Latest Post


 

SANCAnews – Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memutuskan untuk menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur vonis 4 tahun penjara terhadap Habib Rizieq Shihab dalam perkara swab test RS UMMI Bogor. Dengan begitu, banding yang diajukan Rizieq dinyatakan kandas dan tetap dihukum 4 tahun penjara.

 

"Di Pengadilan Negeri oleh penuntut umum dituntut dengan pidana penjara selama 4 tahun terus oleh Pengadilan Tingi dikuatkan dengan putusan nomor 210 pidsus tahun 2021 PT DKI itu intinya," kata Humas PT DKI Jakarta, Binsar Pamopo Pakpahan kepada wartawan, Senin (30/8/2021).

 

Tak hanya Rizieq, Pengadilan Tinggi disebut juga menguatkan putusan vonis 1 tahun penjara terhadap menantu Habib Rizieq yakni Habib Hanif Alatas dan Dirut RS UMMI Andi Tatat.

 

Sementara itu dalam sidang putusan yang digelar PT DKI Jakarta pada pukul 09.00 WIB tadi tidak dihadiri pihak Jaksa Penuntut Umum atau JPU mau pun pihak kuasa hukum terdakwa.

 

Untuk selanjutnya, Binsar mengatakan pihaknya bakal menyampaikan langsung hasil putusan ke PN Jakarta Timur. Pihak JPU maupun kuasa hukum terdakwa disebut masih punya kesempatan mengajukan upaya hukum lainnya.

 

"Tentu saja perkara ini nanti akan disampaikan, diberitahukan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada terdakwa maupun Penuntut Umum," tuturnya.

 

"Dan baik Terdakwa maupun Penuntut umum punya hak untuk melakukan upaya hukum, yaitu kalau keberatan dengan putusan ini tentu akan mengadukan upaya hukum kasasi ke MA," sambungnya.

 

Vonis 4 Tahun Bui

 

Rizieq sebelumnya telah divonis 4 tahun penjara dalam kasus swab RS UMMI. Sementara baik Hanif maupun Andi Tatat divonis penjara 1 tahun dalam kasus serupa.

 

Mereka dianggap bersalah lantaran dianggap terbukti secara sah dan meyakinkan telah turut serta menyampaikan kabar bohong atas kondisi kesehatan Habib Rizieq.

 

Selain itu, hakim menilai dari kebohongan yang disampaikan dianggap telah menerbitkan keonaran di tengah masyarakat.

 

Kuasa hukum terdakwa menyatakan tak terima dengan vonis tersebut. Mereka pun akhirnya memilih mengajukan banding. (suara)



 

SANCAnews – Sejak muncul di Wuhan, China, sampai menyebar ke seluruh dunia, perdebatan tentang dari mana awal penularan virus corona SARS-CoV-2 masih belum terpecahkan.

 

Namun, jawabannya semakin mengerucut pada dua kemungkinan, pertama ditularkan langsung dari hewan ke manusia. Kemungkinan kedua virus mematikan itu bocor dari laboratorium dan menginfeksi manusia.

 

Selain WHO, badan intelijen AS juga ternyata ikut menyelidikinya. Perintah itu turun langsung dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada Mei 2021 lalu. Ia memerintahkan badan-badan intelijen AS untuk menyelidiki sumber awal penularan COVID-19. Mereka diberi waktu 90 hari untuk menyelesaikan penyelidikan tersebut.

 

“Informasi penting tentang asal mula pandemi ini ada di China. Namun sejak awal, pejabat pemerintah China telah berupaya mencegah penyelidikan internasional,” kata Biden sebagaimana dikutip The Guardian. “Dunia layak mendapatkan jawaban dan saya tidak akan berhenti sampai kita mendapatkannya.”

 

Faktanya, badan-badan intelijen AS juga gagal menemukan jawaban dari mana asal penyebaran COVID-19 ini. Dugaan masih bergantung pada dua kemungkinan, yakni ditularkan langsung dari hewan atau laboratorium yang bocor.

