Latest Post


 

SANCAnews.id – Ketua Bidang Politik dan Pemerintahan PP GP Ansor Luqman Hakim merespons terkait foto kadernya atau anggota Banser Muhammad Afifudin yang dicatut sebuah akun Twitter @GusNadjb.

 

Akun itu diketahui melakukan pelecehan verbal terhadap mantan politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany. Luqman meminta pemilik akun tersebut segera mendatangi secara langsung pengurus Ansor terdekat untuk melakukan klarifikasi dan permintaan maaf.

 

“Saya sarankan pemilik akun @GusNadjb untuk datang kepada pengurus Ansor terdekat secepatnya guna memberikan penjelasan dan meminta maaf telah mencatut foto kader Ansor,” Ketua Bidang Politik dan Pemerintahan PP GP Ansor Luqman Hakim melalui akun Twitternya.

 

Akun tersebut tampak menggunakan foto pria berseragam banser. Pada Jumat (22/4) menanggapi video saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendatangi pernikahan Tsamara dan suaminya, Ismail Fajrie Alatas pada Oktober 2019.

 

Anies tampak bersalaman dengan Tsamara dan berpelukan dengan suaminya. Akun @Gusnadjb tersebut lantas mentwit kalimat bernada rasialisme dan pelecehan.

 

“Sesama antek Yaman saling berpelukan. Ternyata idealisme masih kalah dengan urusan ranjang. Mungkin lebih maksimal penetrasinya. Play dong, play,” tulis pemilik akun itu.

 

Tak sedikit warganet yang geram ikut mengomentari unggahan akun tersebut.

 

Beberapa waktu lalu, Ketua Rijalul Ansor Singosari Malang Muhammad Afifuddin (31) atau biasa dipanggil Gus Afif mengaku cukup kaget foto dirinya digunakan sebuah akun Twitter @GusNadjb yang belakangan ini viral.

 

Akun tersebut membuat cuitan bernada rasialisme dan pelecehan terhadap mantan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany.

 

Gus Afif dengan tegas tidak membenarkan kalau akun itu miliknya. Cuitan tersebut disebut sebagai fitnah yang keji. Selain itu, merugikan Tsamara Amany dan dirinya selaku kader Nahdlatul Ulama (NU) Jatim.

 

“Fitnah iya, pencemaran nama baik iya terkait cuitan itu,” ucapnya kepada JPNN pada Sabtu (23/4).

 

Gus Afif mengatakan kalau dia sudah tahu tentang kabar viralnya cuitan yang mencatut dirinya itu sejak postingan itu beredar pada Jumat (22/4).

 

“Saya baru tahu adanya itu (postingan twitter) kemarin ini (22/4),” katanya. (jabarekspres)



 

SANCAnews.id – Pengamat politik Rocky Gerung menanggapi pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang menyebut Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat untuk menyatukan antar umat beragama dan negara di 2024 mendatang.

 

Pasalnya menurut Mahfud MD, saat ini kondisi negara sangat mengerikan akibat pembelahan di tengah masyarakat.

 

Mahfud MD juga menyinggung permasalahan korupsi di Tanah Air yang menurutnya semakin tidak terkendali. Karena itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu mengatakan perlunya pemimpin yang kuat. Ia bahkan berpikir perlu terobosan seperti kudeta untuk mengambil alih negara. Menanggapi hal ini, Rocky Gerung menilai sikap Mahfud MD tidak konsisten.

 

"Sebetulnya kalau dia konsisten, ya dia jangan ada di tempat yang busuk itu. Kan dia cuma mau mengeluh pada rakyat, terus lo diam aja gitu kan. Ya terus penyelesaiannya dengan wawancara apa?" kata Rocky Gerung.

 

Menurut Rocky Gerung, secara implisit Mahfud MD ingin mengatakan bahwa Presiden Jokowi beserta para menterinya sudah tidak mampu mengatasi situasi negara.

 

"Secara implisit, Pak Mahfud mau bilang Presiden Jokowi sudah gak mampu, itu artinya pembantu-pembantunya juga nggak mampu. Ya bubar saja kan supaya ada pengganti baru," ujarnya, dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Sabtu, 23 April 2022.

