Latest Post


 

SANCAnews.id – Kasatpol PP Kecamatan Tanah Abang Budi Salamun menyikapi adanya spanduk bergambar Panglima TNI Jenderal Andika bertuliskan "Waspadalah!!! Bangkitnya PKI Gaya Baru”, di dua titik kawasan Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang.

 

Budi mengatakan, pihaknya segera melakukan pengecekan terhadap spanduk tersebut pada Minggu 3 April, malam. Setelah dilakukan pengecekan di lokasi, petugas Satpol PP tidak menemukan adanya spanduk tersebut.

 

"Di cek enggak ada, engga tau emang gak ada atau dicopot. Enggak paham," kata Budi Salamun saat dikonfirmasi VOI, Senin 4 April.

 

Berdasarkan informasi yang dihimpun, spanduk itu ditemukan terpasang di dua titik wilayah Kelurahan Gelora, Tanah Abang. Sedangkan titik kedua ditemukan di Flyover Ladogi, Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Gelora, Tanah Abang.

 

"Sekarang lagi patroli, lingkar wilayah. Kita full jaga Pasar Tanah Abang. (spanduk) Sudah (dicopot)," ujarnya.

 

Sebelumnya diberitakan, spanduk bertuliskan "Waspadalah!!! Bangkitnya PKI Gaya Baru bertebaran di kawasan Tanah Abang, Minggu 3 April, kemarin.

 

Spanduk ujaran kebencian terhadap Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa itu sempat membuat heboh warga sekitar dan para pengendara yang melintas.

 

Menurut informasi yang dihimpun, kedua spanduk tersebut langsung diturunkan oleh petugas. Selanjutnya spanduk diamankan ke Koramil Tanah Abang. (*)



 

SANCAnews.id – Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien Rais menilai, jika Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi diberikan masa jabatan tiga periode, maka kebangkitan komunisme menjadi hal yang pasti.

 

Pernyataan Amien itu disampaikan merespons semakin gencarnya pihak-pihak mengampanyekan agar masa jabatan Jokowi diperpanjang hingga tiga periode.

 

Ia menilai, rezim saat ini sebenarnya dikuasai oleh dua orang yakni Presiden Jokowi dan Menteri koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.

 

"Kalau Jokowi duet dengan Luhut misalnya ini naudzubillah min zalik jangan sampai menang lagi 3 periode diberikan kepada pak Jokowi, maka kebangkitan komunisme itu merupakan sebuah hal yang pasti ya, jadi komunisme akan diberikan angin buritan," kata Amien Rais di chanel Youtubenya Amien Rais Official sebagaimana dikutip Suara.com, Senin (4/4/2022).

 

Menurutnya, kebangkitan komunisme itu nanti akan diarahkan langsung dari Beijing, Tiongkok. Hal itu, kata dia, sangat membahayakan umat Islam di Indonesia.

 

"Tentu aba-aba dari Beijing itu akan dilaksanakan dan ini tentu buat kita apalagi umat Islam sesuatu yang amat sangat berbahaya, karena begitu mereka menjadi rezim, katakanlah semi komunis saja pun dengan arahan-arahan Xi Jinping bisa saja kemudian kekuatan Islam dipreteli," tuturnya.

 

Lebih lanjut, Amien mengaku kekinian khawatir dengan hal tersebut. Apalagi, saat ini, pemimpin berlatar belakang Islam tak pernah berpikir, hanya memuji Jokowi.

 

"Jadi saya khawatir kadang-kadang ada pemimpin Islam begitu seperti nggak pernah berpikir hanya mengelu-elukan pak Jokowi, sementara dia tidak pernah, andai kata dia berpikir lagi di periode 3 seperti apa nasib umat Islam," tandasnya. (*)




SANCAnews.id – Kekuasaan Presiden Joko Widodo dianggap menindas dan tidak bikin sejahtera rakyat. Atas kinerjanya sebagai presiden yang kerap menyusahkan rakyat itulah Jokowi dinilai tidak pantas mencari dalil untuk memperpanjang masa jabatan kekuasaannya.

 

"Bagi rakyat, Jokowi kesulitan Mencari dalil untuk memperpanjang masa jabatan kekuasaannya.

 

"Bagi rakyat, Jokowi kesulitan cari dalil untuk perpanjang masa jabatan kekuasaannya," ujar Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (3/4).

 

Karena kata Muslim, kekuasaan Jokowi bikin rakyat susah dan menderita akibat apa-apa serba mahal. Seperti minyak goreng mahal, Pertamax naik, PPn naik, hingg bahan pokok lainnya serba naik.

 

"Dengan semua kenaikkan itu, rakyat sangat terpukul. Kekuasaan Jokowi dianggap menindas dan tidak bikin sejahtera rakyat. Dengan kesulitan hidup rakyat hampir semua kalangan ini bahkan bukan perpanjangan kekuasaan yang didapat, malah rakyat ingin agar Jokowi dipercepat masa kekuasaannya, bukan di perpanjang," jelas Muslim.

