Latest Post


 

SANCAnews.id – Presiden Joko Widodo tidak hanya memperlihatkan haus kekuasaan saat memberi pernyataan normatif tentang wacana penundaan pemilu. Tapi juga tampak memiliki rasa ketakutan saat dia tidak lagi menjabat sebagai presiden.

 

Begitu kata Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (6/3).

 

Menurutnya, Jokowi merasa perlu untuk terus berkuasa agar bisa melindungi diri dan kroninya. Atas dasar itu, Jokowi mempersilakan warga negara berwacana tentang penundaan pemilu.

 

"Sikap Jokowi itu perlihatkan rasa takut kalau dia tidak jadi presiden akan ditangkap atas sejumlah kasusnya. Makanya dia ingin terus dan terus berkuasa,” tegas Muslim.

 

Muslim Arbi juga tidak terkejut dengan apa yang disampaikan Jokowi. Pasalnya, karakter tersebut sudah sering diperlihatkan mantan Walikota Solo itu dalam banyak kesempatan.

 

“Seperti Jokowi umbar janji selama kampanye pilpres. Tapi dia ingkari tanpa merasa bersalah. Ini pemimpin yang setia pada kepentingannya. Bukan pada kepentingan rakyatnya,” tutupnya. ***



 

SANCAnews.id – Menko Polhukam Mahfud MD menjawab tantangan debat anggota Komisi I DPR Fadli Zon dengan para sejarawan terkait Keppres Nomor 2/2002 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara. Beleid itu mengambil peristiwa Seranga Umum 1 Maret 1949 sebagai tonggak eksistensi NKRI namun tidak mencantumkan nama Soeharto yang dianggap Fadli berperan besar.

 

Fadli meminta agar Keppres 2/2022 direvisi karena berusaha membelokkan sejarah dan menantang Mahfud memfasilitasi debat dengan sejarawan penyusun naskah akademik keppres tersebut. "P @mohmahfudmd mari ajak diskusi/debat saja sejarawan di belakang Keppres itu. Kita bisa adu data dan fakta. Tapi jangan belokkan sejarah!," cuit Fadli, Jumat (4/3/022) petang.

 

Merespons Fadli, Mahfud justru meminta Fadli sendiri yang menghubungi sejarawan tersebut. Bahkan, Mahfud membawa-bawa nama Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X ihwal masalah ini.

 

"Silahkan, langsung ajak sendiri kalau mau debat, Pak. Pak @fadlizon kan bisa hubungi dia, bahkan bisa juga langsung ajak debat ke Gubernur DIY," jawab Mahfud.

 

Menurut dia, permasalahan ini sudah didiskusikan sejak beberapa tahun lalu, tepatnya Tahun 2018. Eks Menteri Pertahanan (Menhan) ini mengaku ikut rapat tersebut.

 

"Tim Naskah Akademik Pemda DIY dan sejarawan UGM itu sudah berdiskusi sejak 2018. Sy rak ikut di sana. Sy juga tak sempat jadi panitia debat," ucapnya.

 

Sebelumnya, Mahfud menyebut Fadli bukan seorang ahli di bidang sejarah. Lebih lugas Fadli disebutnya bukan penentu benar tidaknya sebuah peristiwa sejarah. "Penentu kebenaran sejarah itu bukan Fadli Zon. Tetapi ilmiahnya adalah sejarawan dan forum akademik," jelas Mahfud kepada wartawan, Jumat (4/3/2022).

 

Kendati demikian, sambung Mahfud, apa pun pernyataan yang terlontar dari Fadli Zon tetap harus didengarkan. Toh, pemerintah sama sekali tak pernah meniadakan peran Soeharto dalam sejarah serangan.

 

"Kita tak pernah meniadakan peran Soeharto, malah itu di naskah kademik Kepres nama Soeharto disebut 48 kali. Karena kita (Pemerintah) menencatat dengan baik peran Pak Harto," ucapnya.  (sindonews)



 

SANCAnews.id – Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid mengatakan pernyataan Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) terkait penceramah radikal merupakan peringatan kuat untuk meningkatkan kewaspadaan nasional.

