Latest Post


 

SANCAnews.id – Pegiat media sosial, Christ Wamea menilai bahwa hanya masyarakat yang berpaham komunis yang merasa senang atau hidup lebih nyaman usai Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan.

 

“Hanya masyarakat yang berpaham komunis saja yang merasa senang atau hidup lebih nyaman usai FPI dibubarkan,” kata Christ Wamea melalui akun Tiwtter pribadinya pada Senin, 17 Desember 2021.

 

Dalam cuitannya yang lain, Christ Wamea menyindir Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD yang mengatakan bahwa masyarakat merasa senang dan hidup lebih nyaman usai FPI dibubarkan.

 

“Masih saja FPI yang dibicarakan,” kata Christ Wamea pada Minggu, 26 Desember 2021.

 

Dilansir dari Republika, sebelumnya Mahfud MD menyinggung bahwa Pemerintah mengakhiri kelompok-kelompok yang suka membuat kekerasan di berbagai daerah.

 

Lebih spesifik, ia menyebut bahwa Pemerintah membubarkan atau melarang diteruskannya FPI karena legal standing-nya tidak ada.

 

“Sesudah itu (pembubaran FPI) kan masyarakat senang, ternyata terasa hidup nyaman sekarang sesudah itu dibubarkan maka politik stabil,” ujarnya dalam sebuah diskusi daring pada Minggu.

 

Sebagaimana diketahui, pada tahun 2020, Pemerintah memutuskan untuk melarang kegiatan, penggunaan simbol, dan atribut FPI di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

Hal ini tertuang di dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Larangan Kegiatan Penggunaan Simbol dan Atribut Serta Penghentian Kegiatan FPI.

 

Bukan hanya itu, Pemerintah juga memutuskan bahwa apabila terjadi pelanggaran dari keputusan tersebut, maka aparat penegak hukum akan menghentikan seluruh kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh FPI.

 

Pemerintah juga meminta masyarakat untuk tidak terpengaruh ataupun terlibat dalam kegiatan, penggunaan simbol, dan atribut FPI.

 

“Kemudian, untuk melaporkan kepada aparat penegak hukum setiap kegiatan, penggunaan simbol, dan atribut FPI,” kata Wakil Menteri Hukum dan HAM, Edward Omar Sharif Hiariej, saat membacakan SKB itu pada 30 Desember 2020. (terkini)



 

SANCAnews.id – Pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang mengatakan, masyarakat saat ini hidup tenang setelah Front Pembela Islam atau FPI dibubarkan oleh pemerintah menuai respons dari kritikus Faizal Assegaf.

 

Faizal Assegaf menyebut Mahfud MD sebagai mentor Partai Solidaritas Islam (PSI) yang anti FPI.

 

“Sbg mentor PSI wajar Mahfud MD anti FPI, krn kalah di Pilgub DKI & gagal bawa PSI ke Senayan,” tulis Faizal di akun Twitternya, Minggu malam (26/12/2021).

 

Faizal Assegaf bahkan menuding mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu frustasi melihat sepak terjang eks FPI yang tetap eksis.

 

“Selain itu, Mahfud frustasi melihat FPI sdh dibubarkn tp mrk tulus & giat membantu rakyat dlm aneka bencana alam,” katanya.

 

Karena itu, Faizal menyarankan Mahfud MD untuk belajar soal toleransi ke negara tetangga Timor Leste.

 

“Mahfud sebaiknya kursus bernegara dari Timor Leste biar cerdas!,” sarannya.

 

Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan, pembubaran FPI merupakan sikap tegas Presiden Jokowi kepada ormas-ormas atau kelompok yang gemar melakukan kebesaran di masyarakat.

 

“Pada akhir tahun 2020 dan awal 2021 ditegaskan presiden. Pertama kita mengakhiri kelompok-kelompok yang suka bikin kekerasan di berbagai daerah dengan tegas, yaitu kita membubarkan atau melarang diteruskannya FPI karena legal standingnya tidak ada,” kata Mahfud dalam diskusi secara daring, Minggu (26/12/2021).

 

Menurut Mahfud, setelah FPI dibubarkan, masyarakat mendapat ketenangan dalam hidup. Kondisi politik Indonesia juga kembali stabil.

 

“Dan sesudah itu kan masyarakat senang, ternyata terasa hidup nyaman sekarang sesudah itu dibubarkan maka politik stabil,” kata Mahfud Md.

