Latest Post



 

SANCAnews.id – Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Muannas Alaidid angkat bicara soal pernyataan pedas Habib Bahar bin Smith terhadap KSAD Jenderal Dudung Abdurachman.

 

Lewat sebuah cuitan di akun Twitternya, Muannas memberikan pembelaan untuk Jenderal Dudung. Ia menyebut bahwa mantan Pangdam Jaya tersebut masih memiliki garis keturunan dari Sunan Gunung Jati, salah satu tokoh Wali Songo.

 

Lebih lanjut, Muannas balik menghujat Habib Bahar sebagai sosok yang suka bikin onar.

 

"Jenderal Dudung keturunan Sunan Gunung Jati, Penyebar Islam yang damai, bukan yang bikin onar dan gaduh seperti Bahar," tulis Muannas Alaidid dalam cuitannya seperti dikutip Suara.com, Jumat (17/12/2021).

 

Cuitan tersebut diunggah oleh Muannas sebagai tanggapan terhadap sebuah artikel yang memuat pernyataan Habib Bahar yang menyindir Jenderal Dudung Abdurachman.

 

Dilansir Terkini.id, Sebuah video ceramah dari pendakwah, Habib Bahar bin Smith menyebut jika ulama Arab tidak datang ke Indonesia maka Jenderal Dudung Abdurrachman masih menyembah pohon viral di media sosial.

 

Video Habib Bahar bin Smith menyindir Jenderal Dudung terkait kedatangan ulama Arab di Indonesia itu viral setelah diunggah pengguna Twitter Tukangrosok_, seperti dilihat pada Kamis (16/12/2021).

 

Habib Bahar sempat menyindir Jenderal Dudung sebagai Jenderal Baliho terkait peristiwa penurunan baliho Habib Rizieq Shihab beberapa waktu lalu. Ia juga menyindir Jenderal Dudung terkait OPM.

 

"Ada satu jenderal, namanya jenderal baliho. OPM dirangkul, ormas Islam dimusuhi," ungkap Habib Bahar Smith.

 

Setelah itu, Habib Bahar menyebut jika tidak ada ulama Arab datang ke Indonesia maka Jenderal Dudung masih menyembah pohon.

 

"Kalau tidak ada para ulama, para habaib yang datang dari Arab ke Indonesia, si Dudung masih nyembah pohon," ujarnya.

 

Melansir dari beberapa sumber, Dudung Abdurachman ternyata masih memiliki darah Cirebon keturunan Sunan Gunung Jati.

 

Garis keturunan itu didapat dari P. Sumbu Mangkurat Sari/Pangeran Trusmi (Syarif Wilayatullah) dari jalur putra "Pangeran Syeikh Pasiraga" Depok, Cirebon dari jalur cicitnya yang bernama Kuwu Muharom Wira Subrata Kepuh. (src)



 

SANCAnews.id – Dosen Universitas Airlangga atau Unair, Prof Henry Subiakto sedang berurusan dengan netizen. Bahkan di Twitter viral tagar #TangkapProfHoax yang dialamatkan kepadanya.

 

Usut-punya usut, pangkal masalahnya adalah unggahan Henry Subiakto di akun Twitternya @henrysubiakto yang terkait  foto dengan keterangan yang dinilai ngawur.

 

Foto yang dia unggah dan membuat geger dunia maya itu adalah foto yang memperlihatkan se0rang bovah perempuan yang tampak tidur di tengah-tengah lukisan.

 

"Anak ini rindu ibunya yang telah tiada krn perang saudara di Irak. Ia melukis di lantai & tidur di atasnya. Banyak manusia menderita krn negaranya hancur dilanda konflik politik. Indonesia punya potensi itu, mk kita hrs jaga negeri ini dr jahatnya perusak kedamaian & kesatuan," tulisnya di akun @henrysubiakto.

 

Unggahan itu mendapat komentar pedas dari netizen. Warga dunia maya menyebut bahwa Henry Subiakto telah menyebarkan hoax atau berita bohong.

