Latest Post


 

SANCAnews.id – Sepekan ini nama Ade Armando jadi perhatian nasional. Nah ternyata eh ternyata masa lalu Ade Armando ini nggak banyak diketahui lho. Dulu Ade Armando miskin terkucilkan dihina pula.

 

Masa lalu Ade Armando miskin, usai ayahnya yang seorang mayor TNI menjabat atase militer di dua negara ASEAN dipecat setelah peristiwa tragedi 1965 lho.

 

Miskin terkucilkan dihina-hina 

Wartawan senior, Dahlan Iskan mengulas soal profil keluarga dan asal usul Ade Armando.

 

Menurut Dahlan momentum 11 April kemarin bisa menjadikan namanya bisa makin besar. Bukan tidak mungkin, nanti Ade Armando bisa makin bergerak dalam usaha perbaikan bangsa dan menjadi kekuatan politik.

 

Nah Dahlan berpendapat pula, Ade Armando bisa meluapkan 'dendam' masa lalunya yang membuatnya dia terbuang, miskin, dikucilkan.

 

"Miskin karena orang tuanya harus kehilangan pekerjaan sebagai tentara," tulis Dahlan dalam Catatan Harian Disway dikutip Hops.ID, Sabtu 16 April 2022.

 

Padahal, kala itu ayah Ade Armando sedang jaya-jayanya, pangkat mayor, jabatannya lumayan atase militer di dua negara ASEAN.

 

Tapi ayah Ade Armando dipecat karena dampak tragedi G30S pada 1965. Dahlan menduga ayah Ade Armando diberhentikan karena dinilai loyalis Bung Karno.

 

"Mungkin dianggap terlalu Sukarnois –yang harus dibersihkan oleh Orde Baru," tulis Dahlan.

 

Kena dampak tragedi 1965, Dahlan menuliskan, keluarga Ade Armando sampai harus merantau ke Malaysia mencari penghidupan. Nah di negeri ini, Ade Armando kecil merasa nggak dihormati.

 

"Di Malaysia Ade-kecil merasa dihina-hina. Ia tidak bisa bahasa Inggris. Itu yang membuatnya dendam sehingga akhirnya gigih belajar bahasa itu," tulis Dahlan.

 

Cuma kalah dari Rocky Gerung 

Kegigihan Ade Armando dari kondisi itu berbuah. Ade bisa kuliah di Universitas Indonesia, bahkan bisa studi Pascasarjana ke luar negeri, Kuliah di di University of Florida, Amerika Serikat, antara Orlando dan Atlanta.

 

Dipecat, ayah Ade Armando mengidamkan anaknya jadi diplomat sepertinya. Namun Ade Armando lebih pilih menjadi dosen komunikasi di UI, sepulang dari kuliah di Amerika Serikat dia kembali ke kampus dan mengambil program doktor di UI.

 

Meski nggak sampai jadi diplomat, tapi Ade Armando mengajarkan mata kuliah global communication.

 

Di lapangan kampus UI, sebagai dosen Ade Armando itu digemari, cara mengajarnya up date. Menurut salah satu dosen di UI, cara ngajar Ade Armando itu cuma kalah dari Rocky Gerung saja. Dahlan menuliskan, dosen di UI ngakui kalau diberi skala sebagai dosen, Ade Armando bisa pada skala 9 dari 1-10. ***



 

SANCAnews.id – Sudah beberapa hari berlalu sejak demonstrasi mahasiswa pada Senin (11/4/2022) digelar. Namun media sosial masih diramaikan dengan berbagai video di lokasi kejadian.

 

Salah satunya seperti yang diunggah akun Instagram @majeliskopi08 berikut ini. Mengutip keterangan di kolom caption, video ini juga sempat dibagikan oleh akun Twitter pakar telematika Roy Suryo pada Rabu (14/4/2022) malam.

 

Video itu bukan memperlihatkan pemandangan mahasiswa yang berunjuk rasa maupun kerusuhan yang terjadi. Video itu justru menunjukkan antrean sejumlah orang menunggu pembagian jas almamater.

 

Ya, jas almamater yang menjadi identitas mahasiswa kala beraksi tampak dibagikan kepada kerumunan orang yang diduga oknum massa demonstran itu.

 

"Beredar sebuah video oknum pendemo ramai-ramai antre menunggu pembagian jas almamater berbagai warna," tutur @majeliskopi08 sebagai caption unggahannya, dikutip Suara.com pada Jumat (15/4/2022).

