Latest Post


SANCAnews – Akademisi Cross Culture, Ali Syarief menyebut Ustad Yusuf Mansur sebagai ustad penipu. Ia pun meminta para ustad lainnya agar tak mencontoh kelakuan pendakwah tersebut.

 

Sindiran terhadap Ustad Yusuf Mansur tersebut dilontarkan Ali Syarief lewat cuitannya di Twitter, Senin 6 September 2021.

 

Dalam narasi cuitannya itu, Ali Syarief menyebut Yusuf Mansur sebagai ustad penipu lantaran tidak mengembalikan uang milik nasabah.

 

“Berbagai bantahan Yusuf_Mansur tdk akan mengubah stigma ustad penipu, bila uang-uang para nasabah, tidak dikembalikan lagi,” cuit Ali Syarief.

 

Menurutnya, perbuatan Yusuf Mansur tersebut hendaknya dijadikan pelajaran bagi ustad-ustad lainnya agar tak mencontoh kelakuan penceramah kondang itu.

 

Sebaiknya, kata Ali, para ustad fokus memberi dakwah kepada umat dengan ikhlas dan tidak mengajari jamaah soal hal-hal gaib.

 

“Sebagai pelajaran, untuk para ustad. Jangan menyontoh YM ini, silahkan ngustad saja, yang ikhlas. Ajak umat menjadi waras. Jangan diajarin yang ajaib-ajaib,” tegas Ali Syarief.

 

Sekadar diketahui, Ustad Yusuf Mansur juga pernah mendapat keluhan dari salah seorang netizen terkait bisnis uang patungan yang diinisiasi pendakwah top tersebut.

 

Mengutip laman Bisniscom, netizen itu mengeluhkan bisnis uang patungan yang tak kunjung dicairkan Yusuf Mansur sejak penarikan pada 2013.

 

Ia mengaku hanya mendapatkan janji-janji saja meski diriya sudah mengurus penarikan uang tersebut ke Kantor Ketapang untuk ketiga kalinya.

 

“Sekarang aq da pindah ke boyolali. Jadi low kudu ke rumahnya jauh banget. Waktu itu aq masih di tangerang, jadi msih bisa bolak-balik,” keluhnya.

 

Adapun keluhan netizen itu dibagikan langsung Ustad Yusuf Mansur lewat media sosial Instagram pribadinya.

 

Menanggapi keluhan netizen tersebut, Yusuf Mansur kemudian menjelaskan bahwa aset manajemen syariahnya itu merupakan bagian dari perjuangan yang regulasinya terus disempurnakan.

 

Ustad Yusuf Mansur pun mempersilahkan para nasabah yang belum bisa menarik uangnya untuk menghubungi kontak yang sudah ia bagikan dalam unggahannya tersebut.

 

“Terhadap yang gini-gini, jangan bosen-bosen di up. Saya seneng. Tunjuk idung saya. Saya ada. Ga kemana-mana. siap-siap 2024 juga, hehehe. Mau kemana emangnya?,” ujarnya. (terkini)



 

SANCAnews – Adannya kejanggalan dalam penetapan tersangka terhadap Yahya Waloni oleh penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menjadi satu alasan mengajukan gugatan prapreadilan.

 

Kuasa hukum Yahya Waloni, Abdullah Al Katiri mengatakan, pihaknya telah mendaftarkan permohonan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pagi tadi (Senin (6/9).

 

Abdullah menjelaskan, mengacu kepada putusan MK 21/PUU-XII/2014 yang pada pokoknya menyatakan bahwa lembaga praperadilan berwewenang untuk menguji sah atau tidaknya penetapan tersangka sebagai pintu masuk upaya paksa lainnya seperti penangkapan, Penahanan maupun Peyitaan.

 

"Seperti yang kita ketahui Ustaz Yahya Waloni ditersangkakan dan ditangkap tanpa adanya pemanggilan dan pemeriksaan pendahuluan seperti yang diatur dalam KUHAP maupun Peraturan Kapolri (Perkap) sendiri," kata Abdullah kepada wartawan di Jakarta, Senin siang (6/9).

