Latest Post


 

SANCAnews.id – Bahar Smith bercerita alasan dirinya mengusir Komandan Resort Militer (Danrem) Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI AD Achmad Fauzi di yang menyambangi Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin, Pabuaran, Kabupaten Bogor Jawa Barat.

 

Kepada Babeh Aldo, Bahar Smith bercerita alasannya mengusir Danrem Brigjen (TNI AD) Achmad Fauzi. Ia awalnya mengaku kaget saat belasan anggota TNI AD sudah berada di halaman Pondok Pesantren.

 

“Ana (saya) lagi enak tidur, ana dengar ada ribut-ribut di luar. Ana datengin,” ungkap Bahar Smith sebelum mengusir, ternyata ada Danrem TNI AD Brigjen Achmad Fauzi datang, “Dia bintang satu. Dia jenderal,” cerita Bahar Smith.

 

Dia bilang alasan mereka (Danrem) datang karena ada laporan masyarakat yang bilang ceramah ana memprovokasi, “Ana tanya provokasi apa?,” mereka jawab ini soal marwah TNI dan KSAD Jenderal (TNI AD) Dudung Abdurahman.

 

Ana jawab, “Justru Ana bela marwah TNI. Berapa banyak anggota TNI dan Polri yang terbunuh karena OPM Papua. Kok Dudung malah suruh rangkulan sama OPM. Ini gimana?,” ujar Bahar Smith.

 

Lalu Brigjen Achmad Fauzi bilang; “Anda sebagai ulama seharusnya kasih ceramah yang baik, jangan menghina,” terang Danrem.

 

Namun Bahar menjawab, “Seharusnya Dudung juga melakukan hal yang sama. Sebagai TNI, jangan bicara soal agama,” ujarnya.

 

“Kalau Bapak datang baik-baik, saya akan terima dengan baik. Mau unjuk gigi sama rakyat? Mau takuti rakyat? Jangan gitu lah. Kalau TNI mau shock therapy Bahar Smith, itu tidak mempan buat Ana,” ujarnya. TNI tidak ada urusan.

 

Bahar ingatkan, “TNI itu lahir dari rahim rakyat, dari rahim ulama, rahim Islam. TNI tidak usah ikut campur soal ini. Ini ranah polisi, TNI AD tidak ada urusan. Ana cinta TNI kok,” ungkapnya. (katalogika)



 

SANCAnews.id – Politisi Partai Gerindra Fadli Zon merespons tindakan TNI yang mendatangi Habib Bahar bin Smith di pondok pesantren.

 

Tindakan TNI mwndatangi Bahar juga menjadi ramai di media sosial dan terlihat ia marah dengan salah seorang anggota TNI.

 

Fadli Zon menilai TNI telah melewati batas dan seharusnya TNI memahami tupoksinya.

 

"Seharusnya Aparat TNI bisa memahami tupoksinya. Jelas telah melewati batas," kata Fadli Zon dari Twitter @fadlizon yang dikutip pada Sabtu (1/1/2022).

 

Ia mengatakan demikian setelah melihat sebuah pemberitaan media daring Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun yang turut menyoroti kejadian tersebut.

 

"Sepertinya kita harus buka-buka buku lagi ya ini. Antara peran militer atau TNI dan peran sipil atau polisi. Karena kalau TNI masuk ke wilayah sipil itu berbahaya. Karena mereka itu aparat yang dipersenjatai. Karena itu, mereka tak boleh masuk ke wilayah sipil," ucap Refly.

 

Pada video yang beredar, TNI AD yang diketahui Danrem 061 Surya Kencana Brigjen Achmad Fauzi menemui Bahar.

 

Dalam pembicaraaan itu mengarah pada agar Bahar segera ke Polda Jabar. Dilihat dari sebagian video itu Bahar mengenakan kaos putih berjaket.

 

"Saya punya prinsip, bapak punya prinsip. Kita hidup dengan prinsip," kata Bahar dari video yang beredar.

 

Perwira TNI itu diduga meminta Habib Bahar untuk datang ke Polda Jawa Barat dalam rangka diminta keterangan.

 

Bahar menjawab dirinya pasti datang karena sebagai warga negara yang baik.

 

"Kalau saya bukan warga negara yang baik. Saya sudah pergi. Saya sudah kabur. Ini nggak. Saya laki-laki. Setiap ada masalah pasti saya hadapi," ujar Habib Bahar. (populis)



 

SANCAnews.id – Beredarnya rekaman video yang mempertontonkan seorang berseragam TNI terlibat adu mulut dengan sosok Habib Bahar Bin Smith,dan dibelakangnya juga terlihat beberapa orang berpakaian seragam TNI mendampingi, hal ini mendapat tanggapan dari pengacara Ahmad Khozinudin, dia menilai, sikap TNI tersebut memalukan.

