Pintu Demokrasi Terhenti, RR: Tidak Aneh Jika Terjadi Gerakan Mahasiswa
SANCAnews.id – Hidup dan kehidupan warga negara
Indonesia pada periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo dirasa sudah
terhambat alias mandek, baik dari segi berdemokrasi maupun pemenuhan ekonomi.
Begitu analisis mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi,
Keuangan, dan Industri era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli, yang
disampaikan dalam siaran kanal Youtube Bravos Radio Indonesia pada Jumat (8/4).
Dalam penjelasannya, RR biasa Rizal Ramli disapa, menyatakan
bahwa negara demokrasi yang normal memiliki prinsip trias politika. Di mana
lembaga eksekutif diawasi oleh legislatif maupun oleh yudikatif.
"Tapi ketika trias politika tidak berfungsi, aspirasi
masyarakat itu mandek karena eksekutif legislatif dan yudikatif ada dalam satu
kelompok yang mempertahankan status quo. Tidak aneh kemudian kalau pintu-pintu
demokrasi mandek," ujar RR.
Di samping demokrasi yang sudah semakin turun indeksnya di
mata masyarakat nasional maupun dunia, capaian ekonomi yang dikerjakan
pemerintahan Jokowi tak cukup mengubah kesejahteraan masyarakat.
"Kondisi ekonomi kita hari ini buat rakyat biasa sangat
sulit. Bahkan, maaf. Kalau saya bandingkan dengan kondisi ekonomi rakyat pada
Maret 98 sampai April 98, kondisi hari ini 3 sampai 4 kali lebih jelek,"
tuturnya.
Sebagai contoh, begawan ekonomi ini menyebutkan jumlah orang
yang menganggur masih cukup banyak. Jika mengacu kepada data Badan Pusat
Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 6,49 persen pada
tahun 2021 kemarin.
"Pendapatan tidak ada, pengangguran lebih banyak dan
ditambah harga-harga naiknya luar biasa. Jadi tidak aneh rakyat sudah gelisah,
dan seolah-olah tidak ada harapan," imbuhnya.
Yang disayangkan RR, dalam suasana seperti ini DPR RI tidak
menjalankan fungsi legislatifnya maupun kekuatan-kekuatan politik formal,
tetapi malah menjadi hamba dari kekuasaan, sehingga tidak menjelaskan dan
memperjuangkan aspirasi rakyat.
"Akhirnya yang terjadi adalah gerakan rakyat, gerakan
mahasiswa, gerakan pemuda, untuk menjebol tembok-tembok yang membatasi
demokrasi itu tadi, dan membawakan suara rakyat agar kenaikan harga-harga ini
jangan terlalu memukul rakyat," demikian Rizal Ramli. (rmol)