 

Rocky Gerung pun membenarkan pernyataan Mahfud MD bahwa publik tengah mencari sosok pemimpin yang kuat karena selama ini pemerintahan Jokowi dianggap tidak dapat menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa.

 

Mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia itu mengatakan, keluh-kesah para pejabat negara mengindikasikan bahwa pemburukan terus berlangsung, sehingga publik akan berpikir untuk mengakhiri kekuasaan.

 

Lebih lanjut, Rocky Gerung juga menyinggung kebijakan pemerintahan Jokowi yang melarang ekspor  minyak sawit mentah (CPO) dan minyak goreng mulai Kamis, 28 April 2022 mendatang.

 

Kebijakan larangan ekspor CPO dan minyak goreng secara drastis, kata Rocky Gerung justru akan mengganggu sistem perekonomian di dalam negeri.

 

"Padahal sebetulnya ini cuma soal teknis bagaimana mendistribusikan minyak goreng itu dan atasi dengan kebijakan yang terukur," tuturnya.

 

"Bisa-bisa juga nih Pak Jokowi dikudeta oleh oligarki, oligarki sawit," katanya menambahkan.

 

Pendiri Setara Institute itu menduga Jokowi tengah kehilangan arah sehingga memungkinkan adanya politik mahasiswa dan buruh, serta munculnya tokoh alternatif yang disebut Mahfud MD sebagai orang kuat.

 

Sebelumnya, Mahfud MD menyinggung masalah ideologis dan polarisasi yang tajam saat membahas kasus Ade Armando. Mahfud menyebut, perlu orang kuat yang bisa menyatukan antara agama dan negara, serta bisa diterima semua pihak pada 2024 nanti.

 

"2024 sudah pasti Pak Jokowi sudah tidak lagi, maka pemimpin yang harus muncul yang bisa menyatukan, menjaga keseimbangan, dan merekatkan. Negara-negara ini bisa maju, enggak kayak sekarang saling, waduh, mengerikan kalau saya lihat," jelas Mahfud MD dalam wawancara yang diunggah detikcom.

 

Mahfud juga menyebut, masalah korupsi di Indonesia sudah tidak terkendali dan membutuhkan orang kuat untuk memimpin.

 

"Memang kemudian saya berpikir, kayaknya perlu satu terobosan, kalau teori klasik, kalau di Amerika Latin muncul kudeta. 'Ini negara mau hancur saya ambil'," tegas Mahfud. (gelora)



 

SANCAnews.id – Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Faldi Zon menyindir Kepala Kantor Staf Presiden ( KSP)  Moeldoko yang mengimbau masyarakat untuk mewaspadai ancaman dari gerakan Negara Islam Indonesia ( NII).

 

Menurut Faldi Zon, hal itu menunjukkan sosok pejabat yang tak cerdas dan tak paham akan sejarah. Hal itu disampaikan oleh  Fadli Zon melalui akun  Twitternya, Sabtu (23/4/2022).

 

Komentar itu ditulis  Fadli Zon sambil pada artikel berita yang tentang imbauan dari  Moeldoko tersebut.

 

Tampaknya  Fadli Zon tidak sependapat dengan pernyataan yang disampaikan oleh  Moeldoko.

 

Sehingga ia pun menyebut kalau apa yang disampaikan  Moeldoko itu menunjukkan sosok pejabat yang tak cerdas.

 

Imbauan yang disampaikan  Moeldoko itu lantaran  gerakan ideologi  NII yang lahir di Tasikmalaya,  Jawa Barat, pada tahun 1947 di bawah kepemimpinan  Kartosuwiryo ternyata masih ada.

 

“Ternyata,  NII ini tidak mati dalam melanjutkan garis perjuangannya, selalu tumbuh hidup untuk mempertahankan tujuan ideologisnya yaitu menuju pada Negara Islam Indonesia,” kata  Moeldoko dilansir dari KOMPAS TV, Sabtu.

 

Berikutnya, lanjut  Moeldoko, dalam perkembangannya ternyata hampir semua gerakan-gerakan terorisme di belakangnya ada  NII.