 

Orang berseragam TNI tersebut adalah brigadir jenderal bintang satu yang diduga bernama A.Fauzi, Dia bersama rombongannya mendatangi pondok pesantren Tajul Alawiyyin asuhan Habib Bahar Bin Smith.

 

“Peristiwa ini sangat memalukan, dan justru menimbulkan dugaan ada upaya terstruktur, sistematis dan masif, untuk meneror Habib Bahar setelah sebelumnya dikirimi teror tiga kepala anjing. Publik dapat saja mengaitkan ‘teror’ kepala anjing dengan kedatangan sejumlah anggota TNI,” ujarnya lewat keterangan tertulisnya, dikutip dari Faktaterkini, Sabtu (1/1/2022).

 

Perdebatan Habib Bahar vs TNI itu berkaitan dengan kritikan Habib Bahar atas pernyataan KSAD Dudung Abdurahman yang menyebut tuhan bukan orang Arab. Menurut Ahmad Khozinudin, markas besar TNI harus konfirmasi kejadian itu.

 

“Informasi ini memang perlu dikonfirmasi ulang, dan Mabes TNI harus buka suara agar peristiwa ini tidak menjadi liar. Jika benar, ada kedatangan sejumlah anggota TNI ke pondok pesantren Habib Bahar sebagaimana video beredar, maka ada permasalahan serius ditubuh TNI,” katanya.

 

Dia menilai, kejadian itu jika benar maka, saat ini ada upaya penyalahgunaan kekuatan aparat negara yang berfungsi untuk menjaga kedaulatan Negara, alat pertahanan dan keamanan negara menjadi alat politik oknum TNI.

 

“Dengan dalih apapun, anggota TNI tak memiliki wewenang mendatangi rakyat sipil, dengan sejumlah anggota dan seragam lengkap, apalagi membawa sejumlah ‘pesan dan ancaman’ untuk membungkam hak konstitusional rakyat dalam menyampaikan pendapat” tuturnya.

 

“Kalaupun ada masalah secara hukum, proses penegakan hukum dilakukan oleh institusi kepolisian. Sesuai konstitusi, aparat kepolisian lah yang memiliki fungsi penegakan hukum, bukan institusi TNI” tegasnya.

 

Padahal kata dia, kasus Habib Bahar sedang diproses oleh Polda Jabar. “Polisi sudah menangani perkara, lalu kenapa TNI ikut campur?” katanya.

 

Dia mengatakan bahwa kegaduhan TNI vs Habib Bahar berawal dari ucapan kontroversi KSAD Dudung yang menyinggung Tuhan buka orang Arab.

 

Padahal seharusnya, saluran komunikasi resmi TNI semestinya digunakan untuk menyambung komunikasi publik antara TNI dengan rakyat.

 

“Bukan program podcast yang sebenarnya saluran komunikasi para politisi,” ucapnya.

 

“Padahal, kekuatan negara ini hanya tersisa ditubuh TNI dan umat Islam. Kalau TNI dan umat Islam diadu domba, akan menjadi seperti apa bangsa ini?” tuturnya.

 

Ahmad Khozinudin mengatakan bahwa hanya di rezim Joko Widodo atau Jokowi, TNI diadu dengan Umat Islam dan Ulama.

 

“Semua kegaduhan ini terjadi di era rezim Jokowi. Belum pernah terjadi, Jendral TNI dibenturkan dengan Ulama, prajurit TNI dibenturkan dengan umat Islam. Padahal, dahulu Jenderal hormat pada ulama, prajurit merakyat bersama umat Islam,” pungkasnya. (jabareks)



 

SANCAnews.id – Kodam III/Siliwangi angkat bicara terkait perdebatan antara pendiri Pondok Pesantren Tajul Alawiyyi, Bahar bin Smith, dan Danrem 061 Suryakencana Brigjen TNI Achmad Fauzi.

 

Diketahui, perdebatan antara keduanya terekam kamera video dan viral di media sosial. Dalam video, Bahar dan Brigjen Fauzi terlibat perdebatan panas, terutama saat Brigjen Fauzi meminta Bahar mendatangi Polda Jabar untuk menjalani pemeriksaan terkait kasus ujaran kebencian yang kini menjeratnya.

 

Kapendam III/Siliwangi, Kolonel Inf Arie Trie Hedhianto membenarkan pertemuan antara Brigjen Fauzi dengan Bahar tersebut.

