Latest Post


 

SANCAnews – Persaudaraan Alumni (PA) 212 meyakini bahwa meski raga Habib Rizieq Shihab (HRS) terkurung di balik jeruji besi, namun hal itu tak menghalangi pengaruhnya di Pilpres 2024.

 

Ketua PA 212, Aminudin sangat yakin bahwa HRS masih punya banyak simpatisan. Aminudin mengatakan, hal itu bisa dilihat dari kerumunan massa yang menghadiri sidang putusan hukum perkara HRS.

 

"Saya pikir HRS sangat karismatik, jadi, wajar bila pengikutnya setia. Kasus yang menjerat HRS pun dinilai zalim bagi mereka (pendukung HRS, red)," ujar Aminudin.

 

Aminudin juga menyoroti dugaan permainan politik dalam penangkapan HRS. Menurutnya ada pihak yang ketakutan dengan kekuatan HRS.

 

"Ya, banyak pandangan tentang kekuatan pengikut HRS. Jadi, partai politik pun banyak yang ingin meminang HRS," tuturnya.

 

Ia pun meyakini bahwa kekuatan politik HRS tetap akan memengaruhi jumlah suara di Pilpres 2024 mendatang. Untuk itu, Aminudin mengatakan bahwa meski HRS ditahan, para pendukungnya tetap setia dan menunggu perintah.

 

"Meski Habib Rizieq Shihab ditahan, kekuatan memengaruhi politik akan tetap diperhitungkan pada 2024," ujarnya. (indozone)



 

SANCAnews – Empat orang siswi di Jayapura, Papua, diduga menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan politikus dan pejabat salah satu kementerian. Polisi menyebut korban dan terduga pelaku pem*rkosaan sudah berdamai.

 

Informasi soal pemerkosaan empat orang siswi SMA di Jayapura itu viral di media sosial (medsos). Empat siswi SMA di Jayapura, Papua, itu disebut diculik hingga diperkosa oknum politikus dan pejabat salah satu kementerian.

 

Kasus ini disebut bermula saat empat siswi itu diajak seseorang berjalan-jalan ke Jakarta. Kepergian mereka itu disebut tidak diketahui keluarga masing-masing siswi.

 

Dalam tweet viral itu, peristiwa pemerkosaan disebut terjadi pada pertengahan April 2021. Para korban disebut diiming-imingi mendapatkan uang dari terduga pelaku yang akan dibayarkan pada Juni 2021.

 

Para korban disebut diculik dan dianiaya. Para korban disebut dipaksa minum alkohol hingga diintimidasi untuk mengikuti kemauan para terduga pelaku.

 

Setelah dipaksa minum alkohol sampai tidak sadarkan diri, salah satu korban diduga mengalami kekerasan seksual dari oknum pejabat. Mereka disebut dilarang memberitahukan aksi bejat itu kepada siapa pun, termasuk keluarga.

 

Meski demikian, para keluarga korban mengetahui kejadian itu setelah mendengar desas-desus korban berangkat ke Jakarta. Keluarga, yang didampingi pengacara, melaporkan kejadian itu ke polisi.

 

Namun, masih berdasarkan cerita dari cuitan itu, keluarga korban dan pengacara mendapat ancaman dari pelaku dan aparat. Mereka disebut dipaksa mencabut laporan polisi dari Polda Papua.

 

Oknum Polsek Heram dituding terlibat mengintimidasi keluarga korban dan pengacara. Keluarga korban mengaku sudah dipanggil ke Polresta Jayapura untuk melakukan mediasi.

 

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal membenarkan informasi dalam tweet viral itu. Kamal menyebut terduga pelaku dan korban sudah berdamai.

 

"Kasus ini sudah pernah ditangani Polresta (Jayapura). Pihak-pihak telah berdamai," ujar Kamal saat dimintai konfirmasi, Sabtu (11/9/2021).

 

Kamal tidak merinci lebih lanjut peristiwa ini. Dia hanya mengatakan kasus dugaan penculikan dan pemerkosaan itu masih didalami, "Saat ini sedang didalami lagi," ucapnya. (dtk)




SANCAnews – Penerapan sekolah hingga kuliah virtual hingga saat ini masih dijalankan di beberapa daerah di Tanah Air selama pandemi COVID-19. Bahkan, kisah lucu dan mengharukan kerap beredar di media sosial selama sekolah via zoom mulai dari jenjang SD hingga perkuliahan.