 

Ia mencontohkan gerakan itu antara lain, bom Bali, bom di kedutaan besar Amerika, dan bom buku pada 2011.

 

“Ternyata di belakang semua itu juga ada latar belakang  NII,” ujarnya.

 

Moeldoko menuturkan NII terpantau terus memperbarui pola strategi dan geraknya. Jika dulu strateginya mereka menguasai wilayah kini yang dikembangkan adalah perebutan heart dan mind.

 

“Ini jauh lebih dahsyat, kenapa dahsyat? kalau pergerakan senjata dia mudah dikenali pelakunya mudah ditangkap dan diselesaikan, tapi begitu pergerakan itu melakukan pendekatan dengan heart, perebutan hati dan pikiran melalui baiat, melalui doktrin-doktrin itu cukup sulit untuk diatasi,” ucap  Moeldoko.

 

Menurut  Moeldoko dengan strategi yang dibangun  NII, tidak dapat dipungkiri pergerakan itu mempengaruhi banyak unsur.

 

“Melalui ASN, oleh aparat keamanan, melalui mahasiswa, melalui berbagai institusi dan juga termasuk pengusaha,” ujarnya.

 

“Dan lebih dahsyat lagi dia bergerak dengan cara menyembunyikan diri dan kamuflase agar tidak dikenali dari awal sehingga dia memiliki keleluasaan untuk mempengaruhi orang hati-hati ada di tengah-tengah kita,” tambahnya.

 

Lebih lanjut  Moeldoko menyampaikan strategi-strategi terus diperbarui oleh  NII dengan target mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi yang diyakini.

 

“Bercorak keislaman dan menuju kepada pemerintahan khilafah, sedangkan kalau kita melihat JI, Al-qaeda dan JAD target representasi dari anti Barat, itu lebih ke arah sana, sehingga pola pergerakannya berbeda,” ujarnya.

 

Oleh karenanya, Moeldoko menekankan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk membangun kewaspadaan terkait pergerakan NII.

 

Terlebih sudah ada 77 anak yang menjadi korban perekrutan dari pergerakan  NII dan pengumpulan dana dari kotak-kotak amal.

 

“Kita harus terbuka matanya bahwa semua itu perlu mendapatkan kewaspadaan dan jangan salah bahwa  NII ternyata menjadi kontributor dukungan sumber daya bagi pergerakan semua jaringan teroris internasional di Indonesia,” ujarnya.

 

“Ini saya ingatkan hati-hati dan kuncinya adalah membangun awareness, membangun kewaspadaan, di manapun kita berada jangan lagi kita tidak tahu bahwa sebelah kita ternyata teroris sungguh mengerikan,” tegas  Moeldoko.

 

Menanggapi hal itu,  Fadli Zon pun memberikan sindiran kepada  Moeldoko. Hal itu disampaikan oleh  Fadli Zon melalui akun  Twitter miliknya.

 

"Beginilah kalau pejabat tak cerdas n tak memahami sejarah.

Seenaknya lakukan framing n stereotyping," tulis  Fadli Zon. (tribunnews)

 


 

SANCAnews.id – Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko angkat bicara terkait terkait penangkapan sejumlah orang yang terlibat Negara Islam Indonesia (NII) oleh Densus 88 yang sempat dikabarkan akan jatuhkan rezim jokowi pakai golok.

 

Moeldoko mengatakan bahwa NII yang eksis saat ini telah berada di ditengah-tengah masyarakat, yakni melalui ASN, melalui aparat keamanan, melalui mahasiswa, melalui berbagai institusi, dan termasuk pengusaha.

 

"Jangan salah, itu sudah berada di tengah-tengah kita. Siapa yang menjadi unsur-unsur yang terpengaruh? Melalui ASN, melalui aparat keamanan, melalui mahasiswa, melalui berbagai institusi, dan termasuk pengusaha," kata Moeldoko seperti yang dikutip Hops.ID dari kanal Youtube Offiicial iNews pada Sabtu, 23 April 2022.

 

Bahkan Moeldoko menyebut NII saat ini jauh lebih berbahaya atau dasyat dibanding dari NII pada masa Kartosoewirjo dan Kahar Muzakkar. Pasalnya, NII saat ini tidak mudah dikenali karena dinilai pergerakannya tak sepenuhnya memakai senjata.