 

Penangkapan tersebut, kata Abdullah, tidak sesuai due process of law yang mana hanya dapat dibenarkan pada kejahatan kejahatan yang luar biasa (Extra Ordinary Crime) seperti teroris, narkoba, human trafficking ataupun kejahatan yang tertangkap tangan.

 

Abdullah mengulas, bahwa Yahya Waloni ditetapkan sebagai tersangka kemudian dilakukan penahanan hanya karena ceramah sehubungan dengan kajian secarah ilmiah tentang Bible Kristen di dalam masjid tempat khusus ibadah orang muslim  (exclusive) yang dalam ceramahnya beliau menyinggung Bible Kristen yang ada sekarang ini sesuai kajian beliau adalah palsu  dan hasil kajian di tempat khusus tersebut dijadikan dasar oleh Pelapor untuk melaporkan beliau dengan pasal 45 A ayat ( 2 ) jo. pasal 28 ayat (2) UU 19/2016.

 

Yang mana, jelas Abdullah, Yahya Waloni dikenakan pasal yang menyebarkan bukan yang membuat pernyataan dan pasal 156 a huruf a KUHP tentang penodaan Agama sedangkan dalam perkara ini bukan Yahya Waloni yang memvidiokan apalagi menyebarkan dan suatu kajian ilmiah dengan data dan referensi yang ada tidak dapat dikatakan sebagai penodaan.

 

"Dan jika perkara ini sampai di persidangan terbuka nanti dikhawatirkan akan berdampak pada kerukunan beragama, apalagi ada puluhan ahli teologi dan christology yang menyatakan kesediannya menjadi ahli di persidangan nanti," demikian Abdullah. (rmol)



 

SANCAnews – Nama Ruslan Buton pernah menghebohkan publik beberapa waktu lalu. Ketika itu, eks Kapten TNI itu pernah membuat surat terbuka pada Jokowi untuk mundur sebagai presiden RI. Belakangan Ruslon dipenjara akibat surat tersebut.


Kini, sosoknya nampak di saluran Youtube Refly Harun. Ruslan Buton dengan menggunakan baret khas TNI, mencurahkan banyak cerita seputar dirinya. Salah satunya ketika dia bertugas menjadi anggota TNI, menjaga pos di Pulau Tali Abo. Seperti apa ceritanya?


Kisah itu dimulai ketika suatu siang di 2017, saat berjaga di pos, dia melihat banyak sekali TKA China masuk ke perkampungan warga. Dengan menggunakan topi kuning, mereka membuat penasaran Ruslan.


Dia lantas bertanya pada kepala desa setempat soal aktivitas mereka. Ada 5 orang China yang dicegat Ruslan, namun herannya mereka hanya mengeluarkan bahasa isyarat. Diajak berbicara bahasa Inggris saja juga tak bisa.


“Saya tanya, kalian dari mana? Tak menjawab hanya pakai isyarat juga. Saya minta tunjukkan paspor dan visa, tak ada. Saya heran kalau mereka tenaga ahli, enggak mungkin mereka enggak bisa bahasa Inggris, bahasa pasar minimal mereka bisa, ini enggak bisa,” katanya, dikutip Hops.id, Senin 6 September 2021.


“Saya yakin mereka pekerja kasar,” katanya.


Ruslan Buton ditemui Mayor TNI


Apa boleh buat, Ruslan langsung mengamankan kelima TKA China tersebut. Benar saja, tak butuh waktu lama, ada tim dari lokasi pekerja yang mendatanginya. Di antaranya seorang perwira TNI berpangkat mayor, dan seorang Polisi berpangkat AKBP bersama personel-personelnya.


Ruslan ditemui di pos, tempat di mana dia menangkap 5 TKA China ilegal. Ketika itu, Ruslan Buton mengaku sudah siap menghadapi mereka, lantaran sudah berkomunikasi lebih dulu dengan pihak imigrasi terkait identitas kelima orang yang ditangkapnya.


“Saya juga enggak bodoh, setelah saya tangkap saya tanya (telepon) ke imirasi Ternate, kata mereka enggak ada datanya, Berarti kan itu ilegal. Saya jadi punya kekuatan hukum untuk menghadapi mereka,” katanya.