 

Pernyataan Presiden Jokowi pada Rapat Pimpinan TNI-Polri, di Mabes TNI, Jakarta, Selasa (1/3/2022) itu harus ditanggapi serius oleh seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan masyarakat pada umumnya tentang bahaya radikalisme.

 

“Sejak awal kami (BNPT, Red) sudah menegaskan bahwa persoalan radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini, karena sejatinya radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme. Radikalisme merupakan sebuah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama,” kata Ahmad seperti dilansir ANTARA, Sabtu (5/3/2022).

 

Sementara itu, untuk mengetahui penceramah radikal, Nurwakhid mengurai beberapa ciri-ciri atau indikator yang bisa dilihat dari isi materi yang disampaikan bukan tampilan penceramah.

 

Setidaknya, menurut Nurwakhid, ada lima indikator, yaitu:

 

1. Mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan pro ideologi khilafah transnasional.

2. Mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama.

3. Menanamkan sikap antipemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, ujaran kebencian (hate speech), dan sebaran hoaks.

4. Memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas).

5. Biasanya memiliki pandangan antibudaya ataupun antikearifaan lokal keagamaan.

 

“Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada tampilan, tetapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan, dan keragaman,” katanya pula.

 

Sejalan dengan itu, Nurwakhid juga menegaskan strategi kelompok radikalisme memang bertujuan untuk menghancurkan Indonesia melalui berbagai strategi yang menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat.

 

“Ada tiga strategi yang dilakukan oleh kelompok radikalisme. Pertama, mengaburkan, menghilang bahkan menyesatkan sejarah bangsa. Kedua, menghancurkan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Ketiga, mengadu domba di antara anak bangsa dengan pandangan intoleransi dan isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan),” kata Nurwakhid.

 

Strategi ini dilakukan dengan mempolitisasi agama yang digunakan untuk membenturkan agama dengan nasionalisme dan agama dengan kebudayaan luhur bangsa. Proses penanamannya dilakukan secara masif di berbagai sektor kehidupan masyarakat, termasuk melalui penceramah radikal tersebut.

 

“Inilah yang harus menjadi kewaspadaan kita bersama dan sejak awal untuk memutus penyebaran infiltrasi radikalisme ini salah satunya adalah jangan asal pilih undang penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi keagamaan masyarakat,” katanya lagi. (indozone)



 

SANCAnews.id – Salah satu Kiyai NU, Muhammad Ishaq Lasem menilai rusaknya NU itu sejak zaman KH. Abdurrahman Wahid atau gus Dur.

 

Diketahui bahwa Kiyai Muhammad Ishaq Lasem sendiri adalah pengasuh salah satu Pondok Pesantren Lasem yang masih bagian dari NU.

 

Kiyai Muhammad Ishaq Lasem sendiri justru menilai bahwa gus Dur adalah tokoh yang merusak NU.

 

“Saya di Nu 20 tahun,” ujar Kiyai Muhammad Ishaq lasem dalam video yang diunggah channel youtube NU Garis Lurus, dengan judul ‘Rusaknya NU Sudah Sejak Zaman Gus Dur’, sebagaimana dilansir pada Sabtu, 5 Maret 2022.

 

“Di Cabang NU Lasem, tahun 84 sampai 2004, saya cucu mbah dowi, saya salut sama kiyai Luthfi, detail sekali,” ujar Muhammad Ishaq Lasem melanjutkan.

 

“Saya engga menanggapi itu, saya cerita sedikit tentang NU,” ujar Muhammad Ishaq lasem melanjutkan.

 

Kemudian, Muhammad Ishaq Lasem secara tegas menyampaikan pendapatnya bahwa NU sudah rusak sejak zaman gus Dur.

 

Selain itu, dirinya juga menjelaskan bahwa pamannya, yaitu kiyai Hamid telah menuduh gus Dur beraliran syi’ah.

 

“jadi begini, NU itu rusak tidak oleh Said Aqil, mulainya gus Dur! ya orang menganggap wali, kalau Lasem menganggapnya itu sesat ya!,” ujar Muhammad Ishaq Lasem menjelaskan.