 

Pasalnya, foto tersebut nyata-nyata bukan seperti yang dia tulis di unggahannya. Foto tersebut merupakan karya Baharer Bishes dari Iran yang diunggah pertama kali di situ stko foto Flickr pada 15 Juli 2012.

 

Anak yang ada dalam foto berjudul I Have Mother itu adalah salah satu sepupu Bishes. Bocah perempuan itu menurut Bishes benar-benar sepupunya yang tertidur di aspal depan rumahnya.

 

Maka dapat disimpulkan bahwa bocah perempuan itu bukan anak yang kehilangan ibunya pasca perang Irak seperti yang ditulis Henry Subiakto.

 

Setelah mendapat kritikan pedas dari netizen, Henry Subiakto pun mengakui bahwa ia salah menulis caption foto yang dia unggah di Twitternya.

 

"Sy akui foto itu salah sejarahnya, tp pesan utuhnya adlah perang akan bawa penderitaan ke bnyk orang, mk kita hrs jaga negeri ini agar damai, foto hanya ilustrasi. Bagi orang2 pecinta keributan bkn pesan damainya yg ditangkap, tp kekeliruan sejarah fotonya yg dianggap pidana," kata dia.

 

Dia juga mengucapkan terima kasih atas koreksi yang dialamatkan kepadanya terkait forto tersebut.

 

"Sy terima kasih dikoreksi ttg sejarah foto ini. Tp kalau anda meributkan pesan utuh dr twit sy yg mengabarkan bnyk manusia menderita krn negaranya hancur dilanda konflik, dan itu anda abaikan, berarti anda tdk tertarik dg pesan damai, tp lbh suka menyalahkan," kata dia.

 

Sementara itu, salah satu akun Twitter @BossTemlen mendesak agar Polri memberi hukuman kepada Henry Subiakto karena telah menyebar hoax.

 

"Tolong Pak @DivHumas_Polri, kandangin dulu profesor do*** ini @henrysubiakto dah nyebar HOAX, setelah itu kirim ke R***, keknya ybs sedang mengalami ga*** ke***," tulisnya.


Henry Subiakto pun kembali berkomentar menyusul desakan salah satu pemilik akun yang minta Polri bertindak tersebut.

 

"Semakin banyak orang ingin mempidana krn twit td pagi, ini menunjukkan semakin banyak orang tdk paham hukum tapi begitu mudah bersuara keras, ikut2an tanpa paham aturannya. Mk ini mjd penting bagi saya menjelaskan agar orang tdk asal ingin menghukum dg pemahaman yg salah," kata dia.

 

Bukannya reda, pernyataan Henry Subiakto itu justruk makin pedas dikomentar netizen. Mereka menilai Hendy Subiakto lebih baik diam karena sudah beberapa kali melakukan blunder.

 

"Mendingan captionya dirubah Pak Henry. Anak ini tertidur seakan memberitahu pentingnya diam. Anak ini tertidur seakan menghindar dari bacaan2 menyesatkan. Anak ini tertidur dan berharap saat bangun pejabat publik yg tak punya malu belajar moral lagi," tulis pemilik akun @4n991n.

 

"Berhentilah main twitter pak. Sdh brp banyak blunder yg anda lakukan yg justru mendegradasi gelar yg anda punya.

Malu sm keluarga jika tau anda dihujat dan jd bulan²an netizen krn postingan² anda. Anda ingin mendidik masyarakat tp anda sendiri blunder sering sebar hoax," tulis pemilik akun @ak03l. (beritakarya)



 

SANCAnews.id – Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Bidang Hukum RI Henri Subiakto ‘diserang’ sejumlah warganet lantaran ia dituding telah menyebarkan hoax melalui unggahan foto di akun twitternya @henrysubiakto.

 

Henry mengunggah gambar seorang anak perempuan tertidur meringkuk di trotoar dengan gambar seorang perempuan sebagai latarnya. Henry memberikan narasi bahwa anak perempuan tersebut adalah korban perang saudara di Irak yang kehilangan ibunya.

