SEJUMLAH kisah istri Bung Karno
terulis dalam buku. Antara lain, Inggit, Kuantar Ke Gerbang; Fatmawati, Catatan
Kecil Bersama Bung Karno; Haryatie, Soekarno The Hidden Story; Hartini,
Biografi Hartini Soekarno; Ratna Sari Dewi, Sakura di Tengah Prahara; Yurike
Sanger, Kisah Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA; Heldy Djafar, Heldy, Cinta
Terakhir Bung Karno.
Selain itu kisah istri Bung Karno juga ditulis dalam buku
Bunga-Bunga di Taman Hati Soekarno, Kisah Cinta Bung Karno Dengan 9 Istrinya
yang ditulis penulis Haris Priyatna. Ada pula Total Bung Karno karya Roso
Daras.
Presiden Sukarno atau Bung Karno tercatat mempunyai 9 istri.
Sembilan istri Soekarno tersebut antara lain adalah, Oetari, Inggit Garnasih,
Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, Kartini Manoppo
dan Heldy Djafar.
Dari kesembilan istri Bung Karno, enam di antaranya berakhir
dengan perceraian; Siti Oetari, Inggit Garnasih, Kartini Manoppo, Haryati,
Yurike Sanger dan Heldy Djafar.
Saat sekolah di Surabaya, Sukarno kos di rumah HOS
.Cokroaminoto. Siti Oetari, adakah putri sulung HOS Tjokroaminoto. Sukarno
menikahi Oetari pada 1921 pada usia 21 tahun. Sedang Oetaru berumur 16 tahun.
Oetari belum lama ditinggal mati ibunya.
Ternyata Soekarno tidak mencintai Oetari. Oetari juga tidak
mencintainya. Mereka tak saling mencintai. Pernikahan mereka hanya seumur
Jagung. Soekarno akhirnya menceraikan Oetari tak lama setelah kuliah di
Bandung.
“Bila aku perlu menikahi Oetari guna meringankan beban orang
yang kupuja itu (Tjokroaminoto), itu akan kulakukan,” cetus Sukarno dalam Bung
Karno: Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams.
Roso Daras, penulis buku Total Bung Karno mengatakan,
"Istilahnya mereka menikah kawin gantung."
Inggit Ganarsih adalah istri kedua Bung Karno. Sukarno dan
Inggit bertemu di kota Bandung. Sukarno pindah ke Bandung untuk berkuliah di
Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini Institut Teknologi Bandung/ITB) tahun
1921.
Inggit usianya juga lebih tua 13 tahun, berstatus istri orang
(H Sanusi, politisi Sarekat Islam). Di rumah kos di Bandung milik Inggit cinta
bersemi. Mereka memutuskan menikah pada 24 Maret 1923. Sukarno menceraikan
Oetari dan Inggit menceraikan H Sanusi.
Mereka mengarungi bahtera rumah tangga selama hampir 20
tahun, akhirnya berpisah pada tahun 1943 karena Inggit tidak mau di madu sebab
tidak punya anak. Mereka bercerai dengan perjanjian perceraian, Sukarno
membelikan rumah di Bandung dan memberi nafkah seumur hidup.
“(Tapi) Inggit tidak pernah sekalipun menanyakan, apalagi
menuntut suatu hal yang dijanjikan Sukarno dalam surat perjanjian cerai, yang
juga disaksikan dan ditandatangani oleh Moh Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan KH
Mas Mansoer pada 1942,” tulis Ramadhan KH dalam Soekarno: Ku Antar ke Gerbang.
Setelah bercerai dari Inggit pada 1943, Bung Karno kenal
dengan Fatmawati yang juga anak angkatnya saat di Bengkulu . Fatma lalu
dinikahinya. Fatma merupakan gadis muda yang usianya lebih muda 22 tahun dari
Bung Karno. Bung karno sudah berumur 42 tahun.
Fatmawati merupakan Istri soekarno yang paling terkenal,
karena berjasa dengan menjahit bendera sang saka merah putih untuk pelaksanaan
Proklamasi.
Soekarno dari Fatmawati memiliki keturunan, lima anak. Mereka
adalah Guntur Soekarnoputra, Megawati, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra.
