Latest Post


 

SANCAnews.id – Kecelakaan kerja proyek strategis pemerintah kembali terjadi. Kali ini, pembongkaran pier di proyek Kereta Cepat Jakarta bandung (KJCB) DK 46 yang jatuh menimpa eskavator proyek.

 

Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Mirza Soraya menyampaikan bahwa para pekerja melakukan rework atau mengulang pekerjaan pembangunan pier sesuai dengan spesifikasi.

 

“Dilakukan pembongkaran karena ada pergeseran,” kata Mirza ketika dikonfirmasi Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (8/12).

 

Dia menambahkan, pier atau tiang tersebut dibongkar kembali lantaran untuk menyesuaikan spesifikasi teknis yang telah ditentukan.

 

“Semua sudah sesuai dengan SOP Engineering terkait pembongkaran pier,” ucapnya.

 

Mirza mengatakan, sertifikasi desain dan fungsional Pier KCJB dilakukan oleh Tim Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian PUPR termasuk didalamnya Tunnel dan Jembatan.

 

Sertifikasi itu, kata Mirza, untuk memastikan kelayakan desain dan fungsi sesuai standar yang berlaku.

 

"Usia teknis kontruksi KCJB didesain untuk umur kontruksi 100 tahun,” tutupnya.

 

Sebuah video berdurasi 30 detik ramai diperbincangkan netizen di media sosial Twitter pada Rabu sore (8/12).

 

Video yang diupload akun Twitter @AlburhanCenter tersebut memperlihatkan prosesi pembongkaran salah satu infrastruktur yang belum selesai dibangun.

 

Akun Twitter @AlburhanCenter menyebutkan, pembongkaran tiang pancang yang terlihat di dalam video tersebut adalah proyek yang dijalankan PT Kereta Cepat Indo-China (KCIC). *



 

SANCAnews.id – Sebuah video berdurasi 30 detik ramai diperbincangkan netizen di media sosial Twitter pada Rabu sore (8/12).

 

Video yang diupload akun Twitter @AlburhanCenter tersebut memperlihatkan prosesi pembongkaran salah satu infrastruktur yang belum selesai dibangun.

 

Akun Twitter @AlburhanCenter menyebutkan, pembongkaran tiang pancang yang terlihat di dalam video tersebut adalah proyek yang dijalankan PT Kereta Cepat Indo-China (KCIC).

 

"Konon katanya salah koordinat. Entah ada berapa titik Pier (tiang pancang) yang dibongkar. Kerjaan triliunan. Prestasi luar biasa," tulis akun Twitter @AlburhanCenter yang dikutip Kantor Berita Politik RMOL Rabu malam (8/12).

 

Pengguna akun Twitter lain banyak yang mengomentari video yang diupload akun @AlburhanCenter tersebut.

 

Beberapa di antaranya mempertanyakan para pekerja yang berada di dalam alat berat yang membongkar tiang pancang kereta cepat tersebut.

 

"Apa operatornya selamat," komen akun Twtter @Joharaliyy.

 

"Operatornya kok ceroboh gitu yak?" tanya akun Twotter @SofyanHam_id.

 

Selain itu, ada pula yang mempermasalahkan pekerjaan proyek yang dilaksanakan oleh PT KCIC dengan biaya yang mencapai Rp 27,74 triliun.

 

"Ya Allah yang dihancurkan itu buatnya pakai daun bukan?" heran akun Twitter @cha_malla sembari memberikan emoticon tertawa.

 

"Busyet terus dibebani satu tiang aja biayanya berapa tuh? kata @Muhammad_NamaQ. (**) 


 

SANCAnews.id – Pemerintahan Republik Indonesia (RI) sudah saatnya buka suara mengenai klaim sepihak negara Republik Rakyat China (RRC) dan menuntut dihentikannya pengeboran minyak dan gas di wilayah Laut Natuna Utara.

 

Idealnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku Kepala Negara bersuara atas protes diplomatik RRC meminta Indonesia menghentikan pengeboran minyak di wilayah kedaulatannya sendiri.

 

"Yang paling ideal tuh ya itu (Presiden Jokowi bersikap)," kata Koordinator Front Anti Dominasi Asing Mohammad Jumhur Hidayat kepada wartawan di depan Kantor Dubes RRC untuk Indonesia, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu siang (8/12).

 

Menurut Jumhur, Presiden RI sudah selayaknya menunjukkan nasionalisme sejatinya ketika wilayahnya kedaulatan NKRI coba dikoyak-koyak oleh Pemerintah RRC.

 

Ia menyayangkan sikap Jokowi yang memilih diam seribu bahasa terkait klaim sepihak RRC terhadap Laut Natuna Utara.

 

"Yang gagah berani nasionalisme dibangun harusnya ditunjukkan saat ini. Makanya saya bilang nasionalisme apa? kalau pejabat pemerintah tidak bisa menyampaikan itu nasionalisme sontoloyo saya bilang," tegasnya.

 

"Apalagi konsep sontoloyo juga tentang nasionalisme itu," imbuh dia menegaskan.

 

Atas dasar itu, Aktivis Senior ini meminta pemerintah segera bersikap dan bertaubat atas sikap politiknya terhadap Pemerintah RRC selama ini.

 

Menurutnya, jika pemerintah bersikap, maka rakyat Indonesia pasti akan mendukung sepenuhnya.

