Latest Post



SANCAnews.id – Ketua Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama, Yusuf Martak meminta aparat penegak hukum untuk tidak terus-menerus cuek dan tidak mengambil tindakan terhadap para penista agama.

 

Ia mengingatkan bahwa jangan sampai nanti menyesal jika suatu saat, kesabaran umat Islam hilang dan mengambil cara dan jalannya sendiri.

 

Yusuf Martak mengatakan ini saat menanggapi soal Presiden Rusia, Vladimir Putin yang membela Nabi Muhammad SAW.

 

Sebagaimana diketahui, Vladimir Putin sebelumnya menegaskan bahwa penghinaan terhadap Rasulullah adalah pelanggaran terhadap kebebasan beragama.

 

Yusuf Martak memuji bahwa Rusia merupakan negara yang penduduknya bukan mayoritas Islam, namun Presidennya justru melindungi dan melarang masyarakatnya menghina simbol-simbol agama Islam maupun agama lain.

 

Hal itu, menurutnya, dikarenakan pemimpin sekelas Putin adalah pemimpin level dunia yang setara dengan negara negara super power yang lain seperti Amerika, Eropa dan lainnya.

 

“Bagi negara besar seperti Rusia, siapa pun pemimpin atau presidennya selalu akan menjalankan konstitusi dan garis-garis haluan negara yang sudah menjadi dasar tata negara mereka, bukan sesuai selera presiden yang sedang memimpin kadang ada yang cenderung otoriter berpihak pada oligarki,” ujar Yusuf pada Minggu, 26 Desember 2021, dilansir dari RMOL.

 

Ia lantas membandingkan hal ini dengan Indonesia yang saat ini sangat ramai bermunculan penista agama, khususnya Islam.

 

Bahkan, menurut Yusuf Martak, saat ini banyak yang mengaku beragama Islam tetapi aslinya Islamofobia dan seperti menjadi komunis gaya baru.

 

Pasalnya, ia menilai bahwa banyak laporan pada orang yang terindikasi penista agama tidak ditindak oleh aparat.

 

Yusuf Martak menilai bahwa banyak buzzer sampah peradaban bangsa yang sampai saat ini kesannya mendapat perlindungan pihak tertentu.

 

“Apakah apabila aparat tidak menindaklanjuti laporan-laporan masyarakat lalu pimpinan aparatnya ditegur oleh Presiden?” katanya.

 

Bahkan, kata Yusuf, para buzzer tersebut juga diyakini melaporkan kepada pimpinannya atas karya-karya penghinaan mereka yang membuat gaduh masyarakat.

 

“Mustahil orang yang beragama Islam rela membayar buzzer-buzzer penjilat untuk agamanya dihinakan dan dinista, berarti mereka aslinya adalah komunis gaya baru yang sedang menyusun kekuatan,” ujarnya.

 

Yusuf Martak lasntas mengingatkan kepada aparat penegak hukum untuk tidak terus-menerus cuek dengan tidak mengambil tindakan pada para penista yang menggaduhkan negara.

 

“Maka jangan menyesal bila suatu saat kesabaran umat Islam telah hilang dan mengambil cara dan jalannya sendiri,” tegasnya.

 

Selain itu, Yusuf Martak juga mengingatkan kepada para buzzer dan penista simbol agama Islam, khususnya Tuhan Allah, Rasul, dan Kitab Alquran.

 

Ia mengaku akan menantang mereka penista agama untuk berhadapan langsung dengan dirinya. Ia menyinggung bahwa para buzzer hanya berani di media sosial (Medsos) saja.

 

“Karena kesempatan ini adalah kesempatan yang saya nanti-nantikan sebagai lahan jihad kami membela agama Allah,” kata Yusuf Martak.

