Dinilai Antitesa Istana, Elektabilitas Anies Menguat Jelang 2024
SANCAnews.id – Elektabilitas Anies Baswedan
sebagai capres potensial di 2024 menguat dalam sejumlah survei, saat bersamaan
elektabilitas Prabowo Subianto menurun, dan Ganjar Pranowo stagnan.
Data teranyar, elektabilitas Anies naik sekitar 3% menurut
survei SMRC dan 2% menurut Indikator Politik dalam setahun terakhir.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang
Komarudin berpendapat hasil ini besar dipengaruhi prestasi Anies sebagai
Gubernur DKI Jakarta. Salah satunya dalam membangun Jakarta International
Stadium (JIS) yang megah dan disanjung publik.
"Anies kelihatannya progresif. Relawannya jalan,
dibentuk di semua daerah. Prestasinya dimunculkan, paling banyak menyedot
perhatian JIS," kata Ujang saat dihubungi, Jumat (8/4).
"Itu buat banyak ke sanjungan masyarakat termasuk Ridwan
Kamil katakan keren. Kita tahu Ridwan Kamil arsitek yang melihat kehebatan dan
kemegahan JIS lalu menyanjung Anies," imbuhnya.
Selain itu, Ujang melihat Anies dekat dengan publik. Seiring
dengan sejumlah prestasinya, ini pun dinilainya menjadikan Anies harapan publik
di 2024.
"Saya lihat Anies punya sisi lain, dia mampu publikasi
prestasi dan diketahui publik. Dan Anies jadi antitesa Istana, pemerintah. Jadi
Anies bisa berikan harapan, kelihatannya. Beri harapan ke publik walaupun belum
tentu ke depannya," papar dia.
Lebih lanjut, Ujang juga berkomentar soal elektabilitas
Prabowo Subianto yang menurun dalam setahun terakhir menurut sejumlah survei.
Menurutnya, ini bisa jadi disebabkan karena Prabowo nampak kurang dekat dengan
publik, sudah 3 kali gagal di ajang Pilpres, dan bergabung di parpol koalisi
Jokowi.
Sementara itu, Ganjar Pranowo yang kerap bersaing dengan
Anies dan Prabowo di survei capres, belakangan terpantau stagnan. Ujang
berpendapat, ini karena kemunculan sejumlah kontroversi terkait Ganjar seperti
konflik Wadas dan polemik e-KTP.
"Ganjar kan banyak diterpa masalah. Kasus Wadas, lalu
dimunculkan kembali kasus e-KTPnya, ini juga kerugian bagi Ganjar. Serangan
pada Ganjar luar biasa banyak," terangnya.
"Yang tadinya persoalan Ganjar tidak terbuka, sekarang
terbuka. Wadas dan e-KTP berpengaruh besar walaupun belum tentu korupsi atau
tidak. Itu kan praduga tak bersalah," tambah dia. (kumparan)