 

Bukan hanya perkara pembagian jas almamaternya, publik juga sangat menyoroti lokasi antrean tersebut. Pasalnya jas almamater itu dibagikan di samping mobil polisi.

 

Bahkan tampak pembagian itu diatur oleh beberapa orang berseragam polisi. Lalu setelahnya mereka yang telah mengenakan jas almamater dipersilakan masuk ke Gedung DPR RI.

 

"Dalam video itu, tampak puluhan orang berkerumun sampin mobil polisi yang membawa kawat berduri. Mereka tampak menerima pembagian jas almamater, ada yang warna abu-abu, biru dan merah," jelas @majeliskopi08 melanjutkan.

 

Unggahan ini tentu langsung mendapat beragam respons dari warganet. Bukan cuma memicu berbagai spekulasi mengenai demo kemarin, warganet rupanya juga meributkan soal sosok perekam video tersebut.

 

Pasalnya ketika kamera dijauhkan, terlihat sebuah topi loreng-loreng serupa seragam TNI di dashboard mobil yang melewati antrean tersebut. Meski begitu tak terlalu jelas bordiran nama yang tertera di topi tersebut.

 

"Penghianatan demokrasi," kritik warganet.

 

"Penyamaraann welcome di negeri wanda hamidah , ehh wakanda maksndya," celetuk warganet.

 

"Yang videoin TNI," kata warganet, fokus pada sosok perekam video tersebut.

 

"Gitu sibuk demo ditunggangi, yaelah. Lempar manggis jambu kudapat," sindir warganet.

 

"Yahh ketauan dah wkwk," komentar warganet.

 

"Itu mungkin dicegat pak polisi kalau tidak pakai almamater dilarang masuk makanya pada ambil almamaternya dalam tas.." jelas warganet.

 

"Indomie telor itu kek nya," seloroh warganet lain, merujuk pada sosok intel yang disebut kerap berbaur di antara massa demonstran.

 

Hingga artikel ini ditulis, belum ada keterangan pasti terkait antrean jas almamater tersebut. (suara)


Selengkapnya, tonton videonya:




 

SANCAnews.id – Seorang anggota kepolisian diduga menendang kemaluan seorang ibu-ibu saat aksi unjuk rasa mahasiswa pada Senin (11/4/2022) lalu. Peristiwa itu bahkan viral di media sosial dalam bentuk sebuah video.

 

Terhadap hal tersebut, Polda Metro Jaya buka suara. Melalui Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes E. Zulpan, dugaan peristiwa tersebut dibantah dan tidak benar adanya.

 

"Tidak benar," singkat Zulpan kepada wartawan, Sabtu (16/4/2022) hari ini.

 

Video dugaan penendangan terhadap ibu-ibu itu dibagikan oleh akun @hermaenaganta93 di jejaring media sosial TikTok pada Kamis (14/4/2022) lalu. Rekaman video memperlihatkan suasana demonstrasi, sejumlah anggota polisi terlihat berjaga di jalanan tersebut.

 

Baca Juga:Viral Pidato Perpisahan Pilot di Penerbangan Terakhir Sebelum Pensiun, Publik Ikut Terharu

 

Seorang ibu-ibu terdengar marah dan berteriak kepada salah satu anggota polisi yang berada di lokasi kejadian. Dia merasa geram lantaran anggota polisi tersebut diduga menendang kemaluannya.

 

"Keterluan sekali kamu nendang, kurang ajar kamu! Saya ini perempuan, kamu beraninya tendang-tendang kurang ajar," pekik ibu yang memakai jas hujan.

 

Menurut keterangan, si ibu sedang membagikan takjil kepada pendemo hingga tiba-tiba diduga ditendang kemaluannya oleh sang polisi. "Anggota polisi tendang kemaluan ibu-ibu saat bagikan takjil ke mahasiswa pendemo," tulis keterangan dikutip Beritahits.id, Jumat (15/04/2022).

 

Sementara itu, sang anggota polisi tersebut terlihat berjalan menghindari si ibu. Namun, si ibu terus mengejar sambil memarahinya karena merasa terlecehkan dengan perlakuan oknum polisi tersebut.

 

Masih dalam video tersebut, sang amggota polisi sempat mengatakan sesuatu hal ke si ibu, namun tak terdengar cukup jelas.