 

Simpulan ini merupakan rangkuman dari laporan yang disusun oleh Director of National Intelligence Amerika Serikat, lembaga yang mengawasi 18 badan intelijen AS, sebagai tanggapan atas permintaan Joe Biden.

 

Sejumlah badan intelijen cenderung percaya pada teori bahwa Covid berasal dari hewan, kendati tingkat kepercayaan sebagian besar intelijen terhadap teori ini sangat rendah. Sementara satu badan intelijen mengatakan cukup yakin bawah kasus pertama COVID-19 terjadi karena insiden di laboratorium di Wuhan Institute of Virology yang telah meneliti virus selama belasan tahun.

 

Laporan itu lalu menyimpulkan bahwa kebenaran dari mana asal mula penyebaran Covid tidak akan terungkap bila China tak bersedia memberikan informasi baru, termasuk sampel klinis dan data epidemiologis terkait kasus awal COVID-19 di Wuhan.

 

China sendiri telah membantah teori yang menyatakan Covid-19 berasal dari lab di Wuhan. Mereka bahkan menuding bahwa virus itu muncul dari lab di Fort Detrick, Maryland, Amerika Serikat. Fort Detrick diketahui pernah dipakai untuk fasilitas pengembangan senjata biologi AS.

 

“Meskipun penyelidikan ini telah selesai, upaya kami untuk memahami asal mula pandemi ini tidak akan berhenti. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk melacak akar wabah ini yang telah menyebabkan begitu banyak korban dan kematian di seluruh dunia, sehingga kami dapat mengambil setiap tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah hal itu terjadi lagi,” kata Biden.

 

“Sampai hari ini, China tetap menolak seruan untuk transparansi dan memilih menyembunyikan informasi, bahkan ketika jumlah korban pandemi ini terus meningkat. Kami membutuhkan informasi ini dengan cepat dari China.” (kumparan)



 

SANCAnews – Aparat Kepolisian Yunani menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan sekelompok orang yang melemparkan suar dan benda lainnya selama aksi protes terhadap vaksinasi COVID-19 wajib di Athena pada Minggu (29/8).

 

Lebih dari 7.000 orang, yang beberapa di antaranya memegang salib, menggelar aksi di depan gedung parlemen Yunani untuk menentang vaksinasi. Aksi serupa di Athena bulan lalu juga menimbulkan kekerasan.

 

Dilansir Suara.com, sekitar 5,7 juta orang dari total 11 juta populasi telah mendapatkan vaksinasi penuh. Jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar warga Yunani mendukung vaksinasi wajib bagi kelompok tertentu seperti petugas kesehatan dan staf panti wreda.

 

Namun, ratusan pekerja garda terdepan Yunani pada Kamis (26/8) memprotes wacana vaksinasi wajib bagi sektor perawatan pada 1 September.

 

Kasus COVID-19 di Yunani masih tinggi, dengan total 581.315 kasus dan 13.636 korban meninggal sejak awal pandemi tahun lalu. Tercatat 1.582 kasus baru pada Minggu. []




 

SANCAnews – Wakil Ketua I Komite I DPD RI Filep Wamafma menantang Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka-bukaan.

 

Hal itu disampaikan Filep setelah Luhut melayangkan somasi terhadap Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar dan Koodintaor KontraS Fatia Maulidiyanti.

 

Menurutnya, reaksi Luhut itu terkesan emosional dan kekanak-kanakan menanggapi kajian cepat yang dilakukan YLBHI, KontraS, LBH Papua dan lainnya.

 

“Ini kajian berdasarkan data yang menyebut nama-nama di balik konsesi tambang di Papua,” kata Filep dilansir dari JPNN (jaringan PojokSatu.id), Minggu (29/8/2021).

 

Legislator asal Papua Barat ini menilai, semestnya Luhut bisa bijak terkait permasalahan dimaksud, “Data ya dilawan dengan data!” tegasnya.

 

Filep menegaskan, dalam hal ini, rakyat Papua sama sekali tidak butuh somasi yang dilayangkan Luhut. Sebaliknya, yang dibutuhkan rakyat di Bumi Cendrawasih itu adalah jawaban dari Luhut.