 

Kini, kisah mengharukan kembali terjadi saat sekolah virtual yang diunggah oleh wanita bernama Nandini Catra Nabilah. Di akun TikTok pribadinya, ia membagikan kisah dosennya bernama Edi Prasetyo Nugroho yang selalu menonaktifkan kamera zoom selama perkuliahan.

 

"Punya dosen yang dari awal perkuliahan nggak pernah on cam. Tapi, beliau sempat bilang di pertemuan pertama perkuliahan yang intinya 'ambillah ilmu sebanyak-banyaknya. Jangan sia-siakan waktu kalian karena mungkin saya tinggal menunggu waktu dipanggil oleh yang maha kuasa," bunyi tulisan di video tersebut.

 

Dalam ceritanya, Dini menyebut bahwa dari awal perkuliahan, dosennya tersebut tidak pernah mengaktifkan kamera zoom. Hal itulah yang membuat dirinya dan teman-teman selalu penasaran dengan dosen yang bersangkutan.

 

Pasalnya, si dosen disebut tidak pernah membeberkan secara detail mengapa dirinya selalu menonaktifkan kamera zoom miliknya selama perkuliahan. Hingga kemudian, pada suatu hari saat perkuliahan berlangsung, dosen tersebut tak sengaja mengaktifkan kamera zoom-nya.

 

Dalam video yang diunggah, tampak dosen itu ternyata dalam keadaan sakit. Selang alat bantu pernapasan tampak menempel di wajahnya saat perkuliahan berlangsung. Tak ayal, Dini dan teman-temannya sontak terkejut melihat keadaan dosen mereka tersebut.

 

"Ternyata selama ini Bapak Edi sakit. Mungkin ini alasan dari beliau off cam supaya mahasiswanya tidak terfokus pada keadaannya di sana. Beliau nggak pernah mengeluhkan soal kondisinya dan tetap semangat mengisi perkuliahan," bunyi lanjutan tulisan di video TikTok itu.

 

Malu dan kasihan merupakan hal yang dirasakan oleh Dini saat mengetahui bahwa selama ini dosennya itu ternyata tidak melupakan tugasnya sebagai pengajar meski dalam kondisi sakit. Bahkan, ia pun mengaku merasa malu lantaran kerap malas belajar jika membandingkan dirinya dengan perjuangan dosen Edi tersebut.

 

Kisah dosen itu seakan menampar Dini yang mengaku kerap mengeluh selama menjalani perkuliahan secara daring. Kini, semenjak dibagikan di TikTok pada Kamis (9/9/2021), video itu ramai diperbincangkan publik Tanah Air.

 

Banyak yang terharu dan memuji dosen yang bersangkutan lantaran tidak melupakan tugasnya sebagai dosen meski dalam kondisi sakit. Tidak hanya itu saja, sejumlah warganet juga turut mendoakan dosen Edi tersebut agar diberi kesembuhan.

 

Terlepas dari itu, video tersebut telah dilihat 4,1 juta kali dan disukai 851.5oo pengguna TikTok. Beragam tanggapan dilontarkan warganet, mulai dari komentar haru hingga memuji dosen tersebut.

 

"Kok aku sedih. Semoga bapak dosennya sehat terus," tulis @Olive.

 

"Pak Edi, lelahmu jadi saksi. Usahamu jadi bakti. Dalam sakitmu masih sempat mengabdi. Membagi ilmu untuk kami, terima kasih," sahut @ayomsattt.

 

"Panjang umur bapak dosen yang baik hati huhu. Semoga cepat sembuh bapak baik," timpal @1safirausman. (kumparan)




 

SANCAnews – Presiden Jokowi sejak lama menegaskan tidak setuju dengan wacana masa jabatan presiden maksimal tiga periode.

 

Menurut Wakil Ketua MPR dari PKS Hidayat Nur Wahid menilai isu tiga periode masa jabatan presiden sebenarnya sudah case closed, tapi tetap ada yang menggorengnya.