 

Hal ini membuat pelakunya tidak mudah ditangkap dan pemberontakan tidak mudah diselesaikan.

 

"Ini jauh lebih dahsyat. Kenapa dahsyat? Kalau pergerakan senjata, dia mudah dikenali, pelakunya mudah ditangkap, dan mudah diselesaikan," tegas Moeldoko.

 

Disamping itu, Moeldoko menghimbau agar masyarakat lebih waspada dengan keberadaan NII di tengah-tengah masyarakat.

 

Minta masyarakat waspada pada lingkungan sekitar 

Moeldoko meminta masyarakat waspada terhadap lingkungan terutama orang-orang di lingkungannya. "Jangan ada lagi kita tidak tahu bahwa sebelah kita ternyata teroris, sungguh mengerikan," pungkasnya.

 

Sebelumnya, Densus 88 mengamankan sejumlah orang yang terlibat NII dan menyatakan memiliki bukti-bukti terhadap rencana menggulingkan pemerintahan rezim Presiden Jokowi sebelum 2024.

 

Densus 88 menyatakan sudah menggelar upaya penyidikan usai menangkap beberapa orang yang diduga adalah anggota NII di Sumatra Barat (Sumbar).

 

Densus 88 mengungkapkan bahwa anggota NII yang mereka amankan berniat untuk mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia dengan khilafah atau syariat Islam.

 

Selain itu, para anggota NII tersbut juga berencana melakukan sejumlah aksi terror di beberapa wilayah di Indonesia. Dari penangkapan tersbut disebutkan juga diamankan sejumlah barang bukti salah satunya adalah golok. (*)



 

SANCAnews.id – Polda Metro Jaya memastikan tidak mengganti rugi dan meminta maaf kepada Abdul Manaf, sosok yang sempat dijadikan tersangka pengeroyokan  Ade Armando.

 

"Enggak (ada ganti rugi dan minta maaf, red) dong," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan, Jumat (22/4).

 

Perwira menengah Polri itu membantah Abdul Manaf sempat dijadikan tersangka oleh Polda Metro Jaya.

 

Padahal, pengumuman penetapan tersangka itu disampaikan langsung oleh Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat.

 

"Diduga pelaku, bukan tersangka," ujar mantan Kabid Humas Polda Sulsel itu.

 

Menurut Zulpan, identitas Abdul Manaf yang tersebar di media sosial merupakan hasil rekaman CCTV.

 

Zulpan mengaku pihaknya bijaksana memulihkan nama baik Abdul Manaf setelah memeriksanya di Karawang, Jawa Barat beberapa hari pascakejadian.

 

"Justru polisi bersifat bijaksana menyampaikan bahwa yang dimaksud bukan Abdul Manaf," kata Zulpan.

 

Polisi meralat status Abdul Manaf sebagai tersangka pengeroyokan pegiat media sosial Ade Armando saat demo BEM SI di DPR pada Senin (11/4).

 

Hal itu setelah polisi menginterogasi Abdul Munaf setelah menemukan keberadaannya di Karawang, Jawa Barat.

 

Zulpan mengatakan Abdul Manaf tidak terlibat dalam peristiwa pengeroyokan terhadap Dosen Universitas Indonesia (UI) itu berdasarkan hasil pemeriksaan.

 

“Kami lakukan pemeriksaan awal ternyata Abdul Manaf itu tidak terlibat," kata Zulpan.

 

Zulpan menyebutkan dalam foto yang beredar, memang pelaku yang mengenakan topi di lokasi mirip Abdul Manaf.

 

Namun, hasil pencocokan menggunakan teknologi face recognition tingkat akurasinya tidak 100 persen.

 

Lantas, polisi menguji wajah Abdul menggunakan alat yang sama.

 

Hasilnya, dipastikan bahwa Abdul bukan pelaku pengeroyokan Ade Armando.

 

Hal lain yang memperkuat Abdul bukan pelaku ialah saat kejadian tidak berada di lokasi. (jpnn)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.