Latest Post



 

SANCAnews.id – Massa Reuni 212 terpaksa bertahan di bahu jalan karena lokasi aksi mereka yaitu Bundaran Patung Kuda dan kawasan Monas ditutup atau steril dari kendaraan dan kerumunan aksi.

 

Reuni 212 atau long march masih berlangsung di Jalan MH Thamrin dan Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (2/12/2021).

 

Salah satu peserta aksi 212, Anwar Nawawi (36) mengungkapkan bahwa teman-temannya masih menunggu yang lain lantaran terjebak.

 

"Kalau dari yang disampaikan teman-teman kemungkinan masih di sekitar sini sampai jam 11. Kita juga masih menunggu teman-teman lainnya yang terjebak tidak bisa lewat," katanya dikutip dari Antara, Kamis (2/12/2021).

 

Anwar menjelaskan bahwa dia dan rombongan dari Bogor sampai di Jakarta sejak pukul 08.00 WIB.

 

Sementara itu, rombongan massa lainnya mengarah ke Pondok Pesantren Az Zikra di Gunung Sindur, Jawa Barat.

 

Massa Aksi 212 yang lainnya, Bagas (38) mengaku kecewa dengan adanya penutupan jalan di kawasan Patung Kuda dan Monas.

 

"Sebenarnya merasa didiskriminasikan karena sebenarnya saat demo Omnibus Law di MK, sebagian dari kami juga ikut aksi. Tetapi justru saat 212 tidak diperbolehkan, padahal kita tidak ada sejarahnya rusuh," kata dia.

 

Sebelumnya, massa Reuni 212 melakukan jalan pawai (long march) dari Kebon Sirih menuju Tugu Tani, hingga Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng.

 

Kemudian setelah beristirahat sementara, massa kembali berjalan menuju Kebon Sirih dan Jalan MH Thamrin. (*)



 

SANCAnews.id – Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif menyuarakan tiga tuntutan dalam aksi Reuni 212 di kawasan Jakarta Pusat.

 

Hal ini ia sampaikan dalam orasi di atas mobil komando yang terletak di Jalan Wahid Hasyim. Mengingat, peserta aksi tak bisa berkumpul di kawasan Patung Kuda karena diblokade.

 

Slamet menyerukan tiga tuntutan. Pertama, peserta aksi Reuni 212 menuntut penghentian kriminalisasi ulama. Namun, ia tak menyinggung siapa pihak yang mendapat kriminalisasi itu.

 

"Kita menuntut untuk hentikan kriminalisasi ulama. Kita hari ini aksi bela ulama, enggak boleh ada ulama yang dizalimi dengan berbagai aneka macam kasus yang dibikin-bikin," kata Slamet di lokasi, Kamis, 2 November.

 

Kedua, Slamet menyuarakan pembelaannya kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) usai narasi dorongan pembubaran MUI karena salah satu anggota komisi fatwanya ditangkap Densus 88. Slamet tak mau MUI dibubarkan.

 

"Kenapa harus kita bela, karena ada sekelompok orang yang mencoba-coba mewacanakan untuk membubarkan MUI. siap bela MUI?" seru Slamet dan disahut ramai oleh peserta aksi.

 

Ketiga, Slamet mengajak para peserta aksi 212 untuk menolak adanya praktik korupsi. Slamet pun menyoroti dugaan korupsi pada bisnis pengadaan tes PCR.

 

"Kita hari ini ganyang koruptor, siapapun orangnya, kelompoknya, partainya yang dalam kondisi krisis, rakyat kelaparan di mana-mana, eh dia embat uang rakyat untuk kepentingan pribadinya, wajib ganyang semua. Termasuk kita minta wahai pemerintah, KPK, usut bisnis PCR. Betul? Karena ada indikasi koruptor di situ," ungkapnya.

 

Pantauan di lapangan sejumlah massa aksi Reuni 212 masih berada di sekitaran kawasan Monas. Namun mereka tak bisa masuk ke area tersebut. (voi)



 

SANCAnews.id – Seorang pria bernama Iwan hingga pukul 10.30 WIB masih tertahan di simpang gedung Mandiri, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (2/12/2021) hari ini. Warga Depok, Jawa Barat itu merupakan salah satu massa Reuni 212 yang tertahan dan tidak bisa bergerak ke kawasan Patung Kuda.

 

Pasalnya, aparat gabungan TNI, Polri, hingga Satpol PP telah menutup sejumlah ruas jalan yang mengarah ke Patung Kuda hingga Istana Merdeka. Sejumlah jalan tersebut ditutup aparat menggunakan barier plastik hingga kawat berduri.