 

“Semoga semua agama, negara dan bangsa kita dibebaskan dari pengacau-pengacau bayaran cukong serta NKRI mendapat pemimpin yang seratus persen mencintai negara dan bangsanya serta tidak tergantung dengan negara lain terutama negara yang berpaham komunis,” tambahnya. (terkini)




 

SANCAnews.id – Politisi PDIP, Ruhut Sitompul menanggapi soal Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang dikritik karena tertawa mendengar pidato Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha soal “pembohong”.

 

Ruhut Sitompul menyindir bahwa para kadrun sebaiknya jangan sewot mendengar pidato Giring dan melihat reaksi Presiden Jokowi. Ia menyinggung bahwa salah satu tugas seorang Presiden adalah mendengarkan suara rakyat.

 

“Presiden RI ke-7, Bapak Joko Widodo serius mendengar Pidato Giring Ketua Umum PSI,” kata Ruhut Sitompul melalui akun Twitter pribadinya pada Minggu, 26 Desember 2021.

 

“Tolong BSH Kadrun jangan sewot duduk saja baik-baik  diboncengan, mendengar Suara Rakyatnya juga tugas Presiden yang dicintai Rakyat Indonesia,” sambungnya.

 

Bersama pernyataannya, Ruhut Sitompul melampirkan berita berjudul “Strategi Politik PSI Picik, Anehnya Jokowi Menyambut dengan Tawa”. Adapun kritikan itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah.

 

Menurutnya, pidato Giring Ganesha saat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-7 PSI mengindikasikan dua hal. ()

 

Pertama, tanda bahwa PSI tidak memiliki gagasan dan ide politik yang dapat ditawarkan pada publik sehingga memilih jalur kontroversi dan menebar kebencian secara politik yang terbukti cepat meningkatkan popularitas.

 

Kedua, PSI memang sengaja menarget Anies Baswedan karena dalam pandangan Giring Cs, Anies merupakan tokoh potensial dan berada di puncak popularitas juga elektabilitas.

 

Selain itu, menurutnya, Anies Baswedan memiliki sentimen pembenci yang cukup aktif.  Maka, dengan menargetkan mantan Menteri Pendidikan dan Budaya itu, PSI berharap mendapat dampak.

 

Singkatnya, menurut Dedi Kurnia, PSI tidak benar-benar memusuhi Anies karena perbedaan pandangan politik, melainkan karena memiliki magnet popularitas.

 

“Cara PSI semacam ini berbahaya, selain picik juga menimbulkan adu domba. Artinya PSI minim kapasitas politik,” ujarnya pada Minggu, dilansir dari RMOL.

 

Dedi Kurnia lantas juga menginggung Presiden Jokowi yang justru tertawa mendengat pidato Giring tersebut.

 

“Lebih berbahaya lagi, karena menebar kebencian di hadapan Presiden, dan anehnya Presiden menyambut dengan tawa saat pidato Giring. Tentu memprihatinkan,” katanya. (terkini)



 

SANCAnews.id – Politisi Partai Demokrat, Abdullah Rasyid menilai bahwa Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha perlu diapresiasi.

 

Pasalnya, menurut Abdullah Rasyid, Giring Ganesha berani mengkritik soal pemimpin pembohong di depan Presiden Jokowi (Joko Widodo) langsung.

 

“Kita perlu apresiasi Giring PSI Karna berani kritik pemimpin pembohong di depan jokowi langsung. Iya gak sih?” kata Abdullah Rasyid melalui akun Twitter pribadinya pada Sabtu, 25 Desember 2021.

 

Sebelumnya, Giring Ganesha menyebut bahwa Indonesia akan menjadi suram jika dipimpin oleh pembohong yang pernah dipecat Jokowi.

 

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PSI Giring Ganesha dalam acara puncak Hari Ulang Tahun PSI ke-7 yang dihadiri secara langsung oleh Presiden Jokowi.