 

Namun, Arie menegaskan bahwa kehadiran Brigjen Fauzi di kediaman Bahar di Kemang, Kabupaten Bogor, Jumat 31 Desember 2021 kemarin itu bukan untuk memberikan shock therapi seperti yang dituduhkan Bahar.

 

Arie menyatakan, kedatangan Brigjen Fauzi awalnya untuk mengingatkan Bahar terkait Intruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 66 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru Tahun 2022 yang berlaku mulai 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022 mendatang.

 

"Kehadiran Pak Danrem awalnya untuk mengingatkan soal aturan Mendagri tentang Natal dan Tahun Baru yang berlaku mulai 24 Desember hingga 2 Januari 2022. Jadi, kehadirannya dalam rangka pengamanan tahun baru, itu disampaikan Pak Danrem," kata Arie melalui sambungan telepon selulernya, Sabtu (1/1/2022).

 

Namun, lanjut Arie, dalam perjalanannya, sikap Bahar yang menurutnya arogan saat itu diduga memicu Brigjen Fauzi menanyakan perihal lain, khususnya terkait sikap dan perkataan Bahar yang kerap membuat kegaduhan di tengah masyarakat hingga akhirnya melebar pada agenda pemeriksaan Bahar di Polda Jabar.

 

Meski begitu, Arie juga menegaskan bahwa sebagai Danrem 061 Suryakencana, Brigjen Fauzi wajar jika meminta Bahar untuk menjaga sikap dan perkataannya, agar masyarakat tidak gaduh dan kondusivitas wilayah teritorialnya tetap terjaga baik.

 

"Beliau kan yang punya wilayah, wajar jika beliau meminta Bahar tidak membuat gaduh," tegasnya.

 

Terlebih, lanjut Arie, Pangdam III/Siliwangi, Mayjen TNI Agus Subianto pun telah memberikan arahan tegas kepada seluruh jajaran Kodam III/Siliwangi untuk menjaga kondusivitas wilayah teritorial Kodam III/Siliwangi yang meliputi wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten itu.

 

"Panglima sudah berpesan seluruh wilayah kita harus aman dan kondusif. Untuk mewujudkannya, tentunya jangan sampai ada kegaduhan, keonaran yang bisa mengganggu kondusivitas di masyarakat," katanya.

 

Lebih lanjut, Arie pun menyoroti sikap dan perkataan Bahar saat bertemu hingga akhirnya berdebat dengan Brigjen Fauzi. Menurutnya, sikap dan perkataan yang diperlihatkan dan disampaikan Bahar kurang pantas.

 

"Beliau (Brigjen Fauzi) itu pemimpin wilayah, jangan songong seperti itu. Beruntung beliau masih bisa sabar menghadapinya," ujarnya.

 

"Ingat, di ajaran agama kita (Islam) itu ada habluminallah dan juga habluminannas, yang mengajarkan kita terkait hubungan dengan sesama manusia, termasuk bagaimana beretika dan berbicara," lanjut Arie menandaskan. (sindo)




SANCAnews.id – Pesantren Tajul Alawin milik Habib Bahar bin Smith di Kemang, Bogor, Jawa Barat, dikabarkan dikirimi 3 kepala anjing, Jumat (31/12/2021) dini hari.

 

Sebelumnya pengacara Razman Arif Nasution juga mengaku diteror dikirimi paket berisi kepala kambing busuk ke tempat tinggalnya di Apartemen Mediterania Palace di Kemayoran, Jakarta Pusat.

 

Terkait hal ini, Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai ada pesan maut dibalik pengiriman kepala anjing dan kepala kambing busuk itu ke Habib Bahar dan Razman Nasution.

 

"Apa lagi tafsiran yang bisa dibangun, kecuali bahwa tindakan sedemikian rupa adalah pesan maut. Penerima paket-paket itu dihadapkan pada risiko menjadi sasaran kekerasan yang bahkan bisa berujung pada kematian, jika bertindak-tanduk di luar keinginan si pengirimnya. Pihak pengirim boleh jadi dapat dikenai sanksi pidana berdasarkan pasal 335 KUHP," kata Reza kepada Wartakotalive.com, Sabtu (1/1/2022).

 

Reza lalu mengajak melihat dari sisi lain.

 

Menurutnya pengirim bungkusan berisi kepala binatang barangkali memendam amarah, sakit hati, kebencian, atau perasaan-perasaan negatif lainnya.

 

"Pertanyaannya, mengapa suasana batin semacam itu diekspresikan dengan terlebih dahulu membunuh binatang lalu mengirimnya ke pihak penerima?," tanya Reza.

