Anton Tabah Digdoyo: Gejala Komunis Nyata, Jangan Ragu Putar Film G30S/PKI
SANCAnews – Penayangan film G 30S/PKI harus
kembali digelorakan dan dilakukan sebagai pengingat anak bangsa mengenai
sejarah kelam pemberontakan PKI yang hendak menjadikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) menjadi negara komunis.
Pesan ini ditegaskan Dewn Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI), Anton Tabah Digdoyo jelang peringatan Gerakan 30 September
atau Gestapu.
"Bangsa Indonesia harus melek sejarah. Karena pentingnya
sejarah, kitab suci Al-Quran 70 persen berisi sejarah. Memahami sejarah bisa
lewat buku-buku, film drama, bahkan silabus kurikulum di lembaga-lembaga
pendidikan dan sarana lain," kata Anton Tabah kepada redaksi, Sabtu
(18/9).
Ia mengaku sepakat dengan pendapat para ahli bahwa penayangan
film G30S/PKI diperlukan sebagai pengingat pemberontakan PKI sebagai fakta
sejarah kelam bangsa Indonesia.
“Ini merupakan film dokumenter ilmiah berdasarkan saksi-saksi
kunci peristiwa, seperti putra-putri para jenderal korban G30S/PKI. Diperkuat
fakta persidangan mahkamah yang sangat terbuka untuk umum dipimpin oleh Ali
Said,” ujar mantan petinggi Polri ini.
Lewat film G30S/PKI, masyarakat dapat tahu sejarah dan diharapkan
peristiwa tersebut tak terulang kembali.
"Jangan memfitnah sejarah tersebut rekayasa rezim orba,
yang memfitnah harus buktikan dan yang akan buat film G30SPKI versi keluarga
PKI juga harus buktikan bahwa film tersebut palsu. Kalau perlu dipersidangkan
hukum terbuka," paparnya.
Selain itu, kewaspadaan akan kembalinya PKI dan komunisme di
Indonesia juga penting dilakukan karena gejalanya makin nyata.
“TNI sebagai lembaga pertahanan tetap harus aktif membasmi
munculnya paham komunis. Sebab masalah ideologi bukan hanya masalah keamanan,
namun juga pertahanan,” pungkasnya. (rmol)