 

“Pa le saya kiyai Hamid, menuduh gus Dur Syi’ah!, loh betul itu saya saksinya,” ujar Muhammad Ishaq Lasem melanjutkan.

 

“Dan waktu itu gus Dur mau nuntut, di koran-koran itu tahun 89-90 itu,” ujar Muhammad Ishaq Lasem melanjutkan.

 

“Jadi Said Aqil ini kadernya gus Dur!, jadi rusaknya NU itu dari gus Dur!,” ujar Muhammad Ishaq Lasem menandaskan. (terkini)



 

SANCAnews.id – Kembali viral video ceramah Ustadz Zulkifli M Ali yang menyinggung jasad Fir’aun mirip dengan salah seorang yang ada di Indonesia. Hal itu sebagaimana diunggah oleh akun YouTube Al Faruq Channel pada 24 Maret 2020 silam, untuk kemudian diposting ulang oleh akun Twitter @JuwitaMalam13 pada Sabtu 5 Maret 2022.

 

Dalam video tersebut, awalnya Ustadz Zulkifli menjelaskan tentang ciri-ciri Dajjal. Menurutnya, Dajjal itu adalah manusia yang memiliki fisik kurang normal.

 

“Jadi Dajjal ini manusia bukan sistem, seorang laki-laki kata Rasulullah, normal, tetapi fisiknya agak sedikit kurang normal. Dia sedikit lebih pendek dari kalian, lehernya lebih panjang sedikit daripada kalian, rambutnya kribo,” ujar Ustadz Zulkifli dalam video tersebut.

 

Saat ini, kata Ustadz Zulkifli, Dajjal telah lepas di daerah Syam. Sebab, tanda-tanda kiamat terbanyak dilakukan di Syam.

 

“Tentang Dajjalnya, tentang Nabi Isanya, tentang Imam Mahdinya, tentang kekuasaan Ya’juj dan Ma’jujnya, itu terjadinya kebanyakan di Syam. Dan Tanda-tanda Dajjal keluar hari ini adanya di Palestina,” terangnya.

 

Untuk membuktikan itu, Ustadz Zulkifli mengajak jamaah yang hadir untuk langsung menyaksikan di Baitul Maqdis.

 

“Bapak mau bukti, silahkan nanti Maret saya berangkat ke Baitul Maqdis insyaallah. Kita Salat di Masjidil Aqsa, dari situ kita nyambung ke Madinah baru ke Makkah jadi tiga Masjidil Haram langsung kita kunjungi dalam satu kali perjalanan,” ujar Ustadz Zulkifli.

 

Saat menjelaskan rute perjalanan itu, Ustadz Zulkifli kemudian menyinggung perjalanan ke Mesir untuk melihat Fir’aun. Menurutnya, bangkai Fir’aun yang diabadikan mirip dengan salah seorang yang ada di Indonesia.

 

“Plus nanti kita ke Mesir jumpa Fir’aun. Bener kita akan jumpa Fir’aun, bangkai Fir’aun yang Allah abadikan pak, ternyata wajah Fir’aun itu betul-betul mirip dengan seseorang yang ada di Indonesia, lihat saja, kok mirip si Fulan yah, bener-bener pak mirip sekali,” tuturnya.

 

Namun, Ustadz Zulkifli enggan memberitahukan siapa orang yang dimaksud mirip dengan Fir’aun tersebut.

 

“Siapakah orang Indonesia ini? saya tidak mau kasih tau yah,” jelasnya.

 

Tentu saja hal itu menimbulkan rasa penasaran warganet untuk menduga siapa gerangan orang yang dimaksud. Salah seorang netizen kemudian mengatakan, bahwa orang tersebut mirip dengan Jokowi.

 

“Mirip Jokowi” ujar akun atas nama Fandhy SQ.

 

Sementara netizen lain menduga, bahwa orang tersebut sama dengan pelaku yang sedang menghancurkan negeri ini.

 

“Mirip Persis Dengan Yg Sedang Menghancurkan Negri ini,” ujar akun Bunasir Nasir. (terkini)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.