 

Cuitan tersebut pun akhirnya riuh tatkala warganet tahu jika gambar anak yang diunggah Henri bukanlah korban perang, melainkan hanya ilustrasi yang sengaja dibuat oleh seorang fotografer.

 

Akibatnya, dosen Universitas Airlangga (Unair) itu banjir ‘serangan’ warganet hingga trending, bahkan banyak yang mendesak polisi agar segera menangkap Henri ihwal tudingan penyebaran hoax.

 

“Sudah prof. Sudah. Cukup. Semakinngeles, semakin menunjukkan kualitas profesor anda. Kata guru ngaji saya yang bukan seorang Profesor, kalau salah, ya lebih baik minta maaf, janganngeles,” tutur seorang pengguna Twitter @NaylaAzam membalas cuitan Henry.

 

Ini bukan pertama kali Henry membagikan informasi yang salah. Hal tersebut dibahas oleh pengguna Twitter lainnya @meinaret yang kesal karena beberapa kali Henry ketahuan menyebar informasi salah dan tidak meminta maaf.

 

Usai diserang warganet, Henry mengakui salah memberikan narasi tentang foto yang diunggahnya di Twitter.

 

“Saya akui foto itu salah sejarahnya, tapi pesan utuhnya adalah perang akan bawa penderitaan ke banyak orang, maka kita harus jaga negeri ini agar damai, foto hanya ilustrasi. Bagi orang-orang pecinta keributan bukan pesan damainya yang ditangkap, tapi kekeliruan sejarah fotonya yang dianggap pidana,” cuit Henry.

 

Mundur 

Setelah itu, Henry Subiakto mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya akan melepas jabatan sebagai Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dijabatnya sejak 2007 tahun depan.

 

“Tahun depan saya memutuskan akan berhenti dari jabatan di pemerintah,” tulis Henry, Jumat (17/12/2021).

 

Setelah lepas dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Henry akan kembali ke kampus Universitas Airlangga.

 

“Saya rindu sbg orang kampus, yg tdk perlu dibebani dg sebutan pejabat dll,” sebutnya.

 

Henry menegaskan, meski lepas dari Kominfo, dirinya akan terus bersuara. Terutama untuk melawan mereka yang ingin mengacaukan NKRI.

 

“Saya akan lbh bebas suarakan kecintaan saya pd negeri ini, menggadapi mrk yg perilaku dan ucapannya merugikan bangsa besar ini,” pungkasnya. (indopolitika)




SANCAnews.id – Sebuah video dari pegiat media sosial, Permadi Arya alias Abu Janda yang menyebut model pakaian wanita bukanlah penyebab pemerkosaan belum lama ini menjadi perhatian publik.

 

Terkait hal itu, beredar pula sebuah video yang memperlihatkan seorang aparat kepolisian bernama Heru SW menanggapi pernyataan Abu Janda soal model pakaian wanita tersebut.

 

Video aparat Heru SW menanggapi pernyataan Abu Janda itu kemudian viral usai diunggah pengguna Twitter Tukangrosok_, seperti dilihat pada Jumat 17 Desember 2021.

 

Dalam narasi unggahannya, netizen itu menilai pernyataan Heru SW dalam video itu merupakan pesan buat Permadi Arya.

 

“Mari Belajar CINTA KEBHINEKAAN Setiap Detik. Pesan Pak Pol buat Permadi Arya,” cuit netizen Tukangrosok_.




Sementara dilihat dari video tersebut, tampak awalnya cuplikan potongan video dari pernyataan Abu Janda terkait model pakaian wanita bukanlah penyebab pemerkosaan melainkan niat dari pelaku.

 

Maka dari itu, ia meminta kepada laki-laki untuk berhenti mengatur cara wanita berpakaian melainkan atur agar pikiran tidak mesum.

