SANCAnews – Wakil Ketua Badan Anggaran DPR,
Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mendesak pemerintah mengebut program-program
yang telah direncanakan jauh-jauh hari bahkan sejak pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY).
Jangan sampai, kata dia, program tersebut hanya sebatas
rencana dan berjalan di tempat tanpa adanya kejelasan kapan selesai.
Ketua Fraksi Partai Demokrat itu mencontohkan mega proyek
kereta cepat Jakarta-Bandung. Ia berharap program prioritas serupa dapat segera
dirampungkan sebelum masa jabatan Presiden Jokowi selesai.
“Saya pernah menengok langsung bersama anggota DPR RI Komisi VI.
Meski proyek kereta cepat ini menuai pro dan kontra, saya yakin rakyat akan
senang jika selesai,” tutur Ibas pada Rapat Panja (Panitia Kerja) di Gedung
Parlemen, Senayan, Jakarta, dilansir dari kanal YouTube DPR, Rabu (15/9/2021).
Ibas juga menyoroti soal progress proyek Trans-Sumatra hingga
Jalan Lintas Selatan (JLS) Jawa Timur. Pasalnya, hngga saat ini pembiayaan
untuk JLS saja belum jelas..
Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat itu juga
mempertanyakan soal ‘roadmap’ pemerintahan saat ini.
Menurutnya, di masa Presiden RI ke-6 SBY dulu, ada program
yang dikenal dengan nama MP3EI atau Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia.
“Apakah pemerintah juga tidak memiliki (roadmap), ya, kalau
di masa lalu ada MP3EI, yang sekarang sebetulnya masih dipakai meski berganti
nama. Kalau proyek kecil seperti JLS saja tidak tuntas, saya jadi tidak yakin
apakah pemerintah memiliki kemampuan fiskal yang cukup besar, sebut saja
penyelesaian Ibu Kota Negara (IKN) contohnya. Bukan hanya sekadar ‘roadmap’
pembiayaan (untuk saat ini saja), tapi yang berkelanjutan,” tandasnya..
Diakui Ibas, ekspansi fiskal memang diperlukan dalam
pemulihan ekonomi saat ini. Akan tetapi, dirinya juga mengingatkan agar
pemerintah tidak melupakan proyeksi jangka panjang yang berkesinambungan.
Kata dia, di satu sisi, ekspansi fiskal diperlukan untuk
penanggulangan Covid-19. Supaya pemulihan ekonomi dan pelaksanaan jaminan
perlindungan sosial dapat dilakukan secara cepat, tepat dan efektif.
“Tapi terkadang apakah semua pihak harus agresif dengan tidak
memperlihatkan beberapa hal yang lain? Agresif sih boleh, tapi harus masuk
akal. Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Ingat, kita perlu kesinambungan
fiskal antargenerasi,” paparnya.
Ekspansi fiskal yang dimaksud Ibas yakni besarnya APBN
sebesar Rp 2708,7 triliun sementara perolehan pendapatan negara di kondisi
perekonomian yang masih terbatas ini hanya sebesar Rp 1840,7 triliun. (fajar)