 

Pemerintah resmi membubarkan FPI pada Desember 2020 lalu. Segala bentuk aktifitas FPI juga dilarang karena dianggap ilegal. Baik berupa baliho, lambang FPI, foto Habib Rizieq, dilarang beredar di ruang publik.

 

“Pemerintah melarang aktivitas FPI dan akan menghentikan setiap kegiatan yang akan dilakukan karena FPI tak lagi mempunyai legal standing baik sebagai ormas maupun sebagai organisasi biasa,” kata Mahfud MD. (fajar)



 

SANCAnews.id – Pangi Syarwi Chaniago selaku pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan bahwa selama ini PSI hanya berani mengkritik Anies Baswedan tetapi tidak untuk pemimpin lain.

 

Ya, menurutnya PSI punya kebencian sendiri yang begitu besar kepada Gubernur DKI Jakarta itu sehingga serangan dan diskriminatif kepada Anies dinggap sebagai kritik tidak sehat.

 

Menurutnya, PSI saat ini hanya mencari kelemahan Anies Baswedan dalam memimpin DKI Jakarta.

 

“PSI saya pikir selama ini tidak fair, bukan lagi kritis tapi lebih besar DNA kebenciannya Ke Gubernur Anies,” ungkap Pangi.

 

“Tidak common sense kalau kemudian yang disorot kelemahan Anies, tapi tidak pernah menyorot keberhasilan dan mengapresiasi capaian Anies,” sambungnya, dikutip dari KBA News via Fajar, Senin, 27 Desember 2021.

 

Ia berujar bahwa PSI kerap menyerang Anies Baswedan tetapi PSI tidak pernah melihat dan mengkritik kepala daerah lain termasuk kepala negara Presiden Jokowi.

 

“Sikap kritis PSI kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sangat diskriminatif, karena hanya pada Anies mereka kritik, ke pemimpin lain tidak, juga tidak kritik Presiden Jokowi atas kebijakan-kebijakannya yang tidak pro rakyat,” paparnya.

 

Pangi mengatakan, sikap politisi seharusnya mengkritik berbagai kebijakan pemerintah yang tidak benar dan mengakui keberhasilannya, bukan malah menebar kebencian kepada seorang pemimpin.

 

“Politisi normal tentu saja lebih seimbang, kalau buruk silahkan dikritik, tapi kalau ada yang sukses dan dianggap berhasil mestinya tetap diapresiasi, jadi rational choice,” terangnya. (terkini)



 

SANCAnews.id – Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago menilai, Partai Solidaritas Indonesia atau PSI, punya kebencian yang begitu besar kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sehingga serangan dan diskriminatif yang kepada Anies yang dianggap sebagai kritik, sudah tidak fair.

 

PSI hanya mencari-cari kelemahan Anies Baswedan dalam memimpin DKI Jakarta. PSI tidak melihat keberhasilan Anies.

 

“PSI saya pikir selama ini tidak fair, bukan lagi kritis tapi lebih besar DNA kebenciannya Ke Gubernur Anies. Tidak common sense kalau kemudian yang disorot kelemahan Anies, tapi tidak pernah menyorot keberhasilan dan mengapresiasi capaian Anies,” kata Pangi dikutip dari KBA News, Senin (27/12/2021).

 

Pangi berpendapat, PSI kerap menyerang Anies Baswedan. Padahal Partai itu level Nasional. Tetapi PSI tidak pernah melihat dan mengkritik kepala daerah lain termasuk kepala negara Presiden Jokowi.

 

“Sikap kritis PSI kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sangat diskriminatif, karena hanya pada Anies mereka kritik, ke pemimpin lain tidak, juga tidak kritik Presiden Jokowi atas kebijakan-kebijakannya yang tidak pro rakyat,” ujarnya.

 

Pangi mengatakan, sikap politisi seharusnya mengkritik berbagai kebijakan pemerintah yang tidak benar dan mengakui keberhasilannya, bukan malah menebar kebencian kepada seorang pemimpin.

 

“Politisi normal tentu saja lebih seimbang, kalau buruk silahkan dikritik, tapi kalau ada yang sukses dan dianggap berhasil mestinya tetap diapresiasi, jadi rational choice,” jelasnya.

 

Bagi Pangi, pidato Ketua Umum PSI Giring Ganesha yang sering menuding Anies sebagai pembohong hanya sebuah dagelan dan lelucon dari seorang ketua partai level nasional.