 

“Data tersebut tidak bisa dianggap main-main jika semua pihak benar-benar ingin memperbaiki Tanah Papua,” tegasnya lagi.

 

Rakyat Papua Makin Melawan

 

Jika data tersebut benar adanya, sambungnya, hal itu akan membangkitkan semangat perlawanan Orang Asli Papua (OAP) terhadap para oligarki.

 

Sebab selama ini kekayaan dan sumber daya alam (SDA) di Papua, khususnya di Intan Jaya, terus menerus dikuras.

 

Sementara masyarakat sipil terus-menerus menjadi korban konflik berkepanjangan antara TNI/Polri dan OPM.

 

Filep mencatat, saat ini di Intan Jaya, terdapat lebih 1.200 masyarakat sipil terdata sebagai pengungsi, termasuk di dalamnya perempuan dan anak-anak.

 

Mereka, bebernya, melarikan diri karena takut jadi korban salah tembak! Semua itu karena banyaknya TNI/Polri yang diturunkan dan terus terjadi baku tembak dengan TPNPB.

 

“Kalau benar ujung-ujungnya semua ini karena motif ekonomi, harus memakan korban berapa banyak lagi?” ungkapnya.

 

Menurut Filep, rakyat manapun tidak ingin dijadikan sebagai objek kepentingan investasi dan politik. Rakyat Papua ingin Sumber Daya Alam yang dimilikinya memberikan kesejahteraan.

 

Sementara yang terjadi saat ini, bukannya kesejahteraan yang didapat. Justru ketakutan menghantui karena adanya konflik yang tak kunjung usai dan rakyat harus menanggung dampaknya.

 

“Data yang mencuat ini momentum pembuktian. Siapa dan apa motifnya,” katanya.

 

“Dan itu bisa membuka mata kita semua tentang problem sesungguhnya di Papua,” tandasnya. (pojoksatu)




 

SANCAnews – Ustaz Yahya Waloni dikabarkan sakit dan dirawat di Rumah Sakit Polri beberapa jam setelah ditahan Bareskrim, Kamis (27/8/2021) malam.

 

Dia dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami pembengkakan jantung. Proses pemeriksaan sosok yang tersandung  kasus dugaan penistaan agama itu kini ditunda untuk sementara waktu.

 

Dengan kondisi itu, istri Yahya Waloni, Mutmainah mengungkapkan permintaan kepada pihak kepolisian.

 

“Keluarga minta semua pihak, biarlah ustaz, bapak berobat intensif dulu. Harapannya bisa diselesaikan dengan baik saja,” kata dia seperti diwartakan Hops.id--jaringan Suara.com, Senin (30/8/2021).

 

Sang Istri mengungkapkan detik-detik Yahya dijemput polisi. Begitu datang ke kediaman mereka, penyidik Bareskrim langsung meminta Yahya Waloni untuk ke Bareskrim untuk diperiksa dalam kasus dugaan penodaan agama.

 

“Ustaz langsung dibawa, kemudian (soal kabar sakit) ya komunikasi dengan mereka. Jadi mereka (Bareskrim Polri) kasih kabar setelah (ustaz) diperiksa, dan langsung ke RS Polri. Jadi diperiksa dulu di Mabes Polri,” ungkapnya.

 

Kuasa hukum Yahya Waloni, Alkatirim engatakan Polri sangat baik dalam melayani dan merawat penceramah asal Manado tersebut.

 

Keluarga pun meminta kepada Polri untuk bijak, menunggu kesehatan Yahya Waloni pulih normal baru kemudian melanjutkan penyidikan kasus dugaan penodaan agama.

 

“Harapan keluarga kepada Polri, supaya jangan missed dengan pihak lain, Ustas Yahya Waloni kan sebelumnya sudah sakit, sakitnya jantung. Kebetulan penyidikan proses berjalan, dia sedang sakit. Jadi sebaiknya bantu dulu penyembuhan Ustad Yahya Waloni, baru lanjutkan penyidikannya,” tegasnya. []

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.