Latest Post


 

SANCAnews.id – Ketua DPW PPP DKI Jakarta Abraham Lunggana atau lebih dikenal Haji Lulung meninggal dunia dalam usia 62 tahun. Lulung dikenal sebagai tokoh Betawi dan politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

 

Karir politik Lulung bersinar saat menjadi wakil ketua DPRD DKI Jakarta 2014-2018. Sosok Lulung menghiasi pemberitaan saat dia kerap berseteru dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Lulung bahkan menyebut dirinya sebagai simbol perlawanan terhadap Ahok.

 

Namun, perbedaan dukungan calon pasangan gubernur dan wagub pada Pilgub DKI 2017 membuatnya pisah jalan dengan PPP. Lulung saat itu mendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, sedangkan partainya mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Lulung dipecat sebagai kader PPP.

 

Lulung kemudian pindah ke Partai Amanat Nasional (PAN) dan lolos menjadi anggota DPR dari dapil Jakarta III pada Pemilu 2019. Pada September 2021, Lulung memutuskan kembali ke PPP. Saat pamit kepada Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dia mengungkapkan diminta ulama untuk mengurus PPP. Lulung kembali ke PPP setelah tiga tahun keluar. Posisi Ketua DPW PPP DKI Jakarta diembannya.

 

Berdasarkan profil di situs resmi DPR, Lulung lahir di Jakarta, 24 Juli 1959. Dia aktif mengikuti berbagai organisasi masyarakat dan sempat menjadi ketua di berbagai ormas. Beberapa di antaranya adalah Ketua Umum Gerak Betawi (2001-2010), Ketua Umum Pemuda Panca Marga (2011-2019), dan kini sedang menjabat sebagai Ketua Umum Bamus Betawi periode 2018-2023.

 

Sebelum menjadi politisi, Lulung merupakan pengusaha yang bergerak dalam bidang jasa keamanan, perparkiran, dan penagihan utang. Lulung juga memiliki kantor pengacara bernama Lunggana Advocate & Friends yang berlokasi di Tanah Abang.

 

Saat mengembuskan napas terakhirnya di RS Harapan Kita, Selasa (14/12) pukul 10.51 WIB, Lulung sedang menjalani perawatan karena terkena serangan jantung. Lulung sebelumnya dilarikan ke RS Harapan Kita pada Jumat 3 Desember 2021.

 

Sosok Kesatria dan Berani Ambil Keputusan 

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyampaikan dukacita atas berpulangnya Haji Lulung. Zulhas memuji lulung sebagai sosok Kesatria.

 

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Pagi ini kami mendapatkan kabar duka, saudaraku Abraham Lunggana atau dikenal dengan panggilan akrab Haji Lulung meninggal dunia. Setelah tiga minggu dirawat di RS Harapan Kita karena sakit jantung, beliau berpulang dipanggil Allah SWT," cuit Zulhas dalam akun twitternya @ZUL_Hasan, Selasa (14/12).

 

Di mata Zulhas, Lulung merupakan sosok yang berani mengambil keputusan. "Beliau Orangnya ksatria, kami bersahabat melampaui partai. Persahabatan kami lebih dari batas politik," kata dia.

 

"Semoga almarhum husnul khotimah dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Amal baik Haji Lulung semasa hidup sangat banyak, mudah-mudahan menjadi jalan yang menghapus dosa-dosanya dan melapangkan kuburnya," tulis Zulhas.

 

Dua minggu lalu Zulhas sempat menjenguk Haji Lulung dan mengabarkan bahwa kondisinya membaik karen siuman dari koma, bahkan sempat berkomunikasi dengannya meski hanya dengan gerakan bibir.

 

"Beberapa waktu lalu saya bersama Ketua DPW PAN DKI Eko Patrio sempat menjenguk Haji Lulung di RS Harapan Kita. Saat itu beliau baru siuman dari koma. Sempat cukup bahagia karena Haji Lulung sudah bisa mengenali saya dan merespons dengan ucapan terima kasih," cerita Zulhas. (mdk)



 

SANCAnews.id – Abraham Lunggana atau Haji Lulung, politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dikabarkan meninggal dunia.


Diketahui, Haji Lulung meninggal dunia saat dirawat di RS Harapan Kita. Mantan politisi PAN itu dirawat setelah berulang kali mengalami serangan jantung pada Kamis (2/12).