 

“Terakhir kemarin dagelan lelucon Ketum PSI yang level nasional menyerang karakter yang ditujukan ke Anies yang pernah di pecat Jokowi soal pemimpin pembohong. DNA kebenciannya terlihat besar sekali,” pungkasnya. (fajar)



 

SANCAnews.id – Pengamat politik Tony Rosyid berpandangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak akan pernah berhenti menyerang Anies Baswedan. Sebab, menurutnya, menyerang Anies adalah bagian dari pilihan strategi branding PSI untuk mendongkrak elektoral.

 

"Pertama, serangan kepada Anies ini dianggap efektif untuk menjaga dan menaikkan popularitas PSI. Kedua, boleh jadi serangan kepada Anies dijadikan strategi untuk membidik suara dari kelompok yang selama ini kurang suka terhadap Anies,"  kata Tony. 

 

Tony mengatakan saat ini Anies sangat populer. Terutama posisinya sebagai Gubernur di Ibu kota dan calon presiden 2024. Dengan begitu, menyerang Anies akan mendapat tumpangan untuk ikut populer.

 

"Jika anda ingin populer, jalan termudah dan paling cepat adalah menyerang orang yang sudah populer. Ini teori klasik yang masih terus berlaku hingga hari ini," ujarnya.

 

Tony mengungkap PSI harus memiliki eksistensi yang tersosialisasi ke publik sebagai partai yang ingin menjadi peserta pemilu 2024. Artinya, publik harus tahu kalau PSI masih ada.

 

Mengapa tidak mengambil sikap oposisi terhadap Jokowi? Jawabannya sederhana, PSI tidak punya anggota DPR RI atau anggota legislatif di pusat. Selain ada faktor lain yang terkait "man behind the gun".

 

"Strategi yang dipilih oleh PSI adalah menjadi oposisi Anies Baswedan. Maka, menyerang Anies ini gak ada hubungan dengan perasaan like or dislike. Tapi, ini mungkin hanya soal strategi. Kalau ada keterlibatan perasaan, itu hanya efek sampingan," jelasnya.

 

Sebagai partai yang memiliki delapan anggota DPRD di DKI, PSI punya legitimasi untuk mengkritisi Anies. PSI menggunakan peran controlling anggota legislatif sebagai alasan. Namun apakah serangan PSI terhadap Anies kritik atau fitnah, publik paham soal itu.

 

"Kritik itu berbasis data. Kalau fitnah gak perlu, atau bahkan kontra data. Hanya itu bedanya," singgung Tony.

 

Tony menyebut pidato Ketum PSI Giring Ganesha Djumaryo saat momen HUT ke-7 PSI pekan lalu merupakan runutan serangan yang dilakukan para kader PSI terhadap Anies.

 

Di hadapan Jokowi, dalam pidatonya, Giring mengumbar pernyataan Indonesia akan suram jika yang terpilih menjadi presiden 2024 adalah seorang pembohong dan orang yang pernah dipecat oleh Jokowi.

 

Meski secara eksplisit tidak menyebut nama, namun secara implisit maksud pidato Giring benar-benar dimaksudkan untuk Anies.

 

Apalagi bukan pertama kali Giring menyerang Anies dengan pernyataan serupa. Pekan ketiga September 2021, Giring menyerang Anies dengan perkataan serupa dan sama sekali tidak menyinggung data dan fakta.

 

"Kenapa yang paling kritis justru ketua umum PSI dan kader di luar legislatif? Lagi-lagi, ini hanya soal strategi branding. Semakin besar reaksi terhadap pernyataan kader PSI, ini tandanya bahwa umpan mereka berhasil.

 

Giring dan juga kader PSI yang lain hanya petugas partai. Mereka hanya menjalankan tugas sesuai dengan pilihan strategi yang mungkin mereka anggap efektif," tutur Tony.

 

Meski demikian, menurut Tony, pilihan strategi tersebut tidak hanya menguntungkan PSI sebagai partai yang berupaya merangkak untuk bisa ikut berlaga di pemilu 2024. Menurutnya, berkah yang sama didapatkan Anies. Semakin banyak yang menyerang dan black campaign Anies, maka semakin besar gelombang empati, simpati dan dukungan terhadap Anies.

 

"Mendengar statemen Giring kemarin, saya menduga Anies akan senyum-senyum saja. Dan ini jadi kebiasaan Anies, selalu senyum setiap kali diserang dan dibully. Di balik senyum Anies, ada hikmah yang besar. Anies makin lapang jalannya menuju ke Istana," demikian kata Tony Rosyid akhir pekan lalu. (akurat)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.