Ruslan lantas dibujuk para tim baik personel aparat untuk melepas ke-lima TKA China itu. Ruslan yang pernah diamankan gegara membunuh preman itu, berkeras tak mau melepasnya.


“Syaratnya cuma satu, tunjukkan identitas keimigrasiannya, paspor, visa, baru saya lepas,” katanya.


Malamnya, si Mayor TNI itu kemudian menemuinya lagi di pos. Ruslan lantas dirayu dengan sekantong uang. Uang itu dikeluarkan usai perdebatan alot tak menemui hasil.


“Dia panggil saya ke pojokan. Intinya mereka minta lepaskan mereka, ‘kayak enggak kenal aja’. Tentunya ada embel-embel uang satu plastik dikeluarkan.”


“Bang mohon maaf (ke mayor), saya butuh uang iya, tapi saya enggak terima karena ini menyangkut negara. Saya enggak mau jadi pengkhianat bangsa. Abang mau jualan atau cari makan di sana oke, dan kalau abang kasih uang tapi tak ada kaitannya dengan mereka saya terima. Tapi kalau karena mereka enggak mau,” katanya.


Akhirnya dilepas


Besoknya, tim dan Mayor TNI itu akhirnya kembali lagi. Dia datang lengkap dengan data-data baru imigrasi. Ruslan menduga, dia sudah berkontak dengan pihak imigrasi.


Tiba-tiba pihak imigrasi lalu menelepon Ruslan. Dan bilang kalau dokumen kelima TKA China itu ada, dan dalam masa perpanjangan.


“Mau bagaimana lagi, saya enggak punya kekuatan hukum. Padahal mereka tunjukkan fotokopi dokumen mereka cuma kunjungan wisata kok bisa kerja. Akhirnya saya lepas. Itu waktu heboh sepekan sebelum saya hilangkan nyawa preman,” katanya.


Ruslan juga mengaku tiap personel TNI yang bertugas di pos sana, pasti selalu bersilaturahmi dengan petugas pos TKA China. Tiap bulan, mereka bahkan dikatakan dapat bantuan Rp2 juta per bulan.


“Saya adalah satu-satunya orang petugas yang bertugas di sana tapi tak pernah silaturahmi ke sana. Saya enggak minta, tapi tetap dikasih bantuan. Uangnya saya ambil, toh saya enggak minta, yang penting saya tetap tak mau ikuti arahan mereka,” katanya. (hops)



 

SANCAnews – Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri mengklaim lembaganya terus mencari keberadaan Harun Masiku, tersangka kasus penyuapan eks Komisioner KPU Wahyu Setiawan yang kini masih buron.

 

Ali menyebut KPK hingga kini terus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum lain termasuk Interpol dalam mencari keberadaan eks kader PDI Perjuangan itu.

 

"KPK masih terus bekerja serius dan meminta bantuan ke berbagai institusi di dalam maupun luar negeri untuk mempercepat pencariannya," katya Ali saat dikonfirmasi, Senin (6/9/2021).

 

Adapun adanya informasi Harun berada di salah satu wilayah di Indonesia, Ali pun meminta pihak- pihak yang mengetahui segera laporkan kepada KPK. Atau bisa juga berkoordinasi dengan aparat penegak hukum lain jika mengetahui lokasi persembunyian Harun Masiku.

 

"Kami minta kepada pihak manapun yang betul-betul tahu keberadaannya saat ini untuk segera lapor kepada KPK maupun Aparat Penegak Hukum lain, supaya segera ditindaklanjuti," ucap Ali.

 

Ali meminta siapapun tidak menyebarkan isu terkait keberadaan Harun Masiku agar tidak berpotensi menjadi polemik.

 

"Bukan justru meniupkan isu yang berpotensi jadi polemik dan kontraproduktif dalam upaya penangkapan DPO dimaksud," imbuhnya.

 

Sebelumnya, penyidik KPK nonaktif Ronald mengaku dari informasi yang dihimpunnya, Harun Masiku masih berada di Indonesia pada Agustus 2021 lalu. Namun, kekinian kondisi Ronald yang dinonaktifkan tidak dapat bekerja maksimal untuk menindaklanjuti pencarian Harun.