 

Bahkan kata Muslim, jika perlu tidak menunggu hingga Pemilu 2024, jabatan Jokowi diakhiri secara konstitusional berhenti di tengah jalan.

 

Ia pun menyinggung beberapa Presiden yang akhirnya berakhir di tengah jalan seperti Soekarno, Soeharto, BJ. Habibi dan Abdurrahman Wahid.

 

Terkait dengan Jokowi, Muslim Arbi berpendapat, rakyat akan berpikir karena selama berkuasa Jokowi membuat rakyat susah. Imbasnya, akan banyak rakyat yang berpikir sebaiknya Jokowi mengakhiri jabatannya sesegara meungkin.

 

"Pasti rakyat berpikir, ngapain punya presiden yang kerjanya bikin susah rakyat berlama-lama berkuasa?" pungkas Muslim. (*)



 

SANCAnews.id – Rakyat Indonesia saat ini dihadapkan dengan situasi sulit dari segi ekonomi. Pasalnya, sejumlah harga bahan pokok pangan meroket, menyusul bahan bakar minyak juga ikut naik.

 

Di sisi lain, wacana penundaan pemilu 2024 dan atau penambahan masa jabatan presiden terus didengungkan oleh para elit politik dan juga pemerintah.

 

Menyikapi hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin berpendapat bahwa wacana penundaan Pemilu 2024 bisa membuat pemerintah kehilangan kepercayaan rakyat, jika terus didengungkan.

 

"Dampaknya rakyat semakin menjerit dan sulit. Akan berimbas pada menurunnya kepercayaan rakyat pada pemerintah,” tegas Ujang kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (3/4).

 

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini menegaskan bahwa penambahan masa jabatan presiden sangat tidak relevan dengan kondisi serba sulit saat ini. Sebaliknya, yang diinginkan rakyat adalah bergantinya rezim dengan pemerintahan baru yang bisa memberi solusi.

 

"Sama sekali tak relevan dengan keinginan mereka 3 periode, menunda pemilu atau memperpanjang masa jabatan presiden. Karena rakyat butuh pemimpin baru yang bisa memberikan solusi atas permasalah-permasalahan yang sedang dihadapi rakyat,” ujarnya.

 

Selain itu, dampak yang akan terjadi jika adanya penundaan pemilu di tengah situasi sulit saat ini adalah resesi ekonomi yang akan membuat rakyat murka terhadap pemerintah.

 

"Bisa saja terjadi. Jika itu diikuti oleh resesi ekonomi yang dahsyat,” tutupnya. (*)



 

SANCAnews.id – Gerindra mencopot Mohamad Taufik dari jabatan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Pencopotan Ketua Dewan Penasihat DPD Gerindra DKI dari posisi pimpinan di DPRD dianggap memiliki maksud politik tertentu.

 

Pengamat politik dari Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno memandang pencopotan ini merupakan cara Gerindra menyingkirkan atau membersihkan loyalis Anies Baswedan dari posisi penting di Jakarta.

 

Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu Taufik pernah mendoakan Anies Baswedan sebagai presiden di masa mendatang.

 

"Satu-satunya dosa besar yang dilakukan M. Taufik adalah mendoakan Anies jadi presiden. Makanya, beliau ditertibkan dengan cara dipecat," kata Adi saat dihubungi VOI, Minggu, 3 April.

 

Adi memandang, sikap Taufik yang "memaniskan" Anies telah membuat Gerindra gusar. Sebab, Gerindra sendiri telah memberi sinyal akan kembali mengusung Prabowo Subianto untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2024.

 

"Dosa ini tak bisa dimaafkan sepertinya, karena Gerindra sudah bulat dukung Prabowo maju kembali 202. Bagaimanapun juga, M. Taufik adalah salah satu pendiri sekaligus tokoh penting Gerindra DKI Jakarta," ungkap dia.

 

Sebelumnya, Taufik memberi tanggapan soal kemungkinan alasan pencopotannya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI karena telah mendoakan Anies sebagai presiden. Menurut dia, meskipun ia adalah kader Partai Gerindra, doa agar Anies bisa menjadi Presiden RI adalah hal yang wajar.

 

"Masa, soal doa saja enggak boleh?" ucap Taufik kepada wartawan, Jumat, 1 April.

 

Meski demikian, Taufik belum tahu pasti alasan partai menggantikan dirinya dengan kader lain dari jabatan pimpinan DPRD DKI dari Fraksi Gerindra tersebut. Pencopotan ini apakah diakibatkan dukungan Taufik kepada Anies atau bukan, ia belum bisa memastikan.

 

"Ya saya enggak tahu. Saya enggak paham alasannya kenapa diganti. Tapi yang jelas bahwa penggantian itu saya anggap biasa saja, wajar-wajar saja," ungkap Taufik. (*)

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.