SANCAnews – Pengalaman Jusuf Kalla (JK) pernah
menjadi jururunding antara Afghanistan dan Taliban dipandang akan menjadi
"amunisi" bagi para haters Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Kedekatan JK dengan kelompok Taliban diprediksi akan
dikapitalisasi oleh para pembenci Anies untuk menjegal maju di pemilihan
presiden (Pilpres) 2024.
Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic
Policy, Satyo Purwanto mengatakan, JK yang merupakan mantan Wakil Presiden dua
kali ini memiliki pengalaman dalam mendamaikan sejumlah konflik di Indonesia.
Saat ini pun, JK menjabat dua organisasi tingkat nasional,
yaitu Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Organisasi
itu saat ini nampak memiliki power dan pengaruh ke pemerintahan maupun para
ulama.
"Mungkin karena dasar itulah pihak Afghanistan dan
Taliban pernah meminta JK untuk menjadi jururunding diantara mereka," ujar
Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (22/8).
Satyo pun menganalisa bahwa kedekatan JK dengan Anies sudah
dikonsumsi terbuka oleh publik. Apalagi, pengamatan Satyo, JK merupakan sosok
yang mendukung kesuksesan Anies merebut kursi Gubernur DKI pada 2017 silam.
"Dan dukungan itu rasanya terus berlanjut hingga kini,
contohnya dalam penanganan pandemi Covid-19 di awal-awal tahun 2020, JK-lah
salah kalangan elite yang mendukung Pemprov DKI menerapkan lockdown meski
akhirnya pemerintah pusat tidak setuju dan akhirnya lebih memilih PSBB untuk
mempersempit penularan Covid-19," kata Satyo.
Anies dan JK juga kata Satyo, dikenal dekat karena sama-sama
alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Analisa Satyo, meski tidak relevan rekam jejak JK sebagai
jururunding Taliban-Afghanistan akan menjadi amunisi para lawan politik Anies
Baswedan.
"Jika ada kejadian ikutan pasca Taliban mengambil alih
kekuasaan di Afganistan akan menjadi kampanye negatif yang efektif untuk
mendegradasi moncernya elektabilitas Anies Baswedan," kata Satyo.
Sehingga menurut Satyo, Anies mesti mengkalkulasi dengan
matang faktor JK. Apalagi, selain isu Taliban, JK juga dikenal sebagai politisi
oportunis yang pandai melakukan manuver.
"Bagaimana pun JK sepertinya tengah membangun
'investasi' dan jaminan politik di masa depan bagi dinasti politiknya,"
pungkasnya.
Peran JK dalam upaya perdamaian kelompok Taliban dengan
Afghanistan tidak bisa dianggap remeh.
Pada 28 Februari 2018 lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani
mengundang Jusuf Kalla hadir menjadi tamu khusus dalam konferensi perdamaian
yang diinisiasi oleh pemerintah Afghanistan.
Tujuan pertemuan itu adalah untuk membahas langkah konkret
perdamaian tanpa campur tangan asing.
JK kemudian pad Desember 2020 kembali datang ke Kabul atas
undangan Ashraf Ghani. Kedatangan itu sebagai tindaklanjut upaya perdamaian
yang telah dirintis saat menjabat sebagai Wapres Jokowi. []