 

“Jadi jangan ngatur cara wanita berpakaian. Atur dulu otakmu kawan!,” tegas Abu Janda.

 

Tak lama kemudian, muncul cuplikan video aparat kepolisian bernama Heru SW menanggapi pernyataan Abu Janda itu.

 

Menurutnya, secara aspek hukum kejahatan pemerkosaan bisa terjadi jika ada niat dari pelaku dan juga kesempatan. Jika kesempatan ada, namun niat tidak ada maka pemerkosaan itu tidak akan terjadi.

 

“Bukan begitu konsepnya. Jadi secara aspek hukum terjadinya kejahatan itu karena ada niat dan kesempatan. Kalau misalnya kesempatan ada, tapi niatnya gak ada, (kejahatan) itu gak akan terjadi,” ujar Heru SW.

 

Ia pun mengungkapkan bahwa secara naluri, laki-laki normal pastinya akan nafsu apabila melihat perempuan seksi lewat dan itu bisa menimbulkan terjadinya pemerkosaan.

 

“Kalau misal perempuan seksi lewat, secara naluri laki-laki yang normal dia pasti nafsu dan bisa terjadi pemerkosaan,” ungkapnya.

 

Lebih lanjut, aparat Heru juga meyakini bahwa perintah menutup aurat tidak hanya berlaku untuk wanita saja tetapi juga pria.

 

“Dan perintah untuk menutup aurat itu tidak hanya untuk perempuan bos, laki-laki juga menutup aurat,” tandasnya.

 

Maka dari itu, ia menegaskan ke Abu Janda untuk tidak menyamakan perintah agama Islam terkait menutup aurat dengan budaya karena perintah tersebut ada di dalam Alquran.

 

“Jangan samakan perintah agama sama budaya disamaratakan, gak bisa. Perintah agama menutup aurat itu memang ada dalam Alquran,” tegasnya.

 

Pada akhir pesannya, aparat Heru SW meminta kepada Abu Janda agar tidak membuat umat Islam saling bergesekan lantaran pernyataannya soal model pakaian wanita tersebut.

 

“Mas Permadi, jangan buat umat Islam bergesekan satu sama lain. Nanti yang ada mereka marah, dan ujungnya demo. Yang repot siapa? Polisi lagi,” ujarnya. (terkini)





 

SANCAnews.id – Anggota DPD RI Komisi I Fadli Zon mengaku sulit jika mengandalkan kawan-kawannya di Senayan untuk menggolkan presidential threshold.

 

"Kalau menurut saya agak sulit berharap dengan kawan-kawan di DPR untuk mengubah presidential threshold," ujarnya dalam diakusi virtual, Minggu (12/12).

 

Sebab, menurutnya, partai politik tidak bisa diharapkan. Oleh sebab itu, Fadli Zon mengimbau masyarakat agar turun meminta pengubahan ambang batas kadidasi presiden.

 

"Mestinya masyarakat sipil, ormas besar, berbagai macam media, pers, gerakan mahasiswa mungkin lebih efektif," katanya.

 

Sebab, menurutnya, suara rakyat memiliki kekuatan tertinggi di negara demokrasi.

 

"Kalau suara di partai menurut saya kecil kemungkinannya untuk mau mengubah presidential threshold. Termasuk di DPD," ucapnya.

 

Tidak hanya itu, dirinya juga membeberkan mengapa DPR tidak bisa diharapkan. Menurut dia, lembaga eksekutif terlalu mendominasi dan menumpulkan kekuatan di DPR.

 

"Sebetulnya itu secara tidak langsung melumpuhkan peran pengawasan dari legislatif terhadap eksekutif. Hal inilah yang sangat perlu dikoreksi," katanya.

 

Menurut Fadli, masyarakat harus bersatu dan mencari cara untuk melawan konsolidasi oligarki yang tak ingin presidential threshold dihapus.

 

"Karena sangat berbahaya dan kepentingannya bukan hanya ekonomi, politik, sosial, budaya dan segala macamnya," tandasnya. (genpi)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.