SANCAnews.id – Seperti diketahui, kini anak Presiden Joko
Widodo alias Jokowi, yakni Kaesang Pangarep, memang tengah cukup disorot dalam
dunia perbisnisan.
Terlebih, baru-baru ini Kaesang diketahui membeli saham
perusahaan makanan beku senilai Rp92,2 miliar.
Nah, menanggapi hal tersebut, rupanya ekonom senior Rizal
Ramli turut buka suara dan melontarkan tanggapan yang terkesan sinis kepada
Kaesang.
Ia secara terang-terangan mempertanyakan sumber dana yang
dipakai oleh putra Presiden Jokowi tersebut.
Apalagi menurutnya, Kaesang Pangarep selama ini hanya dikenal
sebagai pebisnis pisang dan martabak saja.
Oleh karena itu, ia menilai bahwa uang yang dipakai Kaesang
itu tidak mungkin hanya berasal dari bisnisnya semata.
Adapun hal tersebut disampaikan Rizal Ramli dalam sebuah
tayangan di kanal YouTube Refly Harun, sebagaimana dilansir terkini.id via
Pikiranrakyat pada Senin, 13 Desember 2021.
Di sana, Rizal Ramli pertama-tama mengungkapkan bahwa
keserakahan di tengah pandemi Covid-19 tidak mencerminkan Indonesia.
Itu karena jika Indonesia menganut pada filosofi Pancasila
dan Undang-Undang Dasar, maka menurutnya seharusnya masyarakat menentang kapitalisme
ugal-ugalan.
Namun, kata Rizal Ramli, bukan berarti para pendiri Indonesia
memilih sistem komunis. Mereka katanya memilih jalan tengah, tetapi menegaskan
bahwa fenomena yang terjadi di Pemerintahan Presiden Jokowi ini bukan juga
kapitalisme.
“Yang terjadi hari ini bukan kapitalisme, kapitalisme itu
kompetitif, ada governance, ada transparansi, dan accountability,” tuturnya.
“Yang terjadi ini ya bahasa sopannya negara kleptokrasi,
jangan di-bahasa-Indonesiakan, nanti jadi masalah.”
Sebagai informasi, kleptokrasi adalah yang berasal dari
publik/rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau diri sendiri.
Pemerintahan seperti itu umumnya tidak jauh dari
praktik-praktik korupsi, kezaliman, dan kriminalisasi.
Rizal Ramli lantas menjelaskan bahwa negara kleptokrasi lebih
mengerikan daripada sistem kapitalisme.
Ia juga menjelaskan bahwa tokoh-tokoh kemerdekaan Republik
Indonesia rata-rata memiliki standar etika Eropa.
“Orang seperti Bung Hatta, Agus Salim, dan yang lainnya,
mereka tidak mau menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri,”
ujarnya.
“Tidak mau memanfaatkan haknya rakyat dan negara untuk
keuntungan pribadi, itu standar etika Eropa,” sambungnya lagi.
“Mulai Orde Baru makin kacau, tapi hari ini bukan hanya lebih
kacau, jadi super kacau.”
Dirinya mengakui bahwa dahulu pernah membuat istilah
‘pengpeng’ yang memiliki arti pengusaha sekaligus pejabat.
Meskipun kedua profesi itu menurutnya adalah profesi yang
mulia, tetapi jika digabungkan akan menjadi kacau.
Rizal Ramli pun kemudian melanjutkannya dengan membahas
anggaran pandemi Covid-19 pada tahun 2020 yang menurutnya sia-sia.
“Selanjutnya adalah, pandemi itu kan masa susah, yang
meninggal ratusan ribu orang. Harusnya kan kita kompak kita saling bantu.
Pandemi itu mulai ada perbaikan penyelesaiannya pada kuartal pertama tahun 2021
karena strateginya lebih jelas.”
Dalam masa susah itu, menurutnya, justru orang-orang di
Indonesia ini banyak yang mencari kesempatan.
“Rakyat lagi susah, mereka memanfaatkan kekuasaannya untuk
memperkaya diri dan kelompoknya, ini udah keterlaluan banget.
Meskipun ia engakui tidak menyukai Presiden Jokowi diproses
dan diadili secara hukum, tapi untuk saat ini hal itu katanya mesti dilakukan.
“Mungkin karena sudah keterlaluan, barangkali kita bikin
sejarah baru supaya kapok gitu loh. Pejabat negara itu amanah ya kan, kalo
enggak ya gak kapok-kapok,” ungkapnya.
“Dulu kita kritik KKN ya kan, Tommy Soeharto, terutama
anak-anaknya. Hari ini ada anak kecil beli investasi saham ratusan miliar, duit
dari mana? Itu kan duit dari bisnis jualan pisang doang ditambah jualan
martabak,” sindirnya menohok, yang diduga kuat ditujukan untuk Kaesang
Pangarep, anak Presiden Jokowi.
Oleh karena itu, dirinya meminta Presiden Jokowi segera
diproses karena menurutnya, permasalahan Indonesia kini sudah sangat kompleks.
(*)