kejagung) turut menyeret PT Wilmar Nabati Indonesia, salah satu perusahaan di bawah naungan Wilmar Group.

 

Salah seorang Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia berinisial MPT ikut jadi tersangka kasus korupsi izin ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku minyak goreng.

 

Penangkapan pejabat tinggi PT Wilmar Nabati Indonesia merupakan pengembangan dari kasus korupsi yang menjerat Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) berinisial IWW alias Indrasari Wisnu Wardhana.

 

Usai kasus korupsi tersebut terungkap, jejak Wilmar Group pun mulai terkuak. Terbaru, perusahaan internasional itu ternyata merupakan salah satu sponsor klub Persis Solo.

 

Klub milik putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangerap itu bekerjasama dengan Wilmar Group saat mengarungi Liga 2 tahun lalu. Kini Persis Solo sukses promosi ke liga 1.

 

Logo Wilmar terpampang pada bagian depan jersey Persis Solo, tepatnya dada sebelah kanan. Logo Wilmar ini bersanding dengan Free Fire Bank Aladin Syariah dan Gurih.

 

Country Head Wilmar International Ltd untuk Indonesia, Darwin Indigo pada Oktober tahun 2021 lalu, menjelaskan perusahaannya tanpa ragu-ragu bersedia menjadi sponsor Persis Solo pada kompetisi Liga 2 Musim 2021.

 

Keputusan ini didasari potensi tim Laskar Sambernyawa untuk lebih berprestasi di ajang sepak bola Tanah Air, termasuk promosi ke Liga 1.

 

Darwin mengatakan, sepak bola merupakan olahraga yang sangat dekat dengan masyarakat di Indonesia. Hal ini, sesuai dengan produk-produk yang di hasilkan Wilmar Group seperti minyak goreng, beras, dan lainnya yang juga dikonsumsi masyarakat Indonesia.

 

“Jadi ada kesamaan antara Wilmar dengan Persis Solo. Kami benar-benar sangat dekat dengan masyarakat. Kami juga sangat bangga dengan manajemen baru Persis dan yakin mereka menjadi tim unggul di Indonesia,” ujar dia.

 

Selain PT Wilmar Nabati Indonesia, Kejagung juga menetapkan dua tersangka lainnya dari perusahaan PT Musim Mas, dan Permata Hijau Group dalam korupsi izin ekspor sawit.

 

Keterlibatan Wilmar Group dalam mendukung Persis Solo ditanggapi oleh politisi Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana.

 

Jika kasus tersebut terjadi di era Presiden SBY, menurut Panca maka para 'cebong' akan melontarkan berbagai tuduhan.

 

“Kalau ini kejadian di era rezim SBY, para bong udah pasti rame nih. Segala tuduhan pasti menyembur dari mulut mereka. Terutama si Panjoel. Iya nga sih?,” tulisnya di akun twitternya @panca66, Kamis (21/4/2022). (viva)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.