 

“Indonesia akan suram jika yang terpilih kelak adalah seorang pembohong dan juga pernah dipecat oleh Pak Jokowi karena tidak becus bekerja,” kata Giring Ganesha, dilansir dari CNN Indonesia dan dikutip terkini, Sabtu (25/12)

 

Ia lalu menegaskan bahwa jika skenario buruk terjadi dan pemimpin seperti itu terpilih maka maka PSI tidak akan mendukung sosok presiden tersebut.

 

Menurut mantan vokalis band Nidji ini, PSI akan secara tegas berada di pihak oposisi untuk melawan pemerintahan yang demikian.

 

Giring juga mengatakan bahwa partainya akan bekerja secara maksimal agar dapat melewati ambang batas parlemen (parliamentary threshold) agar bisa masuk ke parlemen pada Pilpres 2024 mendatang.

 

“PSI siap bekerja keras meloloskan diri ke parlemen. PSI akan berlipat ganda, kita antarkan kader terbaik kita duduk di kursi legislatif dan eksekutif,” kata Giring Ganesha.

 

“Saya pastikan PSI akan terus hadir kerja untuk rakyat dan melanjutkan apa yang dibangun Pak Jokowi,” sambungnya. (*)



 

SANCAnews.id – Rakyat Indonesia akan berada di belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jika berani mengusut tuntas kasus dugaan korupsi yang melibatkan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

 

Hal itu disampaikan oleh Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi menanggapi rencana dari sejumlah aktivis, termasuk Jurubicara Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Adhie M. Massardi yang akan menyerahkan bukti dugaan korupsi Ahok ke KPK.

 

"Kasus Ahok ini sebetulnya sudah ditangani lama oleh KPK sejak kasus ini masuk ke KPK. Jadi pertanyaannya adalah kenapa KPK saat itu tidak segera usut tuntas kasus Ahok ini?" ujar Muslim kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (26/12).

 

Namun kata Muslim, Ahok hanya diadili dalam kasus penghinaan agama Islam terkait Al-Maidah Ayat 51.

 

"Jadi saat ini secara pribadi saya dukung GIB (Gerakan Indonesia Bersih) dipimpinan Adhie Massardi bawa ini ke KPK," kata Muslim.

 

Muslim berharap, pimpinan KPK saat ini di bawah komando Firli Bahuri untuk profesional mengusut tuntas kasus Ahok.

 

"Dan tidak perlu tunduk pada tekanan dari mana dan dari siapapun. Kalau Firli memang benar konsekuen bersihkan negeri ini dari penyakit kronis korupsi selama rezim Jokowi, rakyat Indonesia akan berada di belakang Firli jika Firli mau usut tuntas kasus Ahok ini," jelas Muslim.

 

"Dan kasus ini sangat telanjang di mata publik selama ini. Yang parahnya terkesan Ahok di bela Jokowi dan KPK diintervensi. Ini tidak boleh terjadi lagi di era KPK Firli saat ini," sambung Muslim menutup. (*)



 

SANCAnews.id – Pendakwah Habib Bahar bin Smith belum lama ini membeberkan sejumlah pengalamannya ketika berada di penjara.


Habib Bahar mengaku, saat di penjara ia selalu berbaur dan merangkul semua narapidana tanpa melihat latar belakang suku dan agama.


“Banyak napi kasus pembunuhan, bandar-bandar narkoba yang saya rangkul semua. Bukan hanya Muslim, non-Muslim, Hindu, Buddha, Kristen, semuanya saya rangkul di lapas,” kata Bahar di YouTube Karni Ilyas Club.

 

Habib Bahar menambahkan, semua narapidana di sana juga memperlakukannya dengan baik. Bahkan katanya, ada sejumlah napi yang sampai membuat kaos yang bergambar wajahnya.


“Bahkan di lapas kan ada anak-anak bikin baju. Itu yang Kristen ada yang pakai baju gambar saya, yang Budha, Hindu,” tuturnya. “Karena mereka tahu saya rangkul semuanya tanpa pilih agamanya, sukunya, rasnya,” tuntasnya. (indozone)

 

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.