 

Diketahui, Ronald salah satu dari puluhan pegawai yang tidak lulus Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang menjadi syarat alih status pegawai menjadi ASN. Sebelum dibebastugaskan karena tak lulus TWK, Roland merupakan salah satu penyidik yang ditugaskan mengejar buronan Harun Masiku.

 

"Info saya punya bulan Agustus kemarin masih di Indonesia," ucap Ronald saat dikonfirmasi, Senin.

 

Deputi Penindakan KPK Karyoto sebelumnya, memastikan penyidik terus mencari keberadaan Harun Masiku. Apalagi, ia juga sudah sempat mengetahui posisi Harun. Namun, kondisi Pandemi Covid-19 menjadi salah satu kendala tim yang ditugaskan untuk mengejar Harun yang kini juga diburu Interpol.

 

Karyoto menyebut pihaknya memang sangat berhati- hati dalam menyampaikan informasi buronan yang sudah masuk DPO.

 

Menurutnya, jika nantinya publik tahu sampai detail lokasi persembunyiannya dapat mengganggu proses pengejaran terhadap Harun Masiku.

 

Kalau masalah DPO kalau kami menyebutkan di mana-mana enggak efektif. Kalau dia tahu kita sedang cari dimana dia geser bingung lagi kita," ucap Karyoto.

 

Ia menyebut pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor penghalang untuk dapat menangkap Harun masiku. Meski begitu, kata Karyoto, bila memang sudah mendapatkan kesempatan posisi pasti tangkap keberadaan Harun, "Tapi kesempatannya belum ada," imbuhnya. (suara)




SANCAnews – Kasus kerumunan dan pelanggaran protokoler kesehatan (prokes) terjadi di Bar & Resto Holywings, Jalan Kemang Raya, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Publik pun ramai-ramai membahas kasus Holywings tersebut hingga seret sosok Presiden Jokowi dan mantan pentolan FPI Habib Rizieq Shihab (HRS).

 

Melalui kicauan di akun jejaring media sosial @xnact, warganet menilai ada sesuatu yang janggal di berbagai kasus kerumunan dan pelanggaran prokes.

 

Hal itu lantaran, kata akun itu, dari ribuan orang yang melanggar Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) termasuk Presiden Jokowi, hanya sosok Habib Rizieq yang dipenjara.

 

“Ribuan orang melanggar PPKM/PSBB termasuk Joko Widodo. Tapi yg dipenjara karena itu cuma Rizieq Sihab. Think!,” kicau akun tersebut, dikutip Hops pada Senin, 6 September 2021.

 

Hingga tulisan ini dimuat, Holywings jadi perbincangan hangat publik bahkan jadi trending topik di Twitter.

 

Banyak waganet yang membanjiri kicauan di akun miliknya dengan kecaman terhadap Holywings.

 

“Giliran warteg aja dirampas daganganya, kompornya. kok holywings cuma tutup 3 hari?” kicau akun @Gembloenk69.

 

“Satpol PP berani enggak ya angkut-angkutin bangku di Holywings,” cuit akun @wargewarge.

 

“Kasus holywings kok gak sama ya perlakuannya satpop PP kayak ke pedagang kecil. misal kursi kursinya diangkut kek, makanan makanannya disita,” kata akun @rama7dani.

 

“Dengan adanya pembubaran kerumunan di holywings, ada kemungkinan besar dijadikan alasan utk perpanjang ppkm, apalagi bentar lagi ppkm selese, otomatis harus cari sesuatu dong buat perpanjangan nya. wkwkk,” ujar akun @Irfan_muhammadf.

 

Sebagaimana diketahui sebelumnya, sebuah video merekam ratusan pengunjung memadati gedung Bar & Resto Holywings, Jalan Kemang Raya, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan viral di media sosial lantaran melanggar protokol kesehatan.

 

Terlihat dalam video yang beredar, pengunjung berkerumun tanpa mengindahkan protokol kesehatan (prokes). (hops)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.