 

Kepada wartawan, Iwan mengaku jika mendapat undangan perihal acara Reuni 212 dari media sosial. Hingga kekinian, kata dia, belum ada arahan kepada massa aksi untuk meninggalkan lokasi lantaran pihak keamanan tidak memberi izin.

 

"Undangan lewat medsos biasa. (Hingga kini) Belum ada (pulang). Kami nunggu arahan," sambungnya.

 

Peserta lain bernama Yani mengaku kecewa lantaran acara Reuni 212 tidak bisa berlangsung seperti gelaran-gelaran sebelumnya.

 

Sembari mengumpat, dia mengatakan, "Secara enggak sadar ini sudah dijadikan negara komunis!" (suara)



 

SANCAnews.id – Anggota Komisi I DPR Muhammad Farhan mengungkapkan Pemerintah Indonesia diminta oleh China untuk menghentikan segala aktivitas pengeboran di lepas pantai di seluruh Laut Natuna Utara yang berbatasan dengan Laut China Selatan.

 

Farhan yang merupakan politisi partai Nasdem itu menyatakan permintaan China itu disampaikan melalui surat Komunike Diplomatic pada Agustus dan September 2021 lalu.

 

Menurut China, kata Farhan, pengeboran yang dilakukan Indonesia tersebut melanggar prinsip Nine Dash Line yang merupakan wilayah historis China.

 

Meski surat tersebut tidak bernada ancaman, namun menurut Farhan, Indonesia harus menanggapinya dengan serius lantaran baru kali pertama China mengirimkan komunike diplomatic dan klaimnya di wilayah Laut Natuna Utara.

 

Farhan menyatakan pemerintah Indonesia telah tegas menolak hal itu karena berpedoman terhadap prinsip hukum internasional yakni UNCLOS 1982.

 

"Kami di Komisi 1 tidak diperlihatkan suratnya, namun kami membahasnya secara resmi dan mendukung sikap Pemerintah RI yang dalam hal ini diwakili oleh Kemenlu RI," jelas Farhan melalui pesan singkat pada Era.id pada Rabu (1/12/2021).

 

Indonesia, jelas Farhan, tetap menjamin pelaksanaan pengeboran lepas pantai yang akan dikawal oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI.

 

"Sebagai wujud kehadiran Negara dalam memberikan rasa aman kepada Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum (perusahaan pengeboran) Republik Indonesia," tambah dia.

 

"Surat tersebut tidak pernah diperlihatkan maupun disebarkan, bahkan di Komisi 1 DPR, karena komunike Diplomatik adalah komunikasi tertutup antara cabang pemerintahan diplomatik antara dua negara," pungkas dia. (*)



 

SANCAnews.id – Puluhan massa Reuni 212 bersalawat saat berkumpul di kawasan perbatasan barikade Jalan H. Agus Salim dan Jalan Kebon Sirih sejak pukul 06.00 WIB, Kamis.

 

Massa memilih berkumpul di lokasi tersebut karena Jalan Merdeka Selatan dan jalan di sekitar kawasan bundaran Patung Kuda dan Monas disterilkan atau tidak ada kendaraan yang boleh melintas.

 

“Seperti yang dilihat, semangat umat untuk datang itu tidak bisa dibendung. Kita datang ke sini sebenarnya untuk silaturahmi saja,” kata Wakil Korlap Reuni 212 Babe Aldo, saat ditemui di Jalan Kebon Sirih, Jakarta.

 

Aldo mengaku bahwa massa hanya ingin bersilaturahmi sebagai kegiatan tahunan mereka.

 

Meskipun sejumlah jalan ditutup, ia dan para massa tetap melakukan kegiatan yang disebut Bela Islam.

 

Senada dengan itu, salah satu warga Tangerang, Andi, mengaku sempat berkumpul di dekat Monas. Namun, aparat kepolisian langsung membubarkan.

 

“Padahal saya dan teman-teman cuma mau berkumpul di titik temu. Tapi tidak lama langsung dibubarkan. Jadinya, di sini saja nunggu teman-teman yang lain,”kata dia.

 

Berdasarkan pantauan, sejumlah massa Reuni 212 terlihat duduk bersama sambil melantunkan selawat di aspal dengan baju bernuansa putih yang mereka kenakan.

 

Mereka juga terlihat saling membagikan sarapan di depan kawasan barikade kawat berduri Jalan H. Agus Salim.  (fin)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.