Istri keempat Hartini. Mereka bertemu ketika di Candi
Prambanan. Mereka menikah pada tahun 1953. Hartini saat itu berumur 29 tahun
dan berstatus janda dengan lima anak.
Dari Soekarno, Hartini dapat dua anak, yaitu Taufan
Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra. Hartini, wanita asal Ponorogo kelahiran
tahun 1924 ini bertemu pertama dengan Bung Karno tahun 1952 di kota tempat
tinggalnya, Salatiga, Jawa Tengah.
"Bapak langsung menyatakan sangat tertarik kepada diri
saya." Malahan ketika diberi tahu bahwa sudah punya lima orang anak,
muncul komentar spontan, "Benar, sudah lima anak dan masih tetap secantik
ini?"
Cinta pandangan pertama tersebut muncul seketika, dan Bung
Karno menyebutkan, "Aku jatuh cinta kepadanya. Dan kisah percintaan kami
begitu romantis sehingga orang dapat menulis sebuah buku tersendiri mengenai
hal tersebut."
Saat itu, Bung Karno masih terikat perkawinan dengan
Fatmawati, sementara status Hartini, ibu rumah tangga dengan lima anak.
Juli 1953, Bung Karno menikah dengan Hartini di Istana
Cipanas. Karena Bung Karno tidak bisa hadir, bertindak sebagai wakil nikah komandan
pasukan pengawal pribadi Presiden, Mangil Martowidjojo.
"Hartini salah satu istri Soekarno yang tetap setia
hingga ajal Bung Karno tiba. Di pangkuan Hartini , Bung Karno menghembuskan
napas terakhirnya di RS Gatot Subroto,"ungkap Roso.
Bung Karno lalu menikah dengan Haryati di Jakarta . Haryati
adalah penari yang juga merupakan staf Sekretariat Negara Bidang Kesenian itu.
Sukarno lantas menikahinya gadis berusia 23 tahun itu pada 21 Mei 1963 dengan
hajatan sederhana.
Dikatakan Haryati dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung
Karno; Haryatie, bahwa Bung Karno berpendapat, sangat bijaksana kalau
pernikahan ini tidak usah diumumkan kepada masyarakat luas.
“Kami berdua saling mencintai, tetapi menghadapi berbagai
kesulitan. Selain itu, Bapak sudah mempunyai tiga istri dan usianya sekarang 63
tahun, sedangkan saya baru 23 tahun."
Sukarno memilih menceraikannya pada 1966. “Perceraianku
dengan engkau ialah karena kita rupanya tidak ‘cocok’ satu sama lain,” tulis
Sukarno dalam surat perceraiaannya yang dikutip Reni Nuryanti dalam Perempuan
dalam Hidup Sukarno.
Istri Bung Karno berikutnya adalah Ratnasari Dewi. Dalam buku
My Friend the Dictator , ia mengungkapkan, "Saya dikenalkan kepada Bapak
di Hotel Imperial Tokyo oleh para rekan bisnis dari Jepang". Pertemuan
pertama tersebut membawa kesan sangat dalam. Tidak lama kemudian, Bung Karno
mengundangnya ke Jakarta, untuk bertamasya selama dua minggu.
Kunjungan tersebut diakhiri dengan perkawinan pada awal Maret
1962, setelah Naoko Nemoto pindah agama dan Bung Karno memilihkan nama ,
Ratnasari Dewi.
Tetapi perkawinan tersebut membawa korban. Ibu Naoko, seorang
janda, kaget dan langsung meninggal mendengar putrinya menikah dengan orang
asing. Disusul hanya 26 jam sesudahnya, Yaso, saudara lelaki Naoko, melakukan
bunuh diri. "And I was so alone. I had lost my whole family."
"Mengingat situasi serba tidak menguntungkan, mengambil
orang asing sebagai istri baru, maka selama beberapa waktu pernikahan kami
disembunyikan. Saya merasa sangat tersiksa, harus selalu sendirian dan
bersembunyi di rumah. Satu-satunya kegembiraan, Bapak sangat memperhatikan
segala macam keperluan saya. Bapak menyulutkan rokok saya, Bapak dengan setia
membawakan buah-buahan,"paparnya.