 

Kabar duka tersebut disampaikan oleh Ketua DPP PPP, Achmad Baidowi. Dikatakan, Haji Lulung meninggal dunia sore tadi sekitar pukul 10.51 WIB.


"Innaalillaahi Wainnaa Ilaihi Roojiuun. Baru saja kabar dukacita. Ketua DPW PPP DKI abangda Haji Lulung meninggal dunia pada Selasa, 14 Desember 2021 jam 10.51 WIB," kata Achmad Baidowi, Selasa (14/12). **



 

SANCAnews.id – Bripka IS (35), anggota Polres Lahat yang terlibat hubungan asmara dengan IS (20), seorang istri narapidana kasus narkoba, dijatuhi sanksi disiplin berupa hukuman penjara selama 21 hari.

 

Selain itu, Bripka IS juga dihukum dengan penundaan kenaikan pangkat dalam satu periode.

 

Dalam sidang disiplin yang berlangsung di Polda Sumatera Selatan, terungkap bahwa Bripka IS dan IN ternyata memiliki hubungan khusus.

 

Keduanya kemudian melakukan hubungan suami istri hingga IN mengandung anak hasil hubungan gelap mereka. Saat ini, kehamilan memasuki usia dua bulan.

 

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumatera Selatan Kombes Supriadi mengatakan, pebuatan yang dilakukan oleh Bripka IS telah mencoreng nama baik Institusi Kepolisian. Sebab, Bripka IS diketahui saat ini telah memiliki istri dan anak.

 

"Dia punya istri, tapi ada wanita lain. Maka Bripka IS dijatuhi sanksi berupa penempatan dalam tempat khusus selama 21 hari, serta penundaan mengikuti pendidikan selama satu periode dengan masa pengawasan terhitung mulai 13 Desember 2021 sampai 13 Juni 2022. Sanksi itu berlaku mulai hari ini sejak putusan sidang dijatuhkan," kata Supriadi kepada wartawan, Senin (13/12/2021).

 

Supriadi mengatakan, dari seluruh fakta persidangan, majelis sidang etik tidak menemukan adanya unsur pemerkosaan maupun ancaman yang dialami oleh IN. Hubungan gelap antara Bripka IS dan IN didasari atas dasar keinginan bersama.

 

"Jadi terkait kabar beredar yang menyebutkan telah terjadi tindak pemerkosaan atau di bawah paksaan, rasanya itu tidak tepat. Soalnya, antara Bripka IS dan IN memang punya hubungan spesial," ujar Supriadi.

 

Selain itu, Supriadi pun mempersilakan kepada Bripka IS membuat laporan apabila merasa dirugikan atas tuduhan pemerkosaan.

 

"Itu hak dia (Bripka IS) untuk membuat laporan, karena seperti yang kita tahu IN banyak mengungkap kata yang tidak sebenarnya," kata Supriadi. (kompas)



 

SANCAnews.id – Seperti diketahui, kini anak Presiden Joko Widodo alias Jokowi, yakni Kaesang Pangarep, memang tengah cukup disorot dalam dunia perbisnisan.

 

Terlebih, baru-baru ini Kaesang diketahui membeli saham perusahaan makanan beku senilai Rp92,2 miliar.

 

Nah, menanggapi hal tersebut, rupanya ekonom senior Rizal Ramli turut buka suara dan melontarkan tanggapan yang terkesan sinis kepada Kaesang.

 

Ia secara terang-terangan mempertanyakan sumber dana yang dipakai oleh putra Presiden Jokowi tersebut.

 

Apalagi menurutnya, Kaesang Pangarep selama ini hanya dikenal sebagai pebisnis pisang dan martabak saja.

 

Oleh karena itu, ia menilai bahwa uang yang dipakai Kaesang itu tidak mungkin hanya berasal dari bisnisnya semata.

 

Adapun hal tersebut disampaikan Rizal Ramli dalam sebuah tayangan di kanal YouTube Refly Harun, sebagaimana dilansir terkini.id via Pikiranrakyat pada Senin, 13 Desember 2021.

 

Di sana, Rizal Ramli pertama-tama mengungkapkan bahwa keserakahan di tengah pandemi Covid-19 tidak mencerminkan Indonesia.

 

Itu karena jika Indonesia menganut pada filosofi Pancasila dan Undang-Undang Dasar, maka menurutnya seharusnya masyarakat menentang kapitalisme ugal-ugalan.