 

Baca Juga:Tukang Sayur Anti Mainstream, Dagangan Ditata Super Rapi agar Ibu-ibu Senang Belanja

 

"Setan kamu, dakjal kamu. Masa kamu tendang kemaluan saya. Kurang ajar itu!" teriak ibu itu sambil menarik-narik seragam polisi si oknum.

 

Seorang polisi lain tampak mencoba menenangkan ibu itu dan meminta anggota polisi tersebut tak kabur begitu saja.

 

Sejumlah polisi lain pun mulai menenangkan ibu dan meminta si oknum tak pergi. Namun, polisi yang diduga menendang kemaluan ibu itu tetap pergi meninggalkan lokasi dan tak kembali. (suara)



 

SANCAnews.id – Novel Bamukmin diminta agar tak melayani tantangan duel yang disampaikan Denny Siregar. Sebab jantung Denny bermasalah, takutnya nanti Innalillahi atau meninggal.

 

Pegiat medsos Darmansyah menyarankan kepada Wasekjen PA 212 Novel Bamukmin ini agar tidak menerima tantangan duel yang disampaikan Denny Siregar.

 

Saran tersebut disampaikan Darmansyah kepada Novel usai Wasekjen PA 212 itu merespons tantangan Denny untuk duel di atas ring tinju.

 

“Menurut saya, Novel sebaiknya tidak usah menanggapi tantangan duel dari Denny Siregar. Apalagi sampai terjadi duel benaran di ring tinju,” katanya, Sabtu (16/4).

 

“Mas Novel perbanyak istigfar saja. Tidak usah meladeni ocehan Denny Siregar melalui akun twitternya yang menantang untuk duel di ring tinju,” jelasnya lagi.

 

Menurutnya, jika duel jadi digelar, nanti yang rugi Novel Bamukmin sendiri. Bukan Denny Siregar.

 

Denny Siregar bukanlah lawan sebanding bagi Novel Bamukmin untuk melakukan adu jotos.

 

Sebab Denny secara kesehatan, jantungnya bermasalah. Sudah pernah pasang ring. Sedangkan Novel belum pasang ring jantung.

 

Orang-orang yang sudah pasang ring jantung, biasanya mendengar suara keras atau bentakan dari seseorang saja bisa gemetaran.

 

“Saya khawatir, Denny dibentak keras oleh Novel saja bisa jantungan dan pingsan. Apalagi sampai kena pukulan dari Novel bisa innalillahi,” tegasnya.

 

“Saya berharap tantangan duel dari Denny tidak ditanggapi serius oleh Novel sampai terjadi duel benaran di atas ring tinju atau dimana pun,” katanya lagi.

 

Dia menyarankan, Novel sebagai seorang muslim di tengah bulan suci Ramadan ini fokus menjalankan ibadah puasa saja. Perbanyak sholat dan bersedekah. Supaya banyak pahala.

 

“Tidak usah meladeni godaan setan. Bikin rugi diri sendiri saja nantinya,” sindirnya lagi. (pojoksatu)



 

SANCAnews.id – Penolakan mayoritas masyarakat terhadap upaya-upaya penundaan pemilu, yang puncaknya terjadi pada aksi mahasiswa di depan Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (11/4), dipicu oleh gelagat satu aktor di pemerintahan.

 

Menurut Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, aktor pemicu gelombang aksi mahasiswa ialah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

 

Pasalnya dia menilai, ketika Luhut muncul ke permukaan untuk mengkampanyekan isu penundaan pemilu penolakan dari masyarakat menjadi begitu besar.

 

"Jadi sebenarnya Pak Luhut bukanlah yang pertama dalam gerakan ini yang sudah berjalan hampir setahun lalu. Artinya eskalasinya sudah terbangun," ujar Rico kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (16/4).

 

Selain itu, Rico belakangan melihat aksi BEM Universitas Indonesia (UI) menuntut Luhut membuka big data yang diklaim mendukung penundaan pemilu, menjadi salah satu eskalasi reaksi.

 

Apalagi menurut Rico, kondisi ekonomi nasional yang dikerjakan pemerintah saat ini, dianggap masyarakat tak cukup menyejahterakan. Sehingga kegelisahan terhadap rezim akhirnya pecah.

 

"Eskalasi reaksinya seperti ledakan, karena bara penolakan sudah lama tapi seperti nyala dalam sekam, tertahan. Beriringan dengan beratnya tekanan ekonomi, dengan kenaikan harga-harga, meledaklah itu semua," demikian Rico. (*)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.