Petualangan Bung Karno belum berakhir. Ia jatuh cinta pada
seorang model dan mantan pramugari. Namanya Kartini Manoppo asal Bolaang
Mongondow, Sulawesi Utara yang jadi salah satu model lukisan karya Basoeki
Abdullah . Setelah ditanya siapa modelnya dan alamatnya, Sukarno mendekati
Kartini.
“Kartini yang menjadi pramugari pesawat Garuda, lantas
dimintanya ikut terbang setiap kali Presiden Sukarno ke luar negeri,” ungkap
Peter Kasenda dalam Bung Karno: Panglima Revolusi. Rayuan maut .
Mereka menikah tidak secara resmi, melainkan hanya nikah siri
pada 1959, “Keluarga tidak menyetujui. Pantang bagi keluarga terpandang putri
kesayangannya jadi istri kelima meski dia seorang presiden. Itulah kenapa saya
tidak menikah secara resmi dengan Bung Karno,” kenang Kartini di buku Bung
Karno! Perginya Seorang Kekasih, Suamiku dan Kebanggaanku.
Namun perubahan situasi politik pasca-Tragedi 1965, Kartini
diminta Sukarno “menyelamatkan” diri ke Eropa. “Kartini diminta ke Eropa demi
keselamatan mereka. Bung Karno tidak mau Kartini yang sedang hamil, terjadi
sesuatu di Indonesia,” kata Roso.
Di Nurnberg, Jerman pada 17 Agustus 1966, Kartini melahirkan
seorang putra yang dinamai Bung Karno, Totok Surjawan. Dua tahun kemudian
keduanya memutuskan berpisah.
Lalu kisah cinta Bung Karno dengan siswa SMA, Bung Karno
mengenal Yurike semasa sang gadis masih tergabung di Barisan Bhinneka Tunggal
Ika, di sebuah acara kenegaraan pada 1963. Ia jatuh cinta, hingga memutuskan
menikah pada 6 Agustus 1964.
Yurike kian kesulitan bertemu suaminya pasca-Tragedi 1965.
Terlebih setelah Bung Karno mulai sakit-sakitan. Pada suatu ketika Yurike bisa
membesuk suaminya di Wisma Yaso, Bung Karno melayangkan permintaan yang menusuk
hatinya. Yurike diminta bercerai demi masa depan Yurike sendiri. Permintaan
yang awalnya ditolak sang istri muda.
“Dengan terpaksa kupenuhi permintaannya. Kami bercerai secara
baik-baik (pada 1967). Sungguh mengharukan karena kami masih sama-sama
mencintai. Kami berpisah saat kami sedang rapat bersatu,” kenang Yurike dalam
Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA: Biografi Cinta Presiden Sukarno dengan Yurike
Sanger karya Kadjat Adra’i.
Istri terakhir Bung Karno atau yang ke 9 adalah Heldy Djafar.
Ia tergabung di Barisan Bhinneka Tunggal Ika, pengibar bendera pusaka. Bung
karno meminangnya dan menikahinya pada 11 Juni 1966 di Istana, tepatnya di
Wisma Negara.
Rumah tangga mereka hanya bertahan dua tahun. Selain karena
sudah dimakzulkan, Bung Karno mulai sakit-sakitan. Untuk bisa bertemu harus di
rumah Yurike, di Jalan Cipinang Cempedak, Polonia, Jakarta Timur.
Hingga suatu ketika , itu Heldy meminta izin untuk menjauh
dari Sukarno. “Mas, maafkan saya, kalau saya boleh menjauh dari Mas untuk
melepaskan diri. Kondisi dan suasana saat ini sangat menyakitkan hati saya.
Tidak bisa begini terus. Harus ketemu di rumah orang lain,” lirihnya dalam
Heldy: Cinta Terakhir Bung Karno karya Ully Hermono dan Peter Kasenda.
Kata-kata itu menyiratkan Heldy minta cerai. Namun ditolak
Sukarno yang belum ingin berpisah. Seiring waktu, status mereka kian tak jelas.
Dibilang istri sulit, cerai pun tidak. Akhirnya Heldy menerima pinangan Gusti
Soeriansjah pada 19 Juni 1968. (okezone)