 

"Menurut kami sudah case closed, tapi kan masih ada saja yang mengompori untuk membuka hal itu. Kalau menurut saya case closed, menurut Bang Fadjroel case closed, tapi yang mengompori ada saja," kata Hidayat dalam diskusi bertajuk "Amandemen UUD 1945 Untuk Apa?" secara virtual, Sabtu (11/9/2021).

 

Pimpinan MPR tidak memiliki agenda mengamandemen UUD 1945 yang menjadi dasar pengaturan masa jabatan presiden.

 

Lagipula amandemen UUD 1945 bukan domain pimpinan MPR, melainkan anggota MPR. Pimpinan MPR domainnya menyelenggarakan paripurna sesuai dengan legislasi yang berlaku, kata Hidayat.

 

"Jadi yang disampaikan bukan pimpinan MPR berkehendak, atau pimpinan MPR mengusulkan, tapi mungkin Pak Bamsoet (Ketua MPR RI) menyampaikan perkembangan yang terjadi di MPR di mana MPR melaksanakan amanah MPR sebelumnya yang merekomendasikan melakukan kajian," ujarnya.

 

MPR periode sekarang melaksanakan amanah periode sebelumnya yaitu kajian terkait sistem tata negara untuk menghadirkan Pokok-Pokok Haluan Negara.

 

Kajian tersebut berjalan dengan tetap memperhatikan dua fraksi yang tidak setuju dengan amandemen tapi setuju dengan adanya PPHN namun tidak melalui amandemen melainkan melalui UU saja. Salah satu fraksi yang tidak setuju yaitu PKS.

 

"Kajian itu dikelola di badan pengkajian di salah satu alat kelengkapan MPR yang diketuai Pak Djarot Syaiful Hidayat di bawah koordinasi Wakil Ketua MPR Pak Syarifuddin Hasan dan kemudian mereka laporkan kajian itu ke pimpinan MPR dan saya kira laporan itu yang disampaikan oleh ketua MPR kepada pak presiden di Istana Negara menyampaikan perkembangan pelaksanaan rekomendasi MPR sebelumnya berupa kajian terhadap GBHN ini." (suara)



 

SANCAnews – Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai Program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak efektif.

 

Menurutnya, Konsep Pembangunan Lima Tahun (PELITA) dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) pada masa pemberintahan Presiden ke-2 Soeharto masih lebih baik.

 

“Jika dibandingkan dengan progam RPJMN saat ini, maka program REPELITA dan PELITA besutan mendiang Presiden Soeharto lebih mumpuni,” ujar Jerry Massie dalam keterangannya, Jumat (10/9).

 

Dirinya juga menilai bahwa Presiden Soeharto pantas menyandang gelar Bapak Pembangunan.

 

Sebab, menurut Jerry, Orde Baru berhasil memajukan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

 

“Program ini dari 1969 sukses. Bayangkan saja, inflasi kita pada tahun 1967 sekitar 600 persen dan turun sampai 10 persen pada 1969-1970,” katanya.

 

Jerry juga mengungkapkan bahwa strategi dan desain tersebut digagas oleh Begawan Ekonomi Widjojo Nitisastro dan juga mantan Menteri Keuangan 3 periode Ali Wardhana.

 

Selain itu, menurutnya, ada pula tim ekonomi era Soeharto yang berhasil membuat ekonomi tanah air menjadi yang terbaik di Asia.

 

“Ada nama-nama Radius Prawiro, JB Sumarlin, sampai Ma'rie Muhammad. Saat itu, orang di kabinet menguasai bidang dan menguasai masalah. Bahkan memumpuni secara empiris,” katanya.

 

Dirinya juga mengungkapkan bahwa Soemitro Djojohadikoesoemo, ayahanda Prabowo Subianto dua kali masuk kabinet yakni zaman Soekarno dan Soeharto.

 

“Beliau pun dibujuk balik Indonesia lantaran sudah berdomisili di luar. Lalu menteri Ristek B.J. Habibie, dia pun di transfer dari Jerman. Dia salah satu ilmuwan terkemuka di Jerman kala itu,” katanya.

 

Bahkan, menurut Jerry, kala itu ada pula nama Emil Salim dan Jenderal TNI Purn LB Moerdani yang juga ikut diboyong dari Korea Selatan, “Jadi, mereka bekerja tanpa tekanan parpol,” tuturnya. (genpi)

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.