 

Namun, kata Rizal Ramli, bukan berarti para pendiri Indonesia memilih sistem komunis. Mereka katanya memilih jalan tengah, tetapi menegaskan bahwa fenomena yang terjadi di Pemerintahan Presiden Jokowi ini bukan juga kapitalisme.

 

“Yang terjadi hari ini bukan kapitalisme, kapitalisme itu kompetitif, ada governance, ada transparansi, dan accountability,” tuturnya.

 

“Yang terjadi ini ya bahasa sopannya negara kleptokrasi, jangan di-bahasa-Indonesiakan, nanti jadi masalah.”

 

Sebagai informasi, kleptokrasi adalah yang berasal dari publik/rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau diri sendiri.

 

Pemerintahan seperti itu umumnya tidak jauh dari praktik-praktik korupsi, kezaliman, dan kriminalisasi.

 

Rizal Ramli lantas menjelaskan bahwa negara kleptokrasi lebih mengerikan daripada sistem kapitalisme.

 

Ia juga menjelaskan bahwa tokoh-tokoh kemerdekaan Republik Indonesia rata-rata memiliki standar etika Eropa.

 

“Orang seperti Bung Hatta, Agus Salim, dan yang lainnya, mereka tidak mau menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri,” ujarnya.

 

“Tidak mau memanfaatkan haknya rakyat dan negara untuk keuntungan pribadi, itu standar etika Eropa,” sambungnya lagi.

 

“Mulai Orde Baru makin kacau, tapi hari ini bukan hanya lebih kacau, jadi super kacau.”

 

Dirinya mengakui bahwa dahulu pernah membuat istilah ‘pengpeng’ yang memiliki arti pengusaha sekaligus pejabat.

 

Meskipun kedua profesi itu menurutnya adalah profesi yang mulia, tetapi jika digabungkan akan menjadi kacau.

 

Rizal Ramli pun kemudian melanjutkannya dengan membahas anggaran pandemi Covid-19 pada tahun 2020 yang menurutnya sia-sia.

 

“Selanjutnya adalah, pandemi itu kan masa susah, yang meninggal ratusan ribu orang. Harusnya kan kita kompak kita saling bantu. Pandemi itu mulai ada perbaikan penyelesaiannya pada kuartal pertama tahun 2021 karena strateginya lebih jelas.”

 

Dalam masa susah itu, menurutnya, justru orang-orang di Indonesia ini banyak yang mencari kesempatan.

 

“Rakyat lagi susah, mereka memanfaatkan kekuasaannya untuk memperkaya diri dan kelompoknya, ini udah keterlaluan banget.

 

Meskipun ia engakui tidak menyukai Presiden Jokowi diproses dan diadili secara hukum, tapi untuk saat ini hal itu katanya mesti dilakukan.

 

“Mungkin karena sudah keterlaluan, barangkali kita bikin sejarah baru supaya kapok gitu loh. Pejabat negara itu amanah ya kan, kalo enggak ya gak kapok-kapok,” ungkapnya.

 

“Dulu kita kritik KKN ya kan, Tommy Soeharto, terutama anak-anaknya. Hari ini ada anak kecil beli investasi saham ratusan miliar, duit dari mana? Itu kan duit dari bisnis jualan pisang doang ditambah jualan martabak,” sindirnya menohok, yang diduga kuat ditujukan untuk Kaesang Pangarep, anak Presiden Jokowi.

 

Oleh karena itu, dirinya meminta Presiden Jokowi segera diproses karena menurutnya, permasalahan Indonesia kini sudah sangat kompleks. (*)



 

SANCAnews.id – Hujan deras mengguyur Surabaya disertai angin kencang. Banjir terjadi di sejumlah ruas jalan.

 

Pantauan detikcom di Jalan Ahmad Yani, ada genangan setinggi 5 cm. Kemudian di bawah Jembatan Mayangkara, tepatnya di depan Rumah Sakit Islam (RSI), genangan air juga ada.

 

Dampak dari genangan air di depan RSI, Jalan Ahmad Yani yang menuju Jalan Wonokromo macet total. Baik di jalur cepat maupun di frontage.

 

Selain banjir, juga banyak pohon tumbang di Surabaya. Kepala Dinas DKRTH Anna Fajriatin mengatakan, pohon tumbang salah satunya terjadi di Jalan Kertajaya.

 

"Petugas sudah kita sebar, di utara, barat, timur. Rayon kita banyak jadi yang dekat bantu," kata Anna, Minggu (12/12/2021). **


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.