 

"Kaget, pasti. Sangat, bahkan. Tapi apakah kemudian si penerima merasa takut, belum tentu. Saya pribadi justru merasa pilu membayangkan binatang-binatang yang tak berdosa itu dimutilasi dengan begitu keji dan dijadikan sebagai simbol tentang kematian dalam keadaan hina-dina," ujarnya.

 

Reza mengatajan kelakuan biadab para pelaku sangat kontras dengan potret dedikasi sekian banyak orang, misalnya di situs kitabisa.com.

 

"Di situs crowdfunding itu bisa kita temukan anggota masyarakat yang berbondong-bondong mencari dan memberikan donasi guna menyelamatkan binatang-binatang yang sakit, cacat, dianiaya, ditelantarkan, dan berbagai kondisi buruk lainnya," ujar Reza.

 

Menurutnya yang melatari kebaikan orang-orang itu adalah kepedulian sebagai sesama ciptaan Tuhan.

 

"Sebagaimana yang juga saya rasakan ketika masuk ke gorong-gorong air kotor, guna menolong anak kucing rumahan yang terperosok di dalam sana," kata Reza.

 

"Sebetulnya saya berharap polisi terketuk hatinya untuk mengusut kasus-kasus pengiriman kepala binatang, namun bukan dalam konteks ancaman. Melainkan terkait adanya pihak-pihak yang sudah melakukan pembunuhan sadis terhadap binatang. Ketentuan hukum yang digunakan adalah pasal 302 KUHP," papar Reza.

 

Sembari menunggu pihak kepolisian menimbang-nimbang kemungkinan menjalankan proses hukum dari sisi kepentingan binatang, Reza mengimbau siapa pun agar tidak lagi memanfaatkan tubuh binatang sebagai media simbolik untuk memuntahkan brutalitas.

 

"Bacalah Suplemen Belajar Mandiri Siswa Sekolah Dasar Kelas III SD buah pena Drs Sunarto, M.Pd., Dr. Sulartinah, M.Pd., dan Acih Suarsih, M.Pd. Dari situ kita akan amat sangat menyesalkan bahwa ketika murid-murid kelas 3 SD sudah dididik bahwa kasih sayang pada binatang merupakan pengamalan Pancasila sila pertama dan kedua, para pengirim bungkusan maut ke Razman dan Habib Bahar--yang pastinya orang-orang dewasa--justru mempertontonkan tindak perangai yang tidak Pancasilais," ujar Reza.

 

Seperti diketahui Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin milik Habib Bahar bin Smith yang ada di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mendapat kiriman paket berisi tiga kepala anjing dalam sebuah kardus.

 

Kuasa hukum Habib Bahar, Aziz Yanuar mengatakan paket itu dikirim ke pesantren milik Habib Bahar pada Jumat (31/12/2021) dini hari.

 

“Benar, teror itu,” ujar Aziz ketika dihubungi  Jumat (31/12/2021).

 

Dalam video dan foto yang beredar diketahui ada tiga kepala anjing yang sudah dipotong dari badannya.

 

Semuanya dimasukkan ke dalam kardus hingga akhirnya diketahui para penghuni di sana.

 

“Sudah dilaporkan ke Allah SWT,” ujarnya.

 

Dalam channel YouTube Refly Harun, disebutkan tiga potongan kepala anjing yang dikirim ke Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin milik Habib Bahar bin Smith, dilemparkan oleh orang tidak dikenal yang mengendarai sepeda motor.

 

Menurut ichwan Tuankotta, kuasa hukum Habib Bahar, sebagaimana disampaikan oleh Refly Harun, kejadian itu sekitar 02.30 WIB.

 

Pihak pesantren melihat seseroang melempar bungkusan kardus dan plastik ke dalam area pondok.

 

"Pasti ada kaitannya dengan kasus yang saat ini dialami Habib Bahar," kata Ichwan.

 

Dari penglihatan orang pesantren, kata Ichwan, ada sekitar empat orang tak dikenal melempar kepala anjing itu.

 

Diberitakan sebelumnya,Habib Bahar bin Smith diduga melakukan ujaran kebencian ketika mengisi ceramah di Margaasih, Kabupaten Bandung.

 

Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Jabar, Kombes Arif Rachman mengatakan, pada 11 Desember 2021, Habib Bahar mengisi ceramah yang isinya diduga mengandung ujaran kebencian.

 

"Kronologis awal, berawal dari adanya ceramah BS (Bahar Smith) pada tanggal 11 Desember 2021 di Margaasih Kabupaten Bandung," ujar Arif Rachman, di Polda Jabar, Jumat (31/12/2021). (wartakota)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.