 

"Kalau tidak, ini akan lebih berbahaya karena akumulasi kemarahan masyarakat terhadap RRC ini begitu kuat," tandasnya. (rmol)



 

SANCAnews.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) tiba-tiba mendapat gulungan kertas misterius dari seorang warga, saat melakukan kunjungan di daerah pengungsian Gunung Semeru, Jawa Timur, Selasa (7/12/2021).

 

Gulungan kertas itu diduga sebuah surat yang tidak diketahui apa isinya. Benda itu didapat dari lemparan seorang pria yang menghampiri Jokowi saat tiba di sana.

 

Dalam unggahan akun Instagram @indoviral8, awalnya mobil dinas yang ditumpangi Jokowi melintas perlahan di samping warga yang menyambut kedatangannya.

 

Tentunya, kedatangan Jokowi juga dikawal oleh sejumlah Paspampres berbadan kekar.

 

Pada saat itu juga, ada seorang pria yang memakai celana panjang hitam, baju cokelat dan kopiah hitam memegang sebuah gulungan kertas yang ia sembunyikan di belakang badannya.

 

Tiba-tiba, surat yang dipegang oleh pria tadi dilempar dan tepat mengenai telapak tangan Jokowi di dalam mobil itu. Sontak, salah satu Paspampres yang melihat kertas itu sampai di tangan Jokowi, langsung panik.

 

Paspampres itu langsung menoleh ke arah gulungan kertas di tangan Jokowi lalu menoleh lagi ke warga yang melempar kertas itu ke Jokowi.

 

Sementara Jokowi yang menerima gulungan kertas itu tampak meresponsnya. Orang nomor satu di Indonesia itu langsung membuka isi dari gulungan kertas itu, lalu menyimpannya.

 

Belum diketahui isi dari gulungan kertas itu. Termasuk siapa pria yang melempar benda tersebut dan tepat mengenai ke Jokowi.

 

Video tersebut telah disukai sebanyak 3 ribu lebih. Netizen juga heran dengan isi gulungan kertas putih itu, hingga sampai di tangan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

 

“Isi tulisannya apa tuh,” tanya @harialdi.

 

“Bisa pas banget nyangkut ditangannya pak Jokowi, keren,” kata @ifal yang diakhiri emoticon tertawa. (fajar)



 

SANCAnews.id – Sedikitnya 100 massa dari Front Anti Dominasi Asing  (FADA) siap mengepung Kantor Duta Besar (Dubes) RRC di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (8/12/2021). Mereka menggelar aksi dari pukul 14.00 WIB hingga selesai guna menolak dominasi RRC di Indonesia.

 

"Massa dari pihak kami sekitar 50 - 100 orang. Namun kami tidak tau bila umum lain ikut aksi ini, tentu itu diluar kemampuan kami," ujar Sekretaris Front Anti Dominasi Asing, Agusto saat dikonfirmasi Harian Terbit, Selasa (7/12/2021).

 

Agusto mengatakan, aksi Front Anti Dominasi Asing sebagai jawaban terkait aksi propaganda Pemerintah Negara Komunis RRC atas klaim wilayah Laut Natuna Utara (Laut China Selatan), perintah penghentian pengeboran minyak, dan latihan militer Indonesia di wilayah tersebut oleh pihak RRC. Tapi ternyata tidak ada tindakan tegas Pemerintah Indonesia atas intervensi RRC tersebut.

 

"Maka dengan ini Front Anti Dominasi Asing memprotes kepada pihak RRC.  Seluruh dominasi RRC atau Asing lainnya menurut Konstitusi tidak dibenarkan dilakukan kepada Indonesia bahkan di negara manapun," ujarnya.

 

Angkat Senjata

 

Terpisah, pengamat politik dari Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie mengatakan, China yang memprotes Indonesia terkait pengeboran minyak dan gas di Natuna karena selama ini Indonesia terlalu membiarkan China berinvestasi dan menguasai negeri ini. Tidak heran, China semakin berani terhadap Indonesia.

 

"Itulah jika Indonesia terlalu membiarkan Cina berinvestasi dan menguasai negeri ini," ujar Jerry kepada Harian Terbit, Selasa (7/12/2021).

 

Jerry pun meminta agar TNI bergerak atas tindakan China yang semakin berani terhadap Indonesia. Indonesia harus menunjukkan kepada China sebagai negara yang berdaulat dan merdeka atas tekanan dari negara lain. Apalagi terhadap China yang selama ini telah diberikan banyak keluasan oleh pemerintah Indonesia.

 

"Saya kira TNI harus angkat senjata. Jangan sampai wilayah Natuna direbut dan dirampas pemerintah Komunis China," tegasnya.

 

"Menhan Prabowo juga harus keras dan keras diplomasi kalau sudah tak jalan segera kirimkan alutista yang baru dibeli," tambahnya.

 

Jerry menilai, ultimatum perlu dilakukan pemerintah Indonesia terhadap China sebagai shock therapy untuk mengusir siapapun negara untuk keluar dari NKRI. Tindakan tegas itu dilakukan karena selama pemerintah Indonesia terlalu lembek terhadap China. Karena bukan Natuna saja yang ingin dikuasai negara lain tapi ada banyak tempat lain.

 

"Sistem pemerintahan China licik.  Jangan terkecoh dengan rayuan mereka